"Ck ketemu lo lagi," ketus Bobi mendengus, membuat Jesya di sampingnya mendelik.
Bobi membuang muka, berjalan lebih dulu dengan wajah bersungut.
"Katanya udah damai!" kata Jesya kesal, "udah dapat id line Naya juga," lanjutnya menyindir.
Bobi melirik. Garis wajahnya berubah, jadi mengerling membuat Jesya mendengus.
Jesya jadi melangkah lebih dulu memasuki mini market. Karena keduanya kalah main gunting batu kertas dari teman kelasnya jadi mereka yang harus membeli cemilan dan minuman sementara yang lain menunggu di dalam mobil Bobi.
Hari ini kelas 2A3 janjian untuk berlibur ke ancol bersama. Padahal minggu depan sudah musim ulangan.
Setelah sewot-sewotan di grup chat seperti biasa, Jesya tidak membalas chat Bobi membuat Bobi berpikir cewek itu jadi marah beneran. Bobi sampai datang ke rumah Jesya untuk meminta maaf. Tapi yang ada ternyata Jesya lagi jalan sama cowok lain. Terlalu sibuk sampai tidak membalas chat Bobi.
Anehnya, Bobi malah ngambek. Merajuk merasa dicueki temannya dan ditinggalkan karena cowok. Membuat Jesya yang harus gantian minta maaf. Pada akhirnya menumbalkan id line Naya, temannya yang anak cheers untuk dikenalkan ke Bobi.
Jesya tiba-tiba menahan nafas kaget dan memberhentikan langkah membuat Bobi yang membawa keranjang dan sibuk melihat-lihat jadi ikut terkejut. Jesya secara refleks merapat pada Bobi dan memegang lengan pemuda itu dengan kedua tengan.
"Kenapa?" tanya Bobi bingung, melihat ekspresi Jesya yang panik.
"Anu—itu," Jesya bergerak salah tingkah. Ia menoleh kanan kiri, mencari tempat sembunyi. "Udah udah beli itu aja, yuk ke kasir," katanya ingin berbalik tangan Bobi menahannya.
"Belum beli minum Jes!" kata cowok itu memerotes. "Ada apa sih? Kenapa? Ada gue nih," katanya mencoba menenangkan wajah panik Jesya.
Jesya merutuk, merapat pada Bobi dan menciut kecil. "Itu... ada Rio..." katanya merasa takut, membuat Bobi mengernyit, lalu menoleh mengitari sekitar.
"Kenapa emangnya?" tanya Bobi melihat sosok tinggi tak jauh dari mereka sedang memilih di bagian makanan beku.
Jesya memajukan bibir, "yuk pulang sebelum dia liat gue," katanya memelas, menarik-narik lengan jaket Bobi.
Bobi jadi mendelik, "napa sih? Elo ada utang sama dia?"
Jesya mengumpat kecil, memukul Bobi sebal. Ia dengan sebal mendecak, "mantan gebetan... tapi ya gitu masih ngejer," jelas Jesya malas, "gue bilang nggak berapa kali ya dia masih batu gitu."
Bobi jadi mengubah posisi berdiri menghadap gadis itu sepenuhnya. "Kok lo nggak pernah bilang? Sejak kapan dia gitu?"
"Eum... udah dua bulanan lebih sih," jawab Jesya, "semua akunnya dia gue block tapi kalau ketemu dia selalu nemuin gue. Makanya sebelum dia liat gue ayo kita pergi," pintanya memelas.
Bobi mendecak, "kalau dia macam-macam kan ada gue," kata cowok itu tak setuju, berbalik dan mulai melangkah santai. Jesya langsung merutuk, segera merapat pada Bobi memegang lengan cowok itu.
"Yaudah deh Bob," bisik Jesya melirik takut-takut. "Gantian. Lo jadi pacar gue. Gandengan sini. Yang mesra, jangan bikin malu," pintanya berbisik, membuat Bobi berhenti dan menegak kaget.
Bobi menoleh. Ia mengangkat sebelah alis sejenak, kemudian melengos pelan dan menyodorkan lengan membuat Jesya meraih dan memeluknya.
Bobi mendesah pelan, mengenyahkan getaran aneh yang tiba-tiba datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
2A3: Passing By ✔ ✔
Novela Juvenil"Jes, lo harus bantu gue. Jadi pacar gue sekarang. Ok? Sip." "Bob gantian nih. Lo jadi pacar gue. Gandengan sini. Yang mesra, jangan bikin malu." Kalau kata Hanna sih: 'awas baper lu berdua' [ Cerita sudah pernah dipublikasikan dari tanggal 2 Agust...