"BOBEEEEHHH!!!!"
Cowok putih bergigi kelinci itu menoleh kaget saat asik bermain basket di lapangan sekolah. Ia mengernyit, kemudian mendecak dan melengos.
"Kenapa sih yang suka histeris manggil gue tuh pasti kadal-kadal kayak anjing?" rutuk Bobi kesal. Tapi ia tak memedulikan dan kembali melanjutkan berlari mengejar lawan untuk bermain.
Membuat teman kelasnya yang berdiri di pinggir lapangan itu mengumpat. "WOI GITONG!"
Bobi mengumpat kasar. Langsung berhenti dan menoleh, "WOI JANGAN MAIN FIKSI DONG LO!"
"FIKSI MAH CERITA GOBLOK!" balas si cowok hidung besar itu juga sewot.
"Fiksi mah sepeda, Bin," sahut seorang perempuan di sampingnya. Yang berikutnya tertawa keras sendiri dengan geli. "Hanbin main fiksi hahahahahaha."
Bobi mendecak pada teman sekelasnya itu, merasa terganggu karena permainan sedang sengit.
NGAPAIN JUGA SIH DIPANGGILIN PAS LAGI MAIN BASKET!? DISORAKIN BIAR PUNYA CHEERLEADER KEK. LAH INI DIGANGGUIN.
Bobi gerutu kesal sambil melanjutkan bermain basket bersama cowok-cowok jangkung di sana. Walau fokusnya benar-benar jadi pecah.
Hanbin, si cowok yang berteriak itu, mendengus keras. Menoleh pada teman di sampingnya, "Cha panggilin dong anjir."
Cewek cantik itu mencibir. Ia menipiskan bibir sejenak, "BOBIIIIIII!!!"
Bobi berhenti lagi, menoleh seutuhnya. Kini bukan cuma dia, tapi cowok-cowok di sana mendadak dengan kompak juga ikut menolehkan kepala mendengar suara serak basah cewek itu. Mereka memandang ke arah pinggir lapangan, melebarkan mata kompak melihat seorang gadis berambut sebahu cantik berdiri di samping Hanbin.
"Apa Jesyakuuuu?" balas Bobi dari tempatnya berdiri. Hanbin mendecih dengan kesal.
"Ayo ngadep Bu Ida minta tugas, kan kita kelompok," kata Jesya masih tak menyadari para pemain basket lainnya jadi memandanginya.
"Elu berdua aja," jawab Bobi malas.
"Ya nggak bisa dong entar nilai lo kosong," kata Jesya mendelik.
"Entar lah," kata Bobi tak peduli. Ia berbalik ingin kembali berlari tapi mengerem penuh dan mendelik melihat teman-temannya sudah berhenti bermain dan terpaku.
Jesya mendecak di tempatnya. Sementara Hanbin mendengus.
"Dah yuk Cha, bodoamat dah," kata Hanbin beranjak, melangkah lebih dulu membuat Jesya mau tak mau segera mengekorinya pergi.
"Bobi kebiasaan deh Bin nyampingin tugas gitu," kata Jesya menggerutu.
"Dia niat sekolah aja nggak," balas Hanbin tak peduli banyak.
Jesya merapatkan bibir.
Di lapangan, Bobi menepuk-nepuk kedua tangan seperti gerakan memanggil burung membuat para temannya mengerjap tersadar dan menoleh.
"Napa lu liatin Hanbin segitunya?" kata Bobi mendelik, kemudian berlari kecil meraih bola basket untuk melanjutkan permaianan.
Beberapa mengumpat, tapi secara refleks segera mengikuti Bobi kembali ke permainan. Walau dua orang dengan kompak mengejar Bobi, langsung menahan cowok itu membuat Bobi mendecak melepaskan bola lagi-lagi terganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
2A3: Passing By ✔ ✔
Fiksi Remaja"Jes, lo harus bantu gue. Jadi pacar gue sekarang. Ok? Sip." "Bob gantian nih. Lo jadi pacar gue. Gandengan sini. Yang mesra, jangan bikin malu." Kalau kata Hanna sih: 'awas baper lu berdua' [ Cerita sudah pernah dipublikasikan dari tanggal 2 Agust...