Sayuki pun berlari di jalan pulang, dengan nafas yang terengah-engah dan kaki pincang, ia berusaha melarikan diri dari tempat mengerikan itu. Tak lama ia pun sampai di sebuah halte kosong yang terdapat di tepi hutan yang sepi. Sayuki pun langsung duduk beristirahat sembari berteduh dari hujan yang semakin lama semakin lebat.
"Dingin..." keluh Sayuki yang sedang menggigil kedinginan itu. Rasa dingin yang menusuk hingga ke tulang, terlebih lagi saat angin melewati seragam sekolahnya yang tipis. Tiba-tiba terlihat seorang wanita berjalan mendekati Sayuki dan berhenti di sampingnya, Sayuki tidak terlalu memperhatikannya sambil mengurut kakinya yang terkilir akibat terpeleset saat berlari di tengah hujan tadi.
Sayuki melirik wanita yang tampaknya lebih tinggi darinya itu, menggenggam gagang payung dengan erat sesekali memutar payung merah yang ia pakai saat itu namun ia tak bisa melihat wajah wanita itu dikarenakan payung yang diangkatnya terlalu rendah sehingga menutupi seluruh kepalanya, Sayuki pun mulai berpikir aneh tentang wanita yang saat ini sedang duduk di sebelahnya itu.
Sayuki pun memberanikan diri untuk memulai percakapan ringan, memecahkan keheningan yang membelenggu mereka berdua. Terdengar tawa kecil dari balik payungnya, Sayuki sesekali mencoba untuk mengintip di balik payung merah tersebut karena penasaran dengan wajah lawan bicaranya namun sepertinya selalu gagal karena wanita itu selalu mengetahuinya.
"Apa adik barusan menunggu di sini?" tanya wanita itu pada Sayuki
Belum sempat Sayuki menjawab wanita itu kembali meneruskan."Aku sudah menunggu cukup lama di sini. Sepertinya akan ada yang menggantikanku."
Sayuki pun mengerutkan dahinya karena mendengar aneh ucapannya tersebut. Aneh sekali. Bukankah dia baru saja datang? Mendadak angin kencang berhembus, membuat sapu tangannya terbang kearah jalan. Entah karena refleks atau apa, tubuh Sayuki tiba-tiba berlari mengejar untuk menggapai sapu tangan yang sudah basah itu.
Sayuki pun berbalik. Di saat itulah tubuhnya mendadak kaku tak bisa digerakkan. Jantungnya berdetak lebih kencang, memompa darah lebih cepat membuat sekujur tubuhnya panas dan nafasnya tersengal.Wanita itu pun mengangkat tinggi payungnya, memperlihatkan kepalanya yang ternyata buntung. Beberapa detik setelah itu, sebuah sorotan cahaya mencuri perhatian Sayuki, dia berusaha melihat lebih jelas, dan cahaya tersebut rupanya berasal dari sebuah bus yang melaju kencang ke arahnya. Refleks ia berniat untuk menghindar dari bus tersebut. Namun sialnya aspal yang licin membuatnya terpeleset dan jatuh.
Di saat itulah terdengar suara klakson bus menggema memenuhi kepalanya, kematian sudah di depan mata, saat itulah air matanya meleleh tak kuasa menahan takut sambil terus memandangi sorotan cahaya bus yang sudah hampir membutakan matanya tersebut.
"Tidaaaaaaaaaaak!!!" jerit Sayuki keras
Tiba-tiba seorang laki-laki melompat kearah Sayuki untuk menyelamatkannya, mereka berdua pun tergulung ke pinggir jalan sebelum bus tersebut sempat melindas mereka berdua. Akhirnya Sayuki pun selamat dari kejadian maut tersebut.
"Tenang Sayuki, semua sudah aman sekarang" bisik seorang pria dengan lembut di telinganya
Sayuki pun membuka matanya dan menangis sejadi-jadinya ketika melihat seseorang yang menyelamatkannya tersebut tidak lain adalah kekasihnya sendiri yang kebetulan lewat.
"Terima kasih Hayazaki..." ucap Sayuki memeluk erat pria tersebut
"Jangan menangis lagi Sayuki, aku ada di sampingmu sekarang" hibur Hayazaki
Rasa sedih dan haru menyelimuti mereka berdua setelah selamat dari detik-detik kejadian mengerikan yang hampir merenggut nyawa Sayuki. Hayazaki pun menyelimuti Sayuki yang sedang menggigil kedinginan tersebut dengan jaket yang ia pakai.
"Apa yang sebenarnya terjadi Sayuki?" tanya Hayazaki cemas
"Ceritanya panjang..." jawab Sayuki lirih
Akhirnya Hayazaki pun mengantar Sayuki pulang kerumah dengan motornya. Wanita kepala buntung tersebut menghilang tanpa jejak, tawa kecilnya terus terngiang-ngiang di kepala Sayuki namun semua itu berakhir sudah. Perasaannya kini sudah lega, terbebas dari semua teror yang menghantuinya hari ini. Hujan tiba-tiba berhenti namun langit masih mendung, sepertinya hujan ini akan terus berlanjut. Sayuki memeluk Hayazaki erat.
"Jika kamu tidak datang, mungkin aku akan mati saat itu" curhat Sayuki
"Namun semuanya telah berakhir sudah, Sayuki..." sambung Hayazaki tersenyum
"Hayazaki Kishi, namamu memiliki arti Hayazaki sang ksatria"
Hayazaki tertawa kecil mendengar ucapan Sayuki barusan.
"Kau pahlawanku, kau selalu datang disaat aku dalam masalah, dimana pun itu. Aku mencintaimu Hayazaki Kishi"
"Aku juga, Sayuki Futaba. Aku tidak ingin kehilanganmu..."
Tak lama akhirnya Sayuki pun sampai di rumahnya, dengan rasa lelah ia pun membaringkan tubuhnya di atas ranjang dengan pakaian piyama kesukaannya setelah mandi dan makan malam. tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 22.32. Bersama dengan anjing kesayangannya Kenta, Sayuki mengambil handphonenya dan mulai menelpon Hayazaki.
"Hallo, Hayazaki?"
"Oh, Sayuki? Ada apa?
"Apa kau sudah pulang?"
"Iya, aku sudah ada di rumah"
"Syukurlah..."
"Memangnya ada apa?"
"Tidak, hanya memastikan bahwa dirimu sudah pulang dengan selamat, aku takut jika terjadi apa-apa denganmu"
"Tidak perlu khawatir Sayuki, aku bisa menjaga diriku"
"Baguslah kalau begitu. Selamat malam Hayazaki"
"Selamat malam, mimpi indah..."
Sayuki terbaring di atas ranjang, sendiri. Ia hanya membolak-balikkan badannya di atas kasur, mencoba mencari posisi yang nyaman baginya untuk tidur. Tubuhnya sudah sangat lelah namun entah mengapa, Sayuki tetap tidak bisa tidur, ada sesuatu tentang malam itu yang membuatnya merasa sama sekali tidak nyaman. Ia terus berguling di atas tempat tidur hingga akhirnya menemukan posisi yang cukup nyaman untuk terlelap.
Ia menutup matanya namun tidak ada perbedaan. Terlalu gelap di dalam kamarnya untuk bisa melihat sesuatu. Butuh waktu bagi matanya untuk terbiasa dengan kegelapan. Sayuki terbaring di sana, tak bergerak, di tengah malam yang hitam pekat bahkan tidak ada celah untuk melihat. Tubuhnya mulai rileks dan pikirannya kosong, dan ia benar-benar siap untuk beristirahat. Namun kesunyian itu seketika musnah dan benaknya langsung dibanjiri dengan bayangan menakutkan ketika suara itu terdengar.
Tok... Tok...
Suara itu berasal dari luar jendela kamar Sayuki...
Bersambung...
(Quotes : Hati-hati jika bertemu dengan orang asing apalagi yang berkelakukan aneh dan sangat mencurigakan)
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenant - The Black Rain
TerrorSayuki Futaba adalah seorang siswi SMA yang menjalani kehidupannya sekolah seperti kebanyakan pelajar lainnya, namun semua itu berubah ketika suatu kejadian yang membuatnya harus dihantui oleh makhluk halus yang terus menerus mengejarnya... kejadian...