Chapter 4 - Old Photo Film

26 4 0
                                    

Sayuki terbangun dari tidurnya karena mencium bau harum yang berasal dari arah dapur. Dia pun melirik jam, pukul 05.41. Sayuki mengingat sesuatu, hari ini adalah hari minggu. Dia pun berjalan menuju dapur. Dilihatnya sesosok yang begitu dikenalnya, Haizaki.

Sayuki hanya berlalu menuju ke kamar mandi tanpa menegurnya, sesekali melirik Hayazaki yang sedang memasak. Ia pun lalu mandi. Menggosok giginya dan berpakaian seragam sekolah. Setelah selesai Sayuki pun berniat untuk menemui Hayazaki di dapur.

“Hayazaki, kamu lagi masak ap-“

Belum selesai ia bicara tiba-tiba Hayazaki menghilang entah kemana, meninggalkan sepucuk surat di samping sepiring pancake yang masih hangat. Lantas Sayuki pun mengambil surat itu dan membacanya. “Maafkan aku meninggalkanmu tanpa pamitan dulu, soalnya ada yang harus aku kerjakan di sekolah. Aku juga sudah memasakanmu spesial makanan kesukaanmu. Semoga ini bisa membantumu bersemangat dalam mengawali harimu… Sayuki” isi surat tersebut.

“Dasar Hayazaki” Sayuki tersipu geli

Ia pun duduk dan melahap makanan tersebut, tak lupa disampingnya ditaruh segelas susu hangat. Tiba-tiba terdengar suara keran air dari arah kamar mandi menyala sendiri. Sayuki pun menghentikan makannya dan bangkit dari tempat duduknya, pergi ke kamar mandi untuk mematikan keran yang menyala tersebut.

Ciiit…

Keran tersebut berhasil dimatikan, ia pun lalu kembali untuk menyelesaikan sarapannya yang belum habis itu. Tak jauh melangkah tiba-tiba keran tersebut menyala kembali. Sayuki hanya bisa mendesah pelan sambil berbalik arah mematikan keran yang menyala lagi tadi.

Sayuki heran. Ada apa dengan keran itu? Padahal tadi sewaktu dia mandi baik-baik saja. Ia pun memeriksanya. Karena tidak menemukan sesuatu yang aneh pada keran itu. Sayuki akhirnya kembali ke meja makan dan memakan sisa sarapan yang belum sempat ia habiskan…

Tak lama akhirnya semuanya selesai,. Dentingan jam dinding menggema memenuhi ruang makan. Sayuki melirik jam dinding tersebut, waktu sudah menunjukkan pukul 06.32, saatnya untuk berangkat sekolah. Tiba-tiba keran di kamar mandi tersebut menyala kembali. Dengan perasaan jengkel. Sayuki pun berjalan ke asal suara tersebut dan mematikan keran tersebut.

“Apa yang sebenarnya terjadi disini? Siapa saja! Ini semua tidak lucu!” teriak Sayuki kesal

Seketika mata Sayuki terbelalak ketika melihat sebuah tangan pucat meraih keran tersebut dan menyalakannya. Dengan perasaan takut, ia pun memberanikan diri untuk melihat ke langit-langit. Betapa terkejutnya ia ketika melihat seorang perempuan bertengger di atas langit-langit dengan tangan yang menjulur ke bawah. Sayuki ingat wajah pucat itu, sebuah wajah yang sempat membuatnya hampir mati sekejap malam tadi. Tanpa pikir panjang Sayuki langsung berlari keluar, meraih tasnya dan segera berangkat menuju sekolah.

“Pagi Sayuki, apa kamu baik-baik saja?” sapa seorang pria melihat Sayuki yang berantakan berjalan tertunduk di koridor sekolah

“Oh, pagi Mashiro. Seperti biasa, aku selalu sehat” jawab Sayuki biasa

“Hmm… baguslah kalau begitu” Mashiro tersenyum

Sayuki akhirnya sampai di kelasnya yaitu kelas 3-B, ia pun menghampiri ketiga sahabatnya Haruka, Ayako, dan Yumei dan mulai berbicara seperti kebanyakan perempuan lainnya. Tak lama bel masuk berbunyi, pelajaran pertama akan segera dimulai. Seluruh siswa bangkit dari tempat duduknya masing-masing dan memberi salam ketika sang guru masuk ke dalam kelas. Saat itu adalah pak Toushiro yang mengajar mata pelajaran sastra, dengan metode pembelajaran yang sangat membosankan, membuat seisi kelas suntuk kecuali Sayuki dan Ayako yang dikenal pandai di kelas 3-B.

Tak lama bel istirahat pun berbunyi. “Dengan ini semua pelajaran hari ini telah selesai” ujar pak Toushiro mengakhiri jam pelajarannya.

Sedang fokus menulis sesuatu di bukunya tiba-tiba pandangan Ayako teralihkan oleh sesuatu yang berkilauan di halaman sekolah. Ia menatap cukup lama untuk memastikan bahwa itu sebuah klise foto. Karena penasaran, Ayako melesat pergi untuk memeriksa benda ia lihat sedari tadi itu. Ia berlari sangat cepat seolah-olah takut akan kehilangan benda tersebut.

Ketika ia sampai, ternyata itu memang benar-benar sebuah klise foto tua, seseorang pasti sudah menjatuhkannya dan tidak tahu jika ia menghilangkannya.

Ayako mengambilnya dan tersenyum simpul saat memandanginya, foto seorang gadis yang sangat cantik dan membuat Ayako terpesona akan kecantikannya. Itu adalah gadis yang paling cantik yang pernah ia lihat, bahkan Ayako mengakui kalau dirinya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan gadis yang ada di klise foto tua tersebut.

Gadis itu berambut panjang dengan daster panjang polos yang tersenyum kearah kamera dengan menunjukkan gaya khas kebanyakan para gadis saat berfoto yaitu membentuk jari perdamaian. (Jari tengah dan telunjuk yang diacungkan keatas).

Ia begitu cantik sehingga menggugah perasaan Ayako untuk bisa bertemu dengannya langsung. Karena ia menemukan foto tersebut di sekolah, Ayako berinisiatif akan bertanya pada semua orang, apakah dia mengenali gadis di foto tersebut. Ayako mulai bertanya pada orang-orang terdekatnya yaitu sahabatnya…

Bersambung…

(Quotes :Penasaran pada suatu hal itu biasa, namun tidak semua penasaran yang bisa diungkapkan)

Revenant - The Black RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang