Ayako menghampiri sahabat-sahabatnya yang sedang makan siang di kantin dan bertanya pada mereka semua, apakah diantaranya mengenali gadis di foto tersebut.
"Apa kalian mengenali gadis di foto ini?" tanya Ayako pada yang lainnya
"Astaga, dia luar biasa cantik" seru Yumei
"Aku tidak percaya ini, ku akui dia memang lebih cantik dariku" gerutu Haruka
"Benar, darimana kamu mendapatkannya? Ayako?" tanya Sayuki
"Tadi terjatuh di halaman sekolah" jawabnya
"Lihatlah wajahnya, auranya seperti dirimu jika sedang tersenyum, Sayuki" kata Yumei
"Masa? Sepertinya tidak juga..." bantah Sayuki
"Teman-teman..." celetuk Ayako
"Maaf Ayako, kami tidak tahu" ujar Haruka
"Terimakasih"
Ayako tidak berhenti sampai di situ. Ayako mulai bertanya pada semua siswa-siswi yang ada di sekolah, bahkan ia Ayako mau repot-repot bertanya pada staff guru untuk tahu apakah gadis tersebut adalah salah satu murid di sekolah ini demi membayar rasa penasarannya dengan tujuan untuk melihat gadis itu secara langsung, memang begitulah Ayako orangnya, pantang menyerah dan mudah penasaran. Namun sayang sekali, semuanya kompak menjawab "Tidak", Ayako cukup sedih. Jadi ia pun melangkah kembali menuju ke ruang kelas dan menyimpan klise foto tersebut di dalam kotak pensilnya.
Tak terasa bel pulang pun berbunyi, terdengar seluruh siswa di kelas bersorak gembira namun tidak dengan Ayako yang masih dihantui rasa penasaran dan hanya melamun seharian ini, memikirkan gadis yang ada di klise foto tua tersebut. Ayako pun melangkah pulang dan menyimpan foto tersebut di samping ranjang tempat tidurnya.
Ayako masih bersikeras mencari tahu siapa gadis yang ada di foto tersebut, jadi dia mulai bertanya pada teman-teman di samping rumahnya, namun mereka juga menjawab bahwa ia tidak pernah bertemu dengan gadis di foto itu.
Tok... Tok...
Tengah malam saat Ayako terlelap, ia terbangun ketika mendengar suara ketukan di jendelanya. Ayako begitu ketakutan karena suara itu terdengar begitu jelas di telinganya. Tak lamaa kemudian terdengar tawa cekikikan dari suara seorang wanita muda. Ketika Ayako melihat ke jendela, ia melihat sekilas sebuah bayangan yang melintas sehingga ia akhirnya cepat-cepat memeriksanya, akan tetapi saat jendela dibuka, ia tidak melihat siapapun di sana.
Pagi harinya, Ayako mencoba bertanya pada ibunya. Mungkin saja ia tahu tentang gadis di klise foto yang ia miliki, awalnya ibunya sempat terkagum ketika melihat foto tersebut namun sama seperti yang lainnya, ibunya hanya menjawab "Tidak", dan itu adalah kali terakhir Ayako mencoba mencari tahu tentang gadis yang ada di dalam klise foto tersebut.
Ayako menjalani aktivitasnya seperti biasa di sekolah, bermain dan belajar bersama sahabat-sahabatnya. Saat pulang sekolah Ayako menyempatkan dirinya untuk pergi ke rumah Sayuki untuk belajar bersama.
"Kamu masih menyimpan klise foto tua itu?" tanya Sayuki ketika melihat klise foto itu di dalam kotak pensil Ayako.
"Iya, aku masih penasaran tentangnya... Mungkin saja dia siswa lama di sekolah kita" jawab Ayako
"Kenapa kamu masih berusaha mencarinya?" tanya Sayuki heran
"Aku hanya penasaran. Jika aku bertemu dengannya, akan ku jadikan dia sahabat kita" jawab Ayako tersenyum
Mereka berdua pun asyik belajar bersama sampai-sampai lupa waktu. Dentingan jam dinding dan suara nyanyian jangkrik di luar memecah kesunyian di kamar Sayuki, diluar sudah gelap namun mereka tetap belajar tanpa lelah. Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00. Tak lama gerimis pun turun membasahi kota, disusul hujan deras dan angin dingin.
"Tunggu sebentar, Ayako. Aku akan membuatkanmu teh hangat dulu"
"Tidak usah repot-repot segala Sayuki"
"Jangan malu-malu... anggap saja sebagai rumahmu sendiri"
Sayuki pergi meninggalkan Ayako sendirian di kamarnya, suara gemuruh di luar sepertinya tidak mengusik Ayako sedikitpun.
Tok... Tok...
Tiba-tiba terdengar suara ketukan yang sama seperti di rumahnya kemarin tengah malam. Kali ini jauh lebih jelas karena disaat ia masih terjaga. Apakah ini hanya kebetulan atau apa? Mungkin itu hanyalah suara jendela yang berguncang akibat ditiup oleh angin kencang diluar.
Tok... Tok...
Jelas-jelas itu bukanlah suara angin melainkan suara ketukan dari kaca jendela. Ayako bergidik ngeri ketika suara ketukan itu diikuti suara tawa yang sama seperti yang ia dengar sebelumnya, namun saat itu juga Ayako melihat wajah gadis itu mengintip di luar jendela kamar Sayuki. Melihat hal itu, tanpa pikir panjang Ayako bergegas membuka jendela kemudian melompat keluar dan mendarat di halaman dengan terjatuh wajah duluan menyentuh tanah, itu pasti sangat menyakitkan.
Sayuki yang melihat Ayako melompat langsung menjerit, menjatuhkan nampan yang ia bawa dan langsung berlari menuju jendela. Di tengah derasnya hujan, Ayako berjalan terpincang-pincang mencari keberadaan gadis itu yang ia yakini ia lihat di jendela kamar Sayuki tadi. Sayuki bergegas mencari payung dan segera pergi keluar untuk mencari Ayako.
Namun sekali lagi, Ayako tidak menemukan siapapun. Ketika Ayako berniat untuk kembali ke rumah Sayuki. Sebuah Truk tiba-tiba melintas. Ayako yang berniat untuk mengindari Truk tersebut tiba-tiba terpeleset di tengah jalan karena keadaan jalan yang basah dan licin akibat hujan deras.
Pasrah, itulah kata-kata yang pantas diucapkan padanya. Di detik-detik terakhirnya, Ayako melihat Sayuki berlari menghampirinya di tengah hujan, saat itu yang ia dengar hanyalah teriakkan Sayuki yang memanggil namanya. Dengan wajah pucat dan suara yang parau, ia mencoba memanggil Sayuki dari kejauhan.
"Sayu-"
Seketika Truk tersebut melintas dan membuat Ayako sekarat dengan cara yang mengerikan.
"Ki..."
Truk tersebut seketika berhenti. Sopir Truk berlari keluar untuk melihat keadaan Ayako, namun semuanya sudah terlambat. Sayuki hanya bisa menahan tangis sambil mendekati Ayako yang masih sekarat. Tubuh Ayako terpisah jauh menjadi dua bagian dengan darah yang berceceran kemana-mana.
"Ayako! Bertahanlah!" teriak Sayuki tak kuasa menahan tangis
"Sa...yuki... maafkan aku... karena... ter...lalu... keras... kepala..." jawab Ayako terbata dengan suara parau
"Ayako..." Sayuki menahan isak tangisnya sambil memeluk tubuh Ayako yang masih sekarat itu
"Aku... menge...jarnya... karena... dia... mirip... dengan... saha...batku... waktu... kecil... dulu..." sambung Ayako
Sayuki hanya bisa menangis, menahan tubuhnya yang menggigil akibat basah kuyup oleh air hujan. Sopir Truk tersebut hanya bisa terdiam sambil menitihkan air mata memandangi pemandangan mengerikan itu, dia merasa sangat berdosa. Tiba-tiba Ayako batuk darah.
"Jika... kau... bertemu... dengannya... salam...kan... aku... pada...nya... Sa...yu...ki" pinta Ayako sambil tersenyum lemah
Sayuki pun membaringkan tubuh Ayako yang bersimbah darah itu di jalanan. Tiba-tiba kejadian tak terduga terjadi, muatan Truk batako tersebut terjatuh di atas kepala Ayako yang sedang terbaring di jalanan sehingga kepalanya seketika hancur tertindih. Sayuki menjerit keras begitu juga dengan sopir Truk yang melihat kejadian mengerikan itu. Sayuki melihat sesuatu di tangan Ayako jadi ia meraihnya. Sebuah klise foto tua dengan gambar seorang gadis berambut panjang dengan daster panjang polos tersenyum kearah kamera dengan pose "Tiga jari"... dengan sebuah payung merah di sampingnya.
Bersambung...
(Quotes : Penasaran yang berlebihan itu tidak baik)
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenant - The Black Rain
HorreurSayuki Futaba adalah seorang siswi SMA yang menjalani kehidupannya sekolah seperti kebanyakan pelajar lainnya, namun semua itu berubah ketika suatu kejadian yang membuatnya harus dihantui oleh makhluk halus yang terus menerus mengejarnya... kejadian...