Sayuki terbaring di atas ranjang, sendiri. Ia hanya membolak-balikkan badannya di atas kasur, mencoba mencari posisi yang nyaman baginya untuk tidur. Tubuhnya sudah sangat lelah namun entah mengapa, Sayuki tetap tidak bisa tidur, ada sesuatu tentang malam itu yang membuatnya merasa sama sekali tidak nyaman. Ia terus berguling di atas tempat tidur hingga akhirnya menemukan posisi yang cukup nyaman untuk terlelap.
Ia menutup matanya namun tidak ada perbedaan. Terlalu gelap di dalam kamarnya untuk bisa melihat sesuatu. Butuh waktu bagi matanya untuk terbiasa dengan kegelapan. Sayuki terbaring di sana, tak bergerak, di tengah malam yang hitam pekat bahkan tidak ada celah untuk melihat. Tubuhnya mulai rileks dan pikirannya kosong, dan ia benar-benar siap untuk beristirahat. Namun kesunyian itu seketika musnah dan benaknya langsung dibanjiri dengan bayangan menakutkan ketika suara itu terdengar.
Tok... Tok...
Suara itu berasal dari luar jendela kamar Sayuki. Tetapi tidak mungkin ada orang yang mengetuk jendela kamarnya dari luar. Siapa yang hendak membangunkannya malam-malam begini? Tidak mungkin seseorang bisa mengetuk kamarnya yang berada jauh di lantai dua itu, lagipun tidak ada pohon atau tangga di sekitar sana.
Sayuki mulai paranoid sendiri. Menarik selimutnya hingga menutupi seluruh badannya. Pikirkanlah secara logika. Jika seseorang ingin mencuri di rumahnya, mengapa mereka terlebih dahulu mengetuk jendela? Mereka cukup menyelinap masuk ke dalam rumah dengan sehening mungkin. Mustahil mereka mengetuk terlebih dahulu...
Sayuki bisa saja melihat ke arah jendela agar membuat hatinya sedikit tenang. Namun ia menghadap ke arah yang berlawanan arah dari jendela. Jujur, ia takut akan melihat hal yang paling ia takutkan berdiri di luar jendela, memandanginya. Namun apa itu? Apa mungkin burung yang terbang menabrak jendela? Tidak mungkin, itu sama sekali tidak realistis. Apakah mungkin sekelompok anak-anak nakal yang sedang menjahilinya malam-malam begini, melempari kerikil ke arah jendela kamarnya sambil tertawa terpingkal-pingkal? Mungkin saja.
Atau bahkan semua itu hanyalah imajinasi yang dibuat oleh Sayuki? Mungkin ia hanya mendengar suara angin di luar dan menganggapnya sebagai suara ketukan di jendela.
Tok... Tok...
Tidak mungkin. Suara itu masih terdengar dan bukanlah imajinasi. " Anak-anak nakal itu benar-benar keras kepala! Mereka tidak mau berhenti hingga melihatku bangun karena gusar" batin Sayuki kesal. Sayuki mengangkap semua itu ulah anak-anak nakal itu, mungkin anak-anak dengan selera humor yang sedikit menganggu itu sedang menunggunya di luar. "Mungkin mereka akan memecahkan kaca jendela kamarnya dan menyerangku?" batin Sayuki bertanya.
Sayuki menjadi paranoid sendiri, dirinya sekarang dilanda oleh ketakutan yang berlebih.
"Lagipula mereka di luar, aku di dalam. Hingga aku mendengar suara jendela pecah, aku aman. Lagipula aku belum bergerak sama sekali. Mungkin saja anak-anak itu menganggap aku sudah tertidur lelap dan meninggalkanku sendiri" Sayuki berpikir keras.Tok... Tok...
Sepertinya mereka bukanlah anak-anak nakal, tidak ada seorang anakpun yang akan menunggu selama ini untuk mendapat reaksi dari seorang gadis SMA yang ditinggal pergi oleh orang tuaku sendiri untuk menginap di rumah keluarga. Mereka akan bosan dan berpindah ke rumah lain untuk diusili atau juga mereka bisa saja pulang ke rumah dan mencoba untuk tidur sama seperti dirinya. Namun jika bukan mereka, lalu siapa?
Sayuki mulai berpikiran macam-macam. Mengapa ada seorang pembunuh yang ingin mengincar nyawanya. Mereka ada di luar dan Sayuki di dalam. Hingga ia mendengar suara jendela yang pecah, ia aman. Namun itu bukanlah seorang pembunuh berantai, apa yang menyebabkan suara itu? Mungkin sebaiknya Sayuki berpura-pura tidur dan suara itu akan berhenti dengan sendirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenant - The Black Rain
TerrorSayuki Futaba adalah seorang siswi SMA yang menjalani kehidupannya sekolah seperti kebanyakan pelajar lainnya, namun semua itu berubah ketika suatu kejadian yang membuatnya harus dihantui oleh makhluk halus yang terus menerus mengejarnya... kejadian...