Part 3

1.6K 131 0
                                    

!! VOTE SEBELUM BACA !!

***

"Thomas!" seruku tak suka saat ia menggodaku. Ia terus mengelus-elus daguku dengan lembut. Membuatku jijik padanya. Nicola sedang berada di toilet dan aku menunggu di dekat deretan loker. Justin sudah pulang. Dan oh Astaga! Thomas! Mengapa harus dia yang menemaniku? Dari tadi ia terus menggodaku. Sama seperti Philip, si Mata Keranjang itu. Dia juga suka sekali menggodaku. Tapi itu dulu saat ia belum memiliki kekasih, sekarang Philip sudah mempunyai kekasih.

"Oh ayolah, aku tahu kau menyukainya," ucap Thomas merengut tapi menggoda. Ish! Ia bahkan tidak tampan. Maksudku, lumayan tampan. Kulihat Quimby lewat. Dia perempuan yang berteman dengan Sarah. Atau lebih tepatnya Almarhum Sarah McCann.

"Nah, dia saja yang kau goda. Dia bahkan lebih cantik dan seksi," ucapku menarik tangan Quimby. Thomas menggeleng-gelengkan kepalanya dan langsung saja mendorong tubuh Quimby untuk menjauh dari kami. Quimby hanya mendengus kesal dan menggerutu.

"Tidak, kau jauh lebih seksi Mrs. Walton. Ayo, di rumahku. Hanya bercumbu," ucapnya yang membuatku jijik. Aku mendorong tubuhnya. Dan lalu tiba-tiba saja Nicola muncul dan terkejut melihat pemandangan ini.

"Astaga! Eli, jangan bilang kau baru saja berciuman dengannya," ucap Nicky jijik. Aku menggelengkan kepalaku dan langsung menarik tangan Nicky.

"Aku bahkan lebih memilih Justin yang menciumku," gumamku sambil meninggalkan Thomas. Ish! Aku benci Thomas.

***

"Apa tadi siang kau baru saja digoda oleh Thomas?" tanya Justin dalam telepon. Dia menghubungiku. Bagaimana ia bisa tahu itu? Aku pikir ia sudah pulang. Ini sungguh mengerikan. Aku menelan ludahku dengan susah. Apa selama ini Justin tidak pulang dan ia hanya berbohong padaku agar aku tidak merasa kalau ia ada di sekolah dan membuntutiku? Oh imajinasiku tinggi juga. Itu tidak mungkin. Aku terlalu percaya diri.

"Ehm, yeah. Apa kita bisa tidak membicarakan soal itu? Itu sungguh menjijikkan," ucapku dengan pelan. Justin menghela nafasnya. Kudengar teriakkan dari seorang bapak-bapak yang memanggilnya.

"Aku harus pergi, besok aku akan menemuimu," ucap Justin padaku. Aku hanya menganggukkan kepalaku dan menutup telepon ini.

Kutatapi langit-langit kamarku. Dan berpikir, mengapa Justin begitu perhatian denganku? Maksudku, aku tahu Justin. Dan kurasa, Justin sudah mengetahuiku lebih dalam. Justin tidak menyukai sajak, atau pun olahraga. Ia menyukai Novel. Finn, tidak menyukai Novel tapi ia menyukai olahraga. Dan Finn orang yang tidak bisa diajak berbicara karena dia membosankan. Ia selalu membicarakan tentang olahraga. Justin lebih menyenangkan dibandingkan dengan Finn meski ia pendiam. Aku menyukai lelaki yang pendiam namun perhatian. Ia tak banyak bicara tapi ia tidak membosankan. Aku tidak tahu dengan perasaanku sekarang.

****

"Eleanor Walton! Astaga Tuhan! Thomas meninggal!" seru Nicola saat aku mengangkat telepon rumah. Aku yang baru saja ingin sarapan pagi langsung mengangkatnya dan terkejut setengah mati dengan berita ini. Aku sungguh tidak percaya. Thomas Anderson meninggal? Aku harap berita ini tidak ada sangkut pautnya dengan Justin. Aku tidak bernafas untuk beberapa detik yang lalu.

"Kau bercanda," ucapku terkekeh. Kudengar Nicola mendecak kesal.

"Aku tidak berbohong, ingat saat kau digoda oleh Thomas kemarin? Kurasa Justin pelakunya!" seru Nicola dengan nada yang begitu meyakinkan. Aku langsung menutup telepon ini dan berusaha untuk bernafas dengan tenang. Apa Justin cemburu karena Thomas menggodaku? Tapi Justin tidak mungkin melihatnya. Dan percakapan tadi malam? Aku tidak tahu mengapa Justin bisa tahu kalau Thomas menggodaku. Aku ingin sekali mati sekarang. Apa benar Justin pembunuh? Aku harus percaya pada Justin atau pada Nicola?

Bieber is Psychopath || Herren JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang