14

338 46 0
                                    

Mijoo berusaha untuk tidak bersuara agar dapat tetap mendengarkan percakapan mereka berdua. Tidak sengaja ia menyenggol dinding kayu yang sudah reot dan menimbulkan suara yang cukup kencang.

Jiyeon dan Jimin langsung berhenti berbicara dan menghampirinya, gadis itu langsung pura-pura memejamkan matanya saat Jiyeon berdiri tepat di sebelahnya.

"Apa itu?"

"Entahlah, mungkin hanya seekor tupai atau binatang lain."

"Besok pagi kita harus berangkat lebih awal, suasananya akan lebih sepi jadi kita mudah membawa mereka ke tempat tujuan."

Matahari belum sepenuhnya berada di posisi, namun Jiyeon dan Jimin sudah membangunkan mereka semua. Keadaan mereka sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Mijoo berjalan mendekati Taehyung, ia ingin memberitau apa yang ia dengar semalam, namun rasanya sangat sulit. Seakan Jiyeon dan Jimin selalu mengawasi mereka.

"Kita sudah hampir sampai, jarak kita sudah cukup jauh dari Gyunsang, kita harus mencari tempat bersembunyi sebelum malam hari," ucap Jimin.

Mereka pun mulai berjalan, semakin lama hutan terasa semakin lebat dan udara semakin dingin.

"Kenapa sepertinya kita masuk semakin dalam ke hutan?" ucap Namjoon.

"Semakin dalam? Kita sedang menuju jalan keluar, oke? Percaya saja pada kami."

Mijoo berjalan di bagian belakang bersama dengan Taehyung. "Taehyung, gwaenchana?"

"Eo, aku sudah lebih baik."

"Kita harus pergi dari sini," ucapnya.

"Memang kita akan pergi, kan? Sebentar lagi kita akan keluar dari sini."

"Aniyo, bukan itu maksudku, mereka ..."

"Ayo cepatlah, kalian tidak mau tertinggal bukan?" ucap Jiyeon memotong ucapan Mijoo.

"Ada apa dengan mereka?"

"Mereka merencanakan sesuatu, kita sedang dijebak, kita harus segera pergi dari sini atau kita akan mati."

"Apa maksudmu?"

"Mereka bekerja sama dengan orang bernama Gyunsang itu, mereka akan membunuh kita semua."

"Ya, bagaimana kau mengetahuinya?" tanya Taehyung.

"Aku mendengar mereka berbicara semalam."

"Geurae, kita harus memberitahu yang lain."

Jimin dan Jiyeon yang memimpin jalan mulai curiga dengan gerak-gerik Taehyun dan juga Mijoo. "Sepertinya mereka mengetahui sesuatu," bisik Jimin.

"Ara, kita harus segera menyingkirkan mereka."

"Menyingkirkan mereka? Bagaimana caranya? itu bukan hal yang mudah."

"Kita akan pikirkan sebuah cara secepatnya, lagipula kita hampir sampai."

Tanpa mereka berdua ketahui, beberapa orang dari mereka sudah tahu dan sedang mencurigai gerak-gerik Jimin dan Jiyeon. Tak lama kemudian mereka dapat melihat sebuah jurang yang cukup dalam tak jauh dari mereka.

Di dasar jurang tersebut terdapat sebuah gua kecil, tidak ada seorang pun di sana. "Ayo, kita harus masuk ke gua itu," ucap Jimin.

"Bagaimana kau tahu kalau gua itu aman?"

"Aku dan Jiyeon pernah hampir keluar dari sini, ingat? Kami bersembunyi di gua itu."

Mereka memutuskan untuk menuruti mereka dan masuk ke gua itu. Tempat itu tidak cukup besar, dan bisa dibilang cukup sempit untuk 12 orang. Yeinn, Jiae, Seokjin, Namjoon, Sujeong dan yang lainnya masuk ke dalam gua.

Mijoo sengaja berjalan di paling belakang, ia yakin kalau ia hanya tinggal berlari ke arah mereka datang untuk menemukan jalan keluar. Gadis itu akan berlari dan meminta bantuan secepat mungkin.

Jimin dan Jiyeon sudah masuk ke dalam gua, Mijoo segera menggerakkan kakinya dan berlari secepat mungkin menaiki jurang yang tidak terlalu curam.

"Ya! Dia kabur! Jimin! Cepat tangkap dia!" teriakkan Jiyeon terdengar sesaat setelah ia berlari.

Mijoo beberapa kali terpleset di jurang, namun tidak halnya dengan Jimin, dengan mudah ia menaiki jurang dan menyusul gadis itu.

Ia menarik tumbuhan merambat untuk membantunya naik ke permukaan kemudian langsung berlari secepatnya tanpa melihat ke belakang. Beberapa detik kemudian ia mendengar sebuah suara mengikutinya.

"Sial, kenapa dia sangat cepat!" gumamnya.

Ranting-ranting pohon menghantam wajah dan tubuhnya saat ia berlari dan menyebabkan luka yang terasa sangat perih. Tapi itu tidak menghentikan Mijoo untuk berlari lebih cepat.

Jimin tidak mengurangi kecepatannya dan masih mengejar Mijoo dengan kecepatan penuh, namun sepertinya kaki gadis itu telah menyerah, seluruh ototnya mulai terasa nyeri. Untung saja pepohonan terlihat semakin merapat, Jimin mulai kesusahan untuk mengejar Mijoo.

Saat ada kesempatan, Mijoo langsung berbelok dan bersembunyi di balik sebuah batu yang besar. Ia tidak mendengar lagi suara langkah kaki Jimin, gadis itu sebisa mungkin mengatur agar nafasnya tidak bersuara.

Ia menyandarkan tubuhnya pada batu itu, mencoba mendengar suara apapun yang dapat menjadi penunjuk arahnya untuk keluar dari sini.

Sebuah suara melangkah mendekat dan membuat Mijoo sangat terkejut sampai tubuhnya lemas. Seorang laki-laki berjongkok di dekatnya, ia bukan Jimin, beberapa tahun lebih tua dan mengenakan sebuah kaus putih dengan beberapa noda seperti tanah dan darah.

Mijoo menggigit bibirnya karena ketakutan, tangannya gemetar saat orang itu mulai mendekat kearahnya. Itu adalah Gyunsang.

Laki-laki itu masih menatap kearah Mijoo dalam diam, tatapannya terlihat sangat mengerikan seakan ada nafsu yang sangat besar di dalam dirinya itu.

Tak lama kemudian, Jimin muncul di samping Gyunsang, ia berdiri dan memperhatikan saat Gyunsang seakan memindai Mijoo.

"Apa dia orangnya?" tanya pria itu.

"Ne, dia salah satu dari mereka yang kabur."

"Geurae, kerja yang bagus," ia mengelus pipi Mijoo dan gadis itu mulai menangis karena ketakutan. Gyunsang menepis pipinya dengan kasar lalu berdiri dan mengangguk kearah Jimin.

Sebuah hantaman yang sangat keras mendarat di kepala Mijoo dan membuat semuanya gelap. Ia tak sadarkan diri.

Akhirnya gadis itu mulai sadarkan diri, awalnya seluruh hal yang ia lihat menjadi buram, tapi setelah mengedipkan mata beberapa kali penglihatannya kembali normal.

Kepalanya terasa pusing saat mencium bau amis darah yang sangat menyengat. Ia berada di tempat yang sama saat mereka bertemu dengan Jiyeon dan Jimin. Dadanya terasa sesak dan air matanya mulai mengalir saat melihat asal bau darah tersebut.

Namjoon, Yoongi, Sujeong, dan Jisoo. Kedua tangan mereka diikat oleh tali dan mereka digantung seperti hewan mati. Leher mereka telah disayat cukup dalam dan darah segar mengalir dengan deras membasahi pakaian mereka serta lantai kayu tempat itu.

"Kita harus menunggu darah mereka habis," ucap Jiyeon.

"Mungkin kita harus memotong bagian lainnya agar lebih cepat."

"Aniyo, gwaenchana. Aku suka melihat ini lebih lama," ucap Gyunsang lalu terkekeh.
.
.
.
.
TBC =)))
VOTE & COMMENT JSY^^

WHO ARE U? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang