[Boyfriend! Jealous! Akashi X Girlfriend! Kawaii! Reader] Don't Mad

331 31 3
                                    

Mempoutkan bibirmu, kamu pun berjalan ke arah Akashi―kekasih hatimu yang sekarang sedang marah kepadamu.

Tunggu, kenapa ia bisa marah?

Hm, ya. Dapat dikatakan kalau Akashi itu cemburu kepada teman masa kecilmu yang hampir setiap hari selalu menghubungimu melalui telepon dan terkadang kamu dan temanmu itu bisa sampai berjam-jam untuk mengobrol bersama sehingga membuat Akashi merasa dihiraukan oleh dirimu.

Kalau masalah mengobrol berjam-jam melalui telepon itu Akashi masih dapat memaklumi dirimu dan temanmu itu yang memang sudah dari kecil sudah saling kenal hingga sampai sekarang, tetapi kalau kamu sampai berani pulang di malam hari di pukul delapan malam seperti ini dan pulang dengan ekspresi yang begitu bahagia---bagaimana Akashi tidak marah dan cemburu?

Kamu bilang kalau kamu hanya sekedar jalan-jalan biasa saja bersama temanmu itu dan kamu juga bilang kalau kamu akan pulang pukul empat di sore hari. Namun kenyataannya apa? Kamu justru datang terlambat, pulang di malam hari tanpa memberitahu Akashi kalau kamu akan datang terlambat.

Sekitar tiga puluh menit lamanya, Akashi duduk di atas sofa ruang tengah sambil menonton salah satu acara televisi tanpa sekalipun menyapa atau bahkan melihat ke arahmu. Kamu tentu merasa kesal sekaligus sedih di perlakukan seperti ini---tetapi hei, ini semua karena salahmu juga 'kan?

Kamu pun menghela nafas sebelum akhirnya menghentikan langkahmu ketika kamu berada tepat di hadapan Akashi. Kamu menatap kedua manik heterokomnya seraya memulai percakapan.

"Seijuuro, sekarang sudah malam. Ayo kita tidur." ucapmu

"Malam ini aku tidur disini saja." jawab Akashi tanpa sekalipun melihat ke arahmu

"Eh? Sei... kenapa bisa begitu?" tanyamu yang sama sekali tak dijawab oleh Akashi

"Baiklah, kalau begitu aku juga akan tidur disini bersamamu!" ucapmu yang lagi-lagi tak mendapatkan respon apapun dari Akashi

Cih, menyebalkan sekali! Aku tidak mau diperlakukan seperti ini olehnya!, batinmu.

Lalu tanpa berpikir panjang, kamu pun segera duduk di atas pangkuan Akashi kemudian kamu sedikit membalikan badanmu sehingga membuat dirimu dan Akashi saling berhadapan.

"Seijuuro, lihat aku" ucapmu yang untuk kesekian kalinya tak mendapatkan respon apa-apa dari Akashi

"Seijuuro, kumohon jangan marah seperti ini!" ucapmu yang kini langsung memeluknya dengan erat "Aku tidak mau diperlakukan seperti ini olehmu, Seijuuro!"

Rasanya ingin sekali Akashi membalas pelukan darimu---namun ia masih menahan dirinya. Ia tetap memandangi acara televisi yang membosankan itu tanpa sekalipun menjawab pertanyaanmu.

Mengetahui Akashi yang tidak juga memberikan respon, kamu pun melepaskan pelukanmu tetapi kamu melingkarkan kedua tanganmu di sekitar lehernya. Kamu masih setia menatap kedua manik heterokomnya dengan mata yang kini sudah berkaca-kaca.

"Seijuuro..... kumohon, jangan marah" ucapmu dengan nada suara yang rendah

Dan tepat setelah itu Akashi pun mengalihkan pandangannya ke arahmu. Jujur saja, ia cukup terkejut setelah melihat kedua manik [Eye Color]mu yang indah itu jadi berkaca-kaca. Ia tidak percaya kalau kamu akan sesedih ini karena dihiraukan oleh dirinya.

Kemudian perlahan Akashi melingkarkan kedua tangannya di sekitar pinggangmu; memperdekat jarak di antara kalian dengan mempertemukan keningnya dengan keningmu. Jantungmu mulai berdegup lebih kencang dari sebelumnya, dapat kamu rasakan hembusan nafas Akashi. Kedua mata kalian saling bertemu; kini dapat terlihat semburat merah tipis yang menghiasi kedua pipimu maupun Akashi.

"Aku tidak akan marah jika kau memberitahuku alasan mengapa kau pulang terlambat pada hari ini, [Name]" ucap Akashi dengan lembut kepadamu

"...Ma-maafkan aku karena sudah datang terlambat dan tidak menepati perkataanku sendiri untuk pulang jam empat sore, Seijuuro" ucapmu sembari menundukan kepala "...t-tapi itu semua karena aku dan Rei datang mengunjungi rumah Ibuku dan selain itu kami juga datang ke makam ayahnya Rei sehingga aku jadi lupa memberitahumu saking me―"

"Shhh―" Akashi meletakan jari telunjuknya pada bibirmu "―aku sudah mengerti dengan penjelasanmu dan aku mempercayainya, [Name]"

"Be-benarkah? Kalau begitu, apa Seijuuro memaafkanku?" tanyamu seraya mengedipkan kedua matamu ke arahnya

"Iya, aku memaafkanmu" jawabnya sambil tersenyum ke arahmu

"Terimakasih, Seijuuro! Aku sangat me―humff!!!" ucapanmu pun terpotong kala merasakan sesuatu yang lembut pada bibirmu yang menghalangi keluarnya partikel suara di udara.

Detak jantungmu semakin meninggi disaat menyadari kalau ternyata bibir Akashi lah yang telah menghalangimu untuk mengeluarkan suara. Kamu pun hanya dapat menerima ciuman dari Akashi itu hingga tautan antara bibir kalian terlepas.

Disaat kamu mencoba untuk mengambil nafas, Akashi pun berbisik pada telingamu dan hal itu sukses membuat wajahmu memerah seperti tomat.

"Sama-sama, [Name]. Dan aku juga mencintaimu."

Words: 699

My update, 23 / 09 / 2016.

Happy Birthday, My Husbando(s)!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang