Abira & Sania - 1

63.4K 2.6K 104
                                    

Suara tegas seorang laki-laki yang tengah mengucapkan ijab qobul itu menyelimuti jantung Sani yang berdebar. Di hadapannya, seorang Abirasatya Firdaus, laki-laki yang di jodohkan dengannya baru saja sukses mengucapkan kalimat sakral itu.

Kalimat sakral yang Sani harap hanya akan di ucapkan oleh laki-laki yang ia cintai dan mencintainya. Namun harapan itu tenggelam begitu saja karena Sani menikah dengan Abi secara terpaksa, berbeda dengan Abi yang segenap hati menerima pernikahan itu.

Perjodohan yang sangat Abi inginkan namun tidak dengan Sani. Sejak awal, Sani tidak menginginkan perjodohan ini berlangsung apalagi sampai tahap pernikahan.

Jujur saja, Sani tidak mencintainya dan yang paling penting ia tidak suka berhubungan dengan berondong, laki-laki yang usianya lebih muda meski itu hanya beberapa bulan. Dan Abi? laki-laki itu berusia 19 tahun. Usia mereka terpaut 2 tahun.

Sementara Abi sendiri tidak mempermasalahkan usia. Yang terpenting adalah perasaan cintanya sudah mulai tumbuh sejak pertama kali mereka bertemu. Jauh-jauh hari sebelum pernikahan ataupun perjodohan itu di rancang.

"Sani... ajak Abi ke kamarmu. Kalian harus istirahat," suruh Anita, Mama Sani.

"Kenapa harus kamarku, kamar tamu kan ada," tanya Sani datar.

Abi yang berdiri disebelah Sani sempat merinding mendengar suara datar Sani. Bagaimana mungkin suara perempuan seperti itu? Seketika ia menyengit,

Bukankah Sani yang aku tau itu lemah lembut?

Pasalnya ketika mereka bertemu untuk di jodohkan, Abi tidak pernah mendengar Sani berbicara. Ia hanya melihat tatapan Sani yang tidak bersahabat, juga mulut tipisnya itu selalu mencebik kala urusan pernikahan di bahas.

Terakhir kali ia mendengar suara lembut Sani adalah beberapa tahun lalu.

"Sani... Abi kan suamimu, masa di suruh ke kamar tamu," timpal Rio, Papa Sani yang tengah menggeleng mendengar ucapan putrinya.

"Hhhhh, ya sudah ayo ikut ke atas," ajak Sani tanpa menyebutkan nama suaminya.

Abi memperhatikan punggung perempuan yang sejak beberapa jam lalu itu menjadi istrinya. Kenapa Sani-ku berubah?

Sani berbalik ketika ia merasa bahwa Abi tidak mengikutinya. Sani mendengus melihat Abi yang masih mematung di tempatnya.

"Kenapa masih disitu, kamu tidak dengar Papa ku menyuruhmu ke kamarku," bisik Sani tajam membuat tengkuk dan punggung Abi serasa merinding.

"Kamu jalan duluan, aku mengikutimu," jawab Abi berusaha santai. Menahan gejolak aneh yang tiba-tiba muncul.

"Ini kamarmu?" tanya Abi ketika ia memasuki salah satu ruangan di lantai dua.

Sani mendengus, merutuki memiliki suami yang masih bocah. "Tentu saja, apa kamu tidak dengar ucapan Papa tadi kalau aku harus membawamu ke kamarku," cerocosnya ketus membuat Abi tersenyum lalu mendekati Sani yang berdiri di hadapan meja riasnya.

"Sani, bicaralah yang sopan dengan suamimu," bisik Abi pelan tepat di sebelah telinga kanan Sani.

Sani mendengus kesal lalu menjauhkan dirinya dari Abi. "Harusnya kamu yang sopan, usiamu lebih muda dariku."

"Disini aku suamimu, Sani. Imammu, aku bertanggung jawab atas segala perilakumu maka kamu harus menghormatiku meski usiamu lebih tua dariku. Mulai sekarang kamu jangan memanggilku nama," ujarnya santai.

Sani mendelik, "Kenapa kamu mengaturku? Mama dan Papa saja tidak pernah mengaturku."

Abi berjalan mendekati Sani yang memundurkan langkahnya. "Stop! kamu mau apa?" tanyanya galak.

Abira & Sania ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang