Abira & Sania - 24

18K 1.1K 48
                                    

Beberapa bis sudah berkumpul di parkiran kampus. Setelah Abi memarkirkan mobilnya ia segera keluar untuk berkumpul dulu sebelum pergi.

Tepat pukul setengah delapan pagi, semuanya siap berangkat. Karena susah kuliah, tempat duduk tidak di atur. Hanya saja setiap bis di bagi untuk beberapa fakultas.

Acara kemping tahun ini adalah yang paling besar. Panitia menyiapkan semuanya dengan terarah. Dan yang sangat menguntungkan, fakultas Ekonomi dan Kedokteran satu bis.

Abi langsung menggambil tempat di tengah. Baru saja ketika ia ingin duduk di sebelah Sani, seseorang tidak tau malu langsung duduk di sebelah Sani.

"Lo ngapain duduk di situ?" tanya Abi sewot.

"Terserah gue, iya nggak San."

"Ron, mending lo pindah deh." ucap Sani.

"Kenapa? Gue pengen disini. Suruh aja junior ini yang pindah."

"Lo yang pindah, awas ah."

"Ron, Mama gue minta tolong Abi buat jagain gue." ucap Sani membiat Aron menatap Abi tajam dengan tangan terkepal.

Ia pun langsung berdiri, sebelum pergi ia mendekati telinga Abi dan berucap pelan.

"Kali ini lo menang, tapi kita liat nanti. Gue yakin lo nggak akan bisa jagain Sani kayak dulu."

Abi tak mengidahkan ancaman gila Aron. Ia langsung duduk di sebelah Sani yang menatap Abi penasaran.

"Si Aron bilang apa?"

"Nggak bilang apa-apa. Kamu tenang aja, cukup percaya dan tetap di samping aku."

Sani hanya mengangguk saja. Perjalanan pun di mulai. Perjalanan yang menyenangkan di bis itu karena sebagian mahasiswanya sangat humoris.

Vallen, si cowo lebay dari Fakultas Ekonomi berjalan ke depan lalu mengambil mic yang di ulurkan tour guide.

Dan selanjutnya banyak lelucon garing yang berakhir beberapa temannya menghujat dengan bercanda.

Sedari tadi, Abi mengarahkan matanya menatap setiap pergerakan Sani dari samping. Entah itu karena ia tertawa atau ikut menghujat temannya.

Seulas senyum terbit di wajahnya. Rasanya senang bisa sedekat ini dengan Sani. Terlebih kedekatan mereka mulai terjalin sejak seminggu lalu sehari setelah pertengkaran mereka.

Katakan Abi lemah. Tapi sebagai suami, tidak baik kan kalau membalas perbuatan istrinya?

Bagaimana pun jika seorang istri salah, kita sebagai suami harus menegurnya, menasehati meski tidak di dengar, mencoba dan terus mencoba sampai perlahan Sani luluh.

Seminggu kemarin Sani memang lebih dekat dengannya. Banyak yang Abi katakan mengenai masa depan rumah tangga mereka. Dan tidak Sani pungkiri, jauh di lubuk hatinya ia juga ingin rumah tangga mereka seperti apa yang di impikan Abi.

Tapi entahlah, ia sangat bodoh karena tak bisa menjaga sikap dan perasaannya.

Pantas kah lelaki sebaik Abi harus bersanding dengan perempuan seperti dirinya? Rasanya tidak.

Dan beberapa hari ini, di balik rasa senangnya, banyak yang ia pikirkan.

"San..." bisik Abi tiba-tiba membuat Sani terperanjat.

"Apaan sih? Kamu bikin kaget aja," pekiknya pelan nan ketus.

Abi terkekeh, "Maaf, habis kamu ngelamun. Kenapa? Mikiran apa?"

"Nggak ko. Nggak mikirin apa-apa," jawabnya cepat sambil mengalihkan pandangan melihat jalanan.

Abi yang melihat itu langsung merasa heran. "Yakin? Jangan bohong, jujur aja sama aku." bujuknya tapi Sani tak mengidahkan.

Abira & Sania ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang