Abira & Sania - 22

17.5K 1.2K 75
                                    

NOTE :

JANGAN CONTOH KELAKUAN SANI KE ABI YA. Ambil yang baiknya buang yang buruknya.
.
..
...
....
.....

Ketika emosi sama-sama menyelimuti, penyelesaian tidak akan di dapat. Kecuali jika salah satunya mengalah untuk yang lainnya.

* * *

Sani baru membuka pintu kamar ketika waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam. Tadi ia sudah meminta izin kepada Melda karena harus pulang malam dengan alasan mengerjakan tugas.

Awalnya Melda sempat curiga karena Sani meminta izinnya bukan Abi. Tapi setelah di jelaskan Melda bisa mengerti. Ia pun mengizinkan asalkan pulangnya ada tidak sendiri. Dan kalau sendiri, ia harus meminta Abi menjemputnya.

"Dari mana aja?" tanya Abi khawatir sambil menghampiri Sani.

Sani membuang pandangannya. Ia berjalan melewati Abi tanpa menjawab pertanyaan suaminya itu.

Entahlah jika melihat Abi, ia jadi teringat kejadian tadi di Kampus.

"Sani, aku lagi bicara sama kamu," tegur Abi mulai menaikan intonasi suaranya.

"SANI!" bentaknya karena Sani tak juga mengidahkan perkataan Abi.

Sani mendengus, ia menatap Abi tajam. "Apa sih? Nggak bisa tenang apa?"

"Gimana bisa tenang, dari tadi aku ngomong kamu cuekin."

"Penting banget emang pertanyaan kamu itu sampe aku harus jawab."

"Sani, harus aku ingetin berapa kali kalau kamu itu istri aku. Tanggung jawab kamu tuh ada di tangan aku. Aku udah biarin kamu pergi sama Aron tapi BUKAN UNTUK PULANG MALAM LAGI. KAPAN SIH KAMU BISA NGEHORMATIN AKU SEBAGAI SUAMI KAMU."

Sani tersentak kaget begitu Abi membentaknya lagi. Wajahnya sudah memerah ketika menatap Abi.

"Aku rasa itu bukan masalah. KAMU SUAMI YANG NGGAK AKU MAU. DAN MASIH MENDING AKU PULANG DARI PADA KAMU NGGAK PULANG, KASIH KABAR AJA ENGGAK," balasnya dengan intonasi yang tinggi juga.

"Aku punya alasan untuk itu. Tapi kamu apa? Mau alasan apa?"

"Apa? Alasan kamu apa? Mau bilang kalau kamu nggak ngapa-ngapain gitu, hah? Basi bulshit."

"Aku emang nggak ngapa-ngapain--" belum juga Abi menyelesaikan ucapannya Sani sudah memancing emosi Abi lagi.

"Nggak ngapa-ngapain tapi kamu malah PELUKAN SAMA PEREMPUAN LAIN DI DEPAN AKU. ITU YANG KAMU SEBUT NGGAK NGAPA-NGAPAIN?"

"Aku juga nggak tau Sani. Sita tiba-tiba aja meluk aku."

"Kamu pikir aku bodoh? Nggak mungkin ada seorang perempuan yang meluk seorang laki-laki kalau nggak ada alasan. NGGAK USAH NGELES."

Abi memejamkan matanya, pikirannya mulai kalut. Ia tidak bisa berpikir jernih ketika Sani benar-benar menyulut emosinya.

"Aku nggak ngeles. Aku udah mau jelasin semuanya ke kamu tapi kamu ngehindar kan malah pergi sama Aron. Cowo brengsek yang kamu nggak tau apa-apa tentang dia."

"Kamu pikir kamu tau tentang dia? Siapa kamu?"

Abi menarik napasnya lagi, ia harus mengalah agar emosi tidak menguasai hatinya yang nanti bisa saja membuat kesalahan fatal.

"Aku tau Sani. Aku tau Aron. Dan semua cerita tentang Arina yang di bilang Aron itu nggak benar."

Sani terpaku. Ia menatap Abi tajam. "Kenapa kamu bisa tau Arina? Sejak kapan kamu tau Arina?"

Abira & Sania ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang