Abira & Sania - 27

15.8K 1.2K 53
                                    

Tania terus mengajak Abi kesana kemari membuat Abi risih. Berkali-kali ia menolak tetapi kakak tingkatnya itu memaksa untuk terus berjalan-jalan saja.

"Sebenernya kakak mau kemana? Rombongan masih di sana," kata Abi lalu menghentikan langkahnya.

"Ini udah jalan terlalu jauh."

Tania mengerucutkan bibirnya. Ia bergelanyut manja di lengan Abi. "Biarin dong Bi. Kapan kita punya waktu kayak gini. Setiap aku ajak pergi kamu pasti nolak."

"Tapi maaf, saya nggak bisa. Lebih baik saya kembali ya."

"Ihh jangan dulu Abi."

"Kalau kakak mau di sini silahkan. Saya mau kembali," Abi sudah muak. Ia pun berlaku tegas pada Tania dengan menyentakan tangan gadis itu.

Tania menggeram kesal melihat kepergian Abi. Tiba-tiba selintas ide muncul dalam benaknya untuk menghentikan langkah Abi.

"Abi, di sini ada ular!" teriak Tania membuat Abi berbalik.

Tania langsung berlari dan menerjang tubuh Abi. Ia menangis di dada Abi dengan erat. Bertepatan dengan itu Sani muncul dengan Aron di belakangnya.

Aron tersenyum miring melihat Tania berhasil memerankan perannya dengan baik. Sani terbelak melihat tangan Abi memempel di bahu Tania.

Sani pikir Abi membalas pelukan itu. Hatinya mendadak sesak. Air mata sudah menggenang di matanya.

"Abi?" gumamnya lirih.

"San, lo kenapa?" tanya Aron khawatir. Ia memegang kedua bahu Sani yang bergetar halus.

Sani menggeleng seraya menghapus air mata di wajahnya. Niatnya Sani akan pergi, namun tiba-tiba tubuh Sani di tarik halus oleh Aron sehingga wajah gadis itu berada di dada Aron.

Sani tak dapat memberontak. Untuk saat ini yang ia butuhkan ketenangan dari emosinya yang bergejolak melihat Abi dan Tania.

Sementara Abi berusaha melepaskan pelukan Tania. Pelukan yang sengaja di buat erat itu membuatnya sesak. Demi apapun dirinya sekarang sesak.

Dan ketika ia ingin meminta pertolongan, matanya menangkap sosok laki-laki dan perempuan yang tengah berpelukan. Mata Abi terbelak ketika mengenali baju yang di pakai mereka berdua.

"Sani?" gumamnya terluka.

Tubuh Abi mendadak lemas, kepalanya mendadak pusing. Jadi, selama ini Sani memang belum melupakan Aron?

Tapi, apa maksud dari sikap manis dan merajuknya akhir-akhir ini?

Abi menggeleng, tak habis pikir. Sebenarnya apa salahnya membuat Sani menorehkan luka itu terlalu dalam?

Dengan paksa Abi melepaskan pelukan Tania tak perduli dengan ringisan wanita itu karena Abi mencengkram bahunya.

"Abi sakit!" pekiknya membuat Abi memandang Tania datar.

"Maaf, saya sengaja. Kakak terlalu keterlaluan dengan memeluk saya."

"Kenapa sih? Lagi pula cuman di peluk."

"Hanya sebuah pelukan saja cukup berarti untuk saya. Dan saya tidak bisa memeluk seseorang dengan sembarang."

"Terus gimana sama Sani? Bahkan dia terang-terang memeluk laki-laki lain di depan lo."

Abi menghela napas kasar. Tak peduli dengan perihal itu. Hati dan perasaannya cukup lelah pada Sani. Dan karena lelahnya itu ia ingin memejamkan matanya sejenak melupakan kejadian apa yang sudah ia lihat beberapa menit lalu bahkan sampai detik ini.

Abira & Sania ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang