Di kamar kini mereka hanya berdua saling menatap tanpa sepatah kata,
dan fahmi ia malah kembali ke meja kerjanya yang tak jauh dari
ranjang. "kamu bisa tidur duluan, aku masih ada kerjaan" ucap
suaminya.
"iya mas" Rina merasa dirinya asing di mata suaminya sendiri untuk
bergerakpun terasa kaku. Ia pergi ke kmar mandi untuk membersikan
diri kemudian berbaring di kamar tidur sambil manatap suaminya. Dengan
beribu pertanyaan dalam hati umtuk suaminya itu( "sebenarnya apa
tujuan mas menikahi ku? Mamangnya mas mencintaiku? Bagaimana kabar
dengan pacarnya mas yang dulu? Kenapa tidak menikahi dia saja?
Bukankah dulu kalian akan menikah, terus kenapa kita di pertemukan
melalui abah sepuh?.") matanya terpejam sambil mengingat kejadian
mengapa ia bisa menikah dengan sosok suaminya itu.
Flassback**
Seperti biasanya rina menyapu di pelataran ponpes manahijul huda,
setelah mengkhadimkan diri semama 3 tahun, berada disana di suatu pagi
tiba- tiba abah menghampipiri.
"assalamu'alaikum rin,kamu mau lebih khodim? Tepatnya menjadi hamba
Alloh yang sempurna? Jawab IYA atau TIDAK." Pertanyaan abah sepuh
memang selalu menjadi teka-teI. Rina sempat tersentar hatinya namun
tanpa mengurangi rasa horrmat ia langsung menjawab.
" tentu saja IYA abah"
"kalau begitu menikahlah" jawaban abah singkat. Rina hanya menunduk.
"sama murid abah si acep alumni pondok ini juga, ia sudah sukses
menjalankan bisnisnya namun tetap mengabdi mengamalkan ilmu yang ia
punya. Sering kesini menemui abah untuk mencarikan calon isrti,
insyaAalloh kamu yang cocok menurut abah."
Dunia seolah berhenti beberapa detik bagi rina tanpa pikir panjang ia
pun menjawab "tentu abah,, jika itu baik bagi saya menurut abah
insyaAlloh saya siap." Menurutnya ini jalan terbaik di saat usianya
mau masuk kepala tiga tapi belum juga menikah.
"sore ini keluarga nya datang untuk melamar kamu melalui abah, orang
tua kamu juga sudah tau, mereka nanti di jemput kepondok sama santri
lain. Akad nikahnya malam ini juga ba'da shalat isya." Beliau
tersenyum, tapi rina malah kaget tidak menyangka akan secepat itu.
"maaf abah, apa ini tidak terlalu cepat dan tergesa-gesa?"
"niat baik itu harus di segerakan, tidak baik di tunda-tunda." rina
hanya nurut dan permisi setelah percakapan selesai. Tidak lama
kemudian orang tua rina sudah tiba di pondok dan sebuah mobil pick up
terparkir di depan rumah abah, calon mempelai pria dan keluarganya
tiba.
Di ruang tamu rumah abah, dua keluarga bertemu saling berbincang
membicarakan putra-putinya yang akan di nikahkan malam ini juga.
Sementara rina masih penasaran tentang siapa calon suaminya tersebut.
mak haji istrinya abah menghampiriku di kobong putri. "neng, kata abah
kamu bisa taarufan dulu sama calon suamimu dan keluarganya, siapa tau
neng sudah kenal." Rina mengerutkan kening "setahu ku aku tidak pernah
kenal dengan yang namanya acep mak" hatinya masih menyimpan tanda
Tanya.****
"assalamu'alaikum, ini neng rina calon nya cep fahmi". Mak haji
mengiringi rina dan memperkenalkan nya pada keluarga calon suaminya.
Tatapan rina tertuju pada sosok yang tak asing bagi penglihatan nya ia
duduk di dekat orang tua rina. ("Mas fahmi tidak salah lagi, dulu ia
memang pernah mondok di sisni juga" ) hati rina tertegun. "Ternyata
yang di sebut acep itu panggilan abah ke mas fahmi, pantas saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hikmah Biru
RomanceTentang sebuah cinta di masalalu yang masih mengekang perasaan keduanya.