Bab I

107 6 4
                                    

Ling Zhi

"Selamat bagi atlet yang sukses dalam ujian kenaikan tingkat tahun ini, laksanakan tanggungjawab kalian sesuai sabuk yang telah kalian sandang. Paham?!" "Paham!!"

Semua junior bersalaman dengan senior mereka. Menandakan kegiatan ujian kenaikan tingkat telah selesai. Junior-junior telah diperbolehkan pulang namun tidak untuk senior, termasuk diriku.

****

"Hanya 2 orang yang lulus seleksi dari sasana kita, Glen dan Ling" ucap Suheng, panggilan untuk pelatih di sasana Wushu ku.

Semua orang lantas kaget mendengar namaku. Bagaimana tidak, aku baru bergabung 11 bulan tetapi berhasil mengalahkan Melin yang sudah sekitar 2 tahun bergabung di sasana.

"Bagi yang lulus kita akan bergabung dengan beberapa atlet sasana lain yang akan mewakili sumbar, sumbar menargetkan 5 mendali emas tahun ini, jadi kalian benar-benar harus berlatih keras dalam 3 minggu ini"

Seseorang berbisik padaku. Yaa, jelas itu suara Melin.

"Jangan senang dulu, baru juga gabung udah pinter ambil muka. Lo pake pelet apa? Awas lu ya.."

Tetapi aku bukan tipe orang yang banyak omong, aku jalan ke lokerku dan sibuk membereskan barang-barangku untuk bersiap pulang. Melin terlihat sangat kesal melihat responku.

*sesampainya dirumah..

"Masih ingat jalan kerumah? "

"Orangtua bertanya itu dijawab!" nada bicara mama semakin keras.

Aku tidak menghiraukan dan pergi kekamar. Karena sudah terlalu sering pulang latihan malam hari, mama membuka pintu kamarku lalu memarahiku.
Aku kenakan headphone ku dan memutar lagu kesukaanku sangat keras. Mama tidak tahan dengan sikapku. Ia memukul bahu kananku. Tetapi aku tetap tidak menghiraukan mama. Mama mengusap dada dan segera pergi dari kamarku.

"Sakit juga" ucapku memegang bahu sambil ketawa sumbringah.

Aku beranjak dari meja belajar ke tempat tidur. Rasa lelah membuatku mudah tertidur malam itu.

***

"Pagi anak-anak.. " ibu Fatima guru matematika di kelas VII A SMP Cendrawasih.

"Pagi buu.. "

Kelas berjalan lancar sebelum seorang murid datang untuk masuk ke kelas karena terlambat. Dan itu aku. Ibu Fatima spontan kaget merasa tak dihargai. Aku malas untuk banyak basa basi, karena itu aku langsung saja masuk tanpa menyalami ibu Fatima terlebih dahulu.

"Mentang mentang matamu sipit gak bisa kamu liat ada saya disini? kamu masih ingat kata salam? Atau perlu ibu ajarkan kembali?!" ibu Fatima lantas marah pada ku.

"Woii.. Jawab! Ibu Fatima bicara sama lo! " seseorang menegurku.

"Saya? "

"Keluar kamu!! Anak tidak tau sopan santun. Bahkan ini bukan pertama kalinya kamu bersikap lancang sama saya! Kalau bukan karna prestasimu, saya pastikan kamu tidak akan ada di sekolah ini!"

Sakin kerasnya suara ibu Fatima marah, guru yang mengajar dikelas sebelah keluar melihat apa yang terjadi.

"Nyuruh keluar aja kok rempong! "

Maybe A BadgirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang