C.Jackets

282 29 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

C. Jacket

"Cie...," sontak saja Krystal melonjak kaget ketika memasuki kelas. Keningnya mengerut saat teman-temannya menyorakinya sambil cengengesan. Perasaan tidak ada yang aneh dengan dia. Dia pakai seragam sesuai jadwal. Jaketnya pun tidak ada masalah. Tas-nya juga sudah di resleting. Rambutnya juga tidak di kepang kuda. Kenapa dia malah di cie-cie-in oleh teman-temannya?

Gadis itu melotot, seakan bertanya "Apaan sih?", tetapi teman sekelasnya malah saling pandang tidak jelas. Krystal tidak ambil pusing, lebih baik ia duduk di bangkunya. Lagipula ada PR matematika yang belum ia selesaikan. Ia mulai membuka buku PR-nya, membaca soal lalu menggoreskan tintanya.

"Cie ... cie ... cie ...!" Lagi-lagi sorakan terdengar, tapi Krystal tidak menghiraukannya.

"Cie ... cie...!" Sekali lagi teriakan itu menggetarkan gendang telinganya. Krystal memutuskan untuk mendongak. Menatap sekeliling demi mencari apa yang salah dengan kelasnya. Ia mengedikkan bahu, tidak ada yang aneh sampai ..., "heol kenapa jaketmu sama denganku? Eh kenapa malah duduk di sebelahku?"

Seluruh kelas langsung tertawa melihat tingkah ajaib Krystal. Gadis itu baru saja membentak lelaki yang mengenakan jaket serupa dengannya. Seorang kapten sepak bola mengenakan jaket hitam dengan ornamen warna merah, terlebih ada tulisan 'MR' di depannya. Sedangkan jaket yang dikenakan Krystal juga memiliki model dan warna yang sama, yang berbeda hanyalah tulisan 'MRS"

"Mulai sekarang aku duduk denganmu. Jangan berisik!" Laki-laki itu mengeluarkan suara bass nan seksinya.

"Yak! Apa-apaan sih Kai! Lagian siapa yang mau duduk denganmu?" Krystal memberengut kesal. Kenapa juga ada pria yang punya rasa percaya diri berlebihan. Pria di sampingnya ini sungguh ingin ia jatuhkan ke jurang.

"Kamu sendiri yang duduk denganku, jadi jangan salahkan aku menahanmu di sini!" Krystal melongo, ia melihat ke sekitar. Kenapa mejanya jadi lebih dekat dengan guru? Gadis itu tersadar, ia menepukan tangannya ke dahi. Ia salah tempat duduk. Sialnya ia malah duduk di tempat pria dingin, Kai. Tawa makin membahana di kelasnya. Si gadis ceroboh berbuat ulah lagi.

"Maaf teman-teman, pacarku memang suka mempermalukan diri sendiri!" Ucapan dari Kai tambah membuat Krystal membeku. Apa ia tidak salah dengar? Pacar? Siapa pacar siapa?

"Jangan di tepuk keras-keras sayang, nanti dahimu tambah lebar," ujar Kai lagi sembari mengelus dahi Krystal. Dilanjutkan mengacak rambut Krystal penuh sayang. Krystal makin membulatkan matanya, terlihat cengo saat Kai menampilkan smirk andalannya. Ya Tuhan, pria ini benar-benar melumpuhkan perjalanan oksigen di dalam tubuh Krystal.

"Kapan kita jadian?" Krystal membuka suaranya di balik degupan jantungnya yang naik tiap detiknya.

"Sejak kamu menerima jaket yang kamu pakai," jawab Kai tenang. Ia menatap hazel coklat milik Krystal. Tatapannya benar-benar mampu mengalirkan ribuan watt listrik pada Krystal. Gadis itu terhenyak, ia ingat kemarin Kai membelikannya jaket couple yang sudah lama ia inginkan. Akan tetapi, Kai bilang kan itu ucapan terima kasih karena menemaninya belanja. Yeaah, gara-gara Ibunya yang meninggalkannya di Mall, sehingga gadis itu harus menemani Kai belanja. Satu lagi, Kai juga bilang itu rasa kasihan karena melihat Krystal yang memohon-mohon pada pelayan. Ya, Krystal sampai mengeluarkan aegyonya demi merayu pelayan untuk menjual jaket couple itu secara terpisah.

"Heol, menerima jaket darimu tidak berarti aku jadi pacarmu, memangnya kapan kamu minta aku jadi pacarmu, dan kapan aku mengiyakan ajakanmu? Huh ...." Krystal merasa lega menemukan kalimat ini untuk melawan Kai, sahabat kecilnya.

"Aku mau kamu jadi pacarku," ujar Kai sungguh-sungguh. Demi Venus yang cantik, dunia Krystal terhenti. Matanya hanya mengerjap, apakah ini mimpi? Kai minta dia jadi pacarnya? Mereka sebenarnya sudah kenal sejak TK. Bisa dibilang mereka teman dekat. Hanya saja, Kai berubah dingin sejak SMA. Apalagi mereka beda kelas. Kai juga terlalu fokus dengan sepak bola. Meskipun di tahun terakhir ini mereka sekelas. Namun, tetap saja Krystal tidak siap. Ia juga takut ini hanya candaan Kai.

Melihat Krystal yang tidak merespon, Kai memilih memegang kepala Krystal. Ia menggerakkan kepala Krystal ke atas dan bawah dengan mulut terbuka.

"Nah kamu mengangguk kan, jadi kamu sudah sah jadi pacarku," ucap Kai sambil tertawa lebar. Saat itulah Krystal sadar, wajahnya telah memerah seperti kepiting rebus.

"Yak Kai!" Krystal memekik keras. Sungguh sekarang ia ingin bertapa di gunung Himalaya demi ketenangan batinya.

Fin

a

JUST YOUR GAME || KAISTALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang