Awalan

481 44 0
                                    

Holla!
Jadi begini manteman, saya merevisi cerita ini agar lebih rapi. Agar lebih nyaman di pandang mata. Jadi sangat disarankan untuk membaca ulang. Dan ini masih tahap awal revisi, kalau ada yang gak nyambung harap maklum, karena revisinya bertahap. Semoga kalian suka!💕

Bismillah

_______________________________________





First moment

Maya berlari menuju kelas nya, karena dia ingin segera mengerjakan PR MTK yang belum dikerjakannya. Saat maya menaiki undakan tangga dengan lincah, seseorang tiba-tiba mendorong tubuhnya dari arah berlawanan.

"Aduh" suara maya terdengar sangat keras saat orang itu menabrak nya.

"Ma–maaf gue buru-buru."

Dalam hati maya bertanya-tanya dengan raut aneh yang diperlihatkan pemuda itu. Tapi ia bersikap masa bodoh, untuk apa ia memperdulikan wajah pemuda itu. Toh tidak ada untung juga.

Di lorong kelas, Maya berhenti ketika melihat segerombolan orang menghalangi pandangan nya ke kelas. Orang-orang berdesakkan untuk masuk ke kelas X IPA 1.

Tidak sengaja ia melihat ada dua sahabat nya yang juga ikut berdesakkan ditengah kerumunan itu.

Maya berlari kecil ke arah sahabat nya. Ia menarik kerah baju Fatur, membawa pemuda itu keluar dari kerumunan. Tangan Fatur yang bertaut, ikut membawa Amel keluar dari kerumunan.

"Ada apaan sih? Kok kaya pembagian sembako gitu?"

Wajah Amel pusat pasi, sementara Fatur telihat tersenyum hambar. "Itu May, di kelas X IPA 1 ada mayat di belakang pintu."

"Trus, udah telepon polisi?"

"Udah kok mel, itu ada kepsek sama semua satpam yang jaga TKP"

Maya terdiam. Pikirannya melayang kemana-mana. Terlintas wajah seseorang dikepalanya, kemudian ia kelimbungan sendiri karena lupa dengan wajah yang baru terlintas. Karena baru sekejab, ia sudah melupakannya.

"Anak yang meinggal itu namanya siapa?"

Amel menatap nanar ke arah Maya. "Seira May. Dia anak lugu yang gue sendiri sedih tau nasib nya begini" Amel yang memiliki kelembutan hati luar biasa, mulai menitikkan air mata.

Fatur menepuk-nepuk punggung Amel. Menenangkan gadis itu. "Udah mending kita ke kelas aja yok" ajak Fatur.

**

Sesampainya di kelas. Keadaan kelas langsung riuh, semua yang ada sibuk mencurigai pelaku pembunuhan di area sekolah mereka. Dari mulai tukang kebun, hingga tukang somai yang selalu mangkal di pagar samping. Yang jelas mereka hanya mengada-ngada.


Di tengah keriuhan itu, Maya, Fatur dan Amel justru termenung di tempat duduk mereka masing-masing. Hanyut dalam logika mereka sendiri.

Tiba-tiba Fatur yang duduk di depan memutar kursinya mengarah ke meja Maya dan Amel. "Gue masih kepikiran tentang pembunuhan itu. Kenapa, emang si Siera itu salah apa sampai harus dibunuh?"

"Sama, gue juga lagi kepikiran itu" ujar Maya.

Amel ikut mengangguk sambil merengut sedih.

Tiba-tiba Maya menatap tajam ke arah Fatur. Soelah menyalurkan ide nya yang membuat Fatur menggeleng.

"Jangan gila May." Fatur langsung bicara, ia sangat memahami Maya mengingat mereka yang satu komplek dan sudah berteman sejak TK.

"Lah lo kenapa? Gue cuma ngeliatin lo doang. Lama-lama ganteng juga." elak gadis itu.

Semua murid yang tadi berada di luar, tergesa masuk ke kelas. Pertanda seseorang akan segera memasuki kelas mereka.

Benar, wali kelas mereka memasuki kelas dengan langkah tergesa dan wajah yang putus asa.

Ketua kelas sudah duduk rapi hendak meyiapkan kelas, tapi Ibuk Ratna mengangkat tangan nya pertanda kalau kelas tidak perlu disiapkan.

"Anak-anak... " ujar wanita itu lirih. "Hari ini proses ngajar mengajar di tiadakan karena kemalangan yang baru menimpa sekolah kita. Semua orang berduka hari ini, keluarga besar SMA kita benar-benar berduka. Tidak ada yang mengira hal seperti ini akan terjadi." Ibuk Ratna bicara panjang lebar. Dengan raut wajah nya yang begitu lusuh, terlihat jelas kalau wanita itu menyayangkan apa yang terjadi.

"Entah bagaiman nasib sekolah setelah ini. Tapi tenang ya nak, jangan khawatir. Pihak sekolah berjanji dan bersumpah hal seperti ini tidak akan terjadi lagi."

Semua terdiam dan mendunduk dalam-dalam.

"Mayat Siera sudah di bawa kerumah sakit, untuk kemudian diserahkan kepada keluarganya. Orang tua Siera menolak otopsi, mereka tidak ingin putri sematawayang mereka menderita sakit untuk yang kedua kalinya."

Isak tangis mulai memenuhi kelas. Semua merasakan bagaimana pilunya menjadi seorang Siera yang belum lama menduduki bangku SMA. Dan bagaimana pilunya hati kedua orang tua gadis itu.

"Siera akan dikebumikan sore ini. Ibuk harap kita semua bisa mengatar Siera ketempat peristirahatan terakhirnya."

Semua mengangguk setuju.

"Mungkin ini saja yang Ibuk dapat sampaikan. Assalamu'alaikum"

**

                            
Seluruh yang menjadi struktur sekolah, turut hadir mengantar Siera. Seluruh guru, kepala sekolah dan semua staff dan setengah dari gabungan murid kelas X, XI, dan XII.


Pemakaman benar-benar padat sore ini. Ketika liang lahat Siera tertutup papan-papan persegi panjang, Ibu Seira menangis histeris. Wanita itu belum mengiklaskan putri terkasihnya.

Maya yang melihat hal itu tidak menitikkan air mata, tapi batinnya benar-benar tergoyah hebat. Ia tidak terima atas kematian sia-sia seorang teman satu sekolahnya itu.

Setelah selesai berdoa, Maya bergegas meninggalkan pemakaman. Meninggalkan Amel dan Fatur yang sejak tadi memanggil nama nya.

_________________



Vote and comment

Thanks buat yang udah vote😍😍

I Can'tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang