"Semua orang pasti punya masalah, tapi satu hal yang harus kau percaya, jangan pernah kamu berpikir bahwa orang lain tidak memiliki masalah yang berat sepertimu. Tapi percayalah bahwa orang lain bisa jadi mempunyai masalah yang lebih berat dari pada masalahmu." Dokter Shin
Malam itu semuanya tampak biasa, Byul biasa melakukan kegiatan les seperti ini setelah pulang kuliah. Ada dua les yang harus dia datangi hari ini. Les drama dan piano membuatnya kelelahan. Dia memutuskan untuk mengambil jalan pintas yang terbilang sepi untuk menuju kerumahnya. Langkahnya kemudian dipaksa semakin cepat saat terdengar derap sepatu dibelakangnya. Anehnya derap langkah sepatu itu semakin cepat mengikuti langkah Byul. Byu mulai panik dengan keadaan ini, lalu memutuskan untuk membalikkan badannya.
"Siapa kau??", laki-laki dengan wajah terlihat lusuh dengan pakaian hem yang terbilang seperti orang kantoran. Hanya saja penampilannya saat ini terlihat berantakan.dia mencoba berlari setelahnya tanpa memperhatikan jalan yang akan dilaluinya. Saat ini pikirannya hanya satu, dapat terbebas dari laki-laki ini. Namun apa daya, hari ini sebagian energinya sudah terkuras habis, membuatnya tersengal-sengal saat berlari. Hingga akhirnya dia merasa dadanya sesak dan kakinya sudah tidak kuat untuk berlari lebih jauh lagi. Laki-laki itu masih saja mengejarnya membuat Byul menoleh kebelakang.
"Mau apa kau, jangan mendekat atau aku akan berteriak.", kataku setengah berteriak pada seorang laki-laki. Aku tau dia sedang mabuk parah. Byul berjalan mundur setelah
"Aku mohon tuan....", ucapku dengan nada memelas.
"Aku benci dengan wanita yang berpura-pura sepertimu.",rahang kokoh itu mengatup menahan emosi dengan gertakan giginya.
"Apa yang kau mau dariku? Kumohon menjauhlah dariku.", nadaku kian memelas. Tak terasa air mata sudah membanjiri pipiku. Aku terjatuhdan terus berusaha menarik badanku menjauh dari laki-laki itu.
"Kenapa kau terlihat takut Bin...", alis Byul seketika mengangkat saat laki-laki itu menyebutkan sebuah nama.
"Oh tuhan laki-laki ini sedang mabuk dan dia mengira aku adalah Bin yang entah siapanya bagi dia....Apa yang harus aku lakukan.", batin Byul. Dia terus saja mundur hingga punggungnya berakhir pada tembok. Seketika itu Byul dibuat panik, dia ingat saat laki-laki itu mengejarnya dia memang masuk kedalam sebuah jalan kecil dengan tembok menjulang dikanan kirinya.
"Kau harus menjadi milikku Bin. Kau tak boleh menikah dengan laki-laki lain selain aku. Kau adalah milikku.", ucapan laki-laki itu sukses membuat Byul berteriak histeris.
"Kumohon tuan, kau salah mengenaliku dengan sebutan Bin. Aku bukan Bin....Kumohon lepaskanlah aku....", usaha Byul tampak sia-sia karena setelahnya laki-laki itu sudah berada terlalu dekat dengannya dengan napas yang pekat dengan bau alkohol. Laki-laki itu mencengkram tangan Byul, menguncinya diatas kepala Byul. Dan setelah itu dunia Byul mendadak hancur setelah laki-laki itu mengambil sesuatu yang berharga darinya. Laki-laki itu pergi setelah melakukan semua itu, dan mengumpat kearah Byul. Membiarkan Byul dengan tatapan kosongnya dan hatinya yang terluka. Sejam setelahnya Byul mencoba sadar kedalam dunianya lagi, merapikan penampilannya dan menyeret kakinya dengan lemas menuju rumah sambil merasakan sakit di selangkangannya. Dia sampai didepan rumah dengan pagar putih yang dikelilingi tembok coklat menjulang. Membuka perlahan pintu pagar itu lalu menutupnya kembali. Byul masuk kedalam rumah setelah Eommanya mebukakan pintu.
"Kau tampak kacau Byul, apa yang membuatmu pulang selarut ini dengan penampilanmu yang seperti ini.", Eommanya tanpak khawatir melihatnya. Byul yang mendengarnya hanya bisa memaksakan seulas senyum dan beranjak meninggalkan Eommanya ke kamarnya.
YOU ARE READING
The Musicool
Teen FictionDiantara dari sekian banyaknya orang, kami dikumpulkan. Kami bertemu dan saling mengisi. Tapi satu hal yang tidak bisa kami masuk kedalamnya. Satu hal itu adalah kenangan. Karena setiap orang memiliki kenangan tersendiri baik itu membahagiakan at...