Saat ini aku berada di dalam mobil Brian. Suasana di dallam mobil terasa sunyi. Dari tadi tak ada suara yang terdengar, bahkan suara radio sekalipun.
Aku juga tak mau bertanya dia mau membawaku kemana, karena tadi dia yang memaksaku untuk ikut dengannya walaupun aku sudah menolaknya mati - matian.
flashback
Aku berjalan terpincang - pincang menuju keruang fotocopy. Walaupun tadi pagi sudah terasa sakit tapi entah kenapa rasa sakitnya malah bertambah, padahal tadi sudah diobati. Mungkin karena sepatu yang kugunakan. Dan sebagai pegawai baru aku memang masih disuruh kesana - kesini oleh para seniorku.
Sehabis selesai memfotocopy laporan aku pamit untuk pergi ke toilet. Aku ingin mendiamkan kakiku sejenak di dalam toilet, paling tidak aku tidak disuruh - suruh lagi kalau berada disini. Belum sempat aku masuk ke dalam toilet, tanganku ditarik dari belakang. Karena tarikan di tanganku sedikit agak kencang dan kondisi kakiku yang sedang tidak baik, akhirnya aku terjatuh ke belakang menabrak dada orang yang menarik tanganku.
" Kau lagi mau apa kau, lepaskan. " Aku melihat ke sekelilingku, untung saja sepi, apalagi letak toilet yang sedikit tertutup jadi melindungi kami dari pandangan orang lain.
Dengan tiba - tiba badanku terasa melayang, dia menggendongku merapat di dadanya, terus terang jantungku berdetak tak karuan saat dia mendekap tubuhku seperti ini, tapi aku berusaha melawannya.
" HEI TURUNKAN AKU SEKARANG !" Bukannya menurunkan aku dia malah semakin mengeratkan gendongannya. Aku dapat merasakan detak jantungnya berpacu. Apa karena dia menggendongku makannya detak jantungnya tak beraturan seperti ini.
" TURUNKAN AKU !!!" Suaraku semakin keras dengan emosiku yang semakin meningkat karena dia sama sekali tak menghiraukan kata - kataku. Dia malah membawaku kedalam lift yang diperuntukkan bagi para anggota direksi. Jadi kamu tak harus berada dalam lift dengan karyawan lain, aku sedikit lega, paling tidak kejadian ini tidak akan menimbulkan gosip.
*****
Akhirnya mobil yang kami tumpangi berhenti, belum sempat aku membuka pintu, pintu sudah terbuka. dia mencondongkan badan kearahku, terus terang aku sedikit gugup dengan kedekatan kami.
Dia kembali menggendongku, aku hanya diam, aku melihat dia membawaku kesebuah rumah sakit. Dia mendudukkan aku di ruang tunggu sedangkan dia duduk di sebelahku. Tak berapa lama namaku dipanggil. Sejak kapan dia mendaftarkan namaku, padahal antrian lumayan ramai tapi namaku bisa dipanggil terlebih dahulu.
Setelah diperiksa, aku bersyukur kakiku tidak cedera terlalu serius, hanya butuh dibalut dan diistirahatkan selama dua minggu, aku disarankan untuk memakai kruk selam dua minggu ini.
Brian hendak mengantarku kembali kerumah, tapi aku menolak, aku lebih memilih dia mengantarku ke butik milik Desy. Aku tak mau dia sampai tahu rumahku.
Bukannya mengantarku pulang dia malah membawaku ke sebuah restauran yang terlihat mewah. Aku tau dia sangat keras kepala, akhirnya aku hanya diam dan mengikutinya saja. Aku yang awalnya tidak mau makan, tetapi dia tetap memesankan makanan yng ternyata adalah makanan kesukaanku.
Setelah makan walaupundengan terpaksa, dia akhirnya mengantarku ke butik milik Desy. Seperti sebelumnya, sepanjang perjalanan kami berdua hanya diam. Apasih maunya, aku menyandarkan kepalaku. Terus terang di hari pertamaku bekerja badanku lumayan lelah. Banyak pekerjaan yang lumayan banyak dibebankan kepadaku.
Aku tak tahu apa yang terjadi, tapi sesaat tadi aku merasakan sesuatu yang hangat dan sedikit basak menempel di mulutku. Aku membuka mataku perlahan, ternyata aku tertidur di mobil Brian. Dan hari sudah gelap. Padahal tadi saat perjalanan hari masih terang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt Because of You
General Fiction"Untuk apa lagi kau menemuiku, tak cukupkah rasa sakit yang kau berikan untukku " - Karenina Geraldin "Aku ingin meminta maaf padamu, untuk semua rasa sakit yang telah kuberikan padamu " - Brian Alexander Adam