Seorang perempuan duduk di salah satu kursi panjang khas sekolah dekat balkon sekolahnya. Ia lebih sering menghabiskan waktu saat istirahat kedua dengan duduk bersama dua sahabatnya.
Keyna Ashilla. Biasa dipanggil Keyna. Perempuan bertubuh tinggi mungil, hidung mungil, bibir mungil, alis tebal, postur tubuh langsing, dan memiliki kulit kuning langsat. Teman-teman sekolahnya sering menyebut dirinya itu manis.
Saat ini, Keyna sedang memandangi seseorang di seberang sana. Seorang lelaki yang tak pernah luput dari pikirannya setiap hari. Seseorang yang sudah lama membuat hatinya nggak karuan. Seorang lelaki yang ia sukai dari kelas sepuluh. Ya. Keyna menyukai lelaki itu.
Menurut Keyna, pemandangan setiap istirahat kedua itu selalu menarik. Kenapa? Karena lelaki yang selalu ada dihatinya itu tepat berada di lapangan sedang bermain futsal bersama teman sekelasnya. Memang lelaki itu suka sekali bermain futsal setiap istirahat kedua. Entahlah. Itu sudah seperti kegiatan rutin lelaki itu bersama teman-temannya. Futsal adalah olahraga kesukaan lelaki itu.
Semenjak futsal di jam istirahat kedua menjadi kegiatan rutin lelaki itu, saat itu pula duduk di balkon kelas menjadi kegiatan rutin Keyna.
Memandangi dia. Memandangi seorang lelaki dengan alis tebal. Alis favorit Keyna.
Manis. Itu adalah satu kata yang bisa mendeskripsikan lelaki itu. Kalau menurut Keyna ganteng itu relatif. Tapi yang manis itu susah dicari.
Pemain futsal yang Keyna sukai menjabat sebagai kapten di setiap pertandingan. Darimana Keyna tau? Keyna sering menonton pertandingan futsal saat sekolahnya bertanding. Niat sekali memang. Akan tetapi, Keyna menonton bukan dibarisan tempat pendukung sekolahnya berkumpul, melainkan jauh dimana lelaki itu tidak akan mengetahui kalau ia menonton juga.
Keyna masih menatap lelaki itu dari kejauhan. Baju yang sudah keluar-keluaran. Rambut yang basah terkena keringat yang justru membuat tingkat kemanisannya bertambah di mata Keyna.
Oh. Ada lagi yang menjadi favorit Keyna. Rambutnya juga bagian favoritnya dari lelaki itu. Potongan rambut khas lelaki itu. Setahun Keyna menyukainya, Keyna tidak pernah melihat potongan rambut berbeda yang ditunjukkan lelaki itu.
Nama lelaki itu adalah Revano Bara Davindra. Akrab disapa Vano oleh teman-temannya. Setau Keyna, Vano itu tidak suka dipanggil Revan. Pernah ada teman Vano yang memanggilnya Revan, tetapi bagaimana reaksi Vano? Tidak menoleh tentu saja. Entah. Keyna tidak tahu apa alasannya.
Vano itu manis banget. Kulit coklatnya sangat mempesona. Hidungnya tidak terlalu mancung. Bibirnya tebal dibagian bawah. Alis tebal. Wajah bulat tapi tetap tegas rahangnya. Pipinya yang sedikit tembam. Dan bokong yang sangat seksi atau bahasa kerennya montok. Keyna bukan berpikiran jorok, tetapi ia merasa bokong pemain futsal memang menakjubkan.
Keyna dengan Vano itu satu sekolah, satu angkatan hanya saja beda kelas. Mereka sama sama sekolah di SMA Harapan. Keyna di kelas 11 IPA 1, sedangkan Vano di kelas 11 IPA 3.
"Fokus banget mbak ngeliatin doinya," ujar salah satu sahabat Keyna yang akrab disapa Fira yang tadi sedang ngobrol sama sahabat Keyna yang satu lagi, Dillah nama panggilannya.
"Tiap hari kayak udah jadi kegiatan yang kudu, wajib, musti, dan harus dilakuin tiap hari itu mah. Nggak usah ditegur lagi dia, Fir," Dillah menanggapi teguran Fira.
Dillah dan Fira. Dua sahabat Keyna memang sangat mengerti. Mereka bertiga sudah seperti trio macan. Kemana-mana bertiga. Mereka bersahabat sejak baru masuk kelas sepuluh dan itu saat hari pertama MOS. Jadi, jangan diragukan lagi kedekatan mereka. Hal itu juga yang membuat mereka suka bercerita atau curhat satu sama lain.
"Iya. Manis banget ya dia. Rasanya nyaman gitu kalau ngelihat wajahnya. Nggak pernah yang namanya bosen ngeliatan dia," gumam Keyna masih dengan arah pandangan ke lapangan.
"Yehh, lo udah setahun suka sama dia. Kenapa nggak coba move on aja sih." Keyna yang semula menghadap ke arah lapangan memutar tubuh ke arah Fira.
"Move on nggak segampang yang lo kira," jawab Keyna. Memang bukan hal mudah bagi Keyna untuk berpaling rasa sukanya terhadap lelaki itu.
"Gue tau, tapi nggak ada salahnya 'kan kalo lo coba?" Kini giliran Dillah yang bersuara.
"Gue udah coba," Keyna menghela nafas pelan, "Biarin aja perasaan itu hilang dengan sendirinya."
"Yakin perasaan itu bisa hilang dengan sendirinya?" tanya Dillah.
Diam beberapa detik, Keyna menjawab dengan nada ragu, "Yakin".
"Perasaan itu nggak akan mudah hilang dengan sendirinya, perlu ada usaha juga. Usaha untuk melupakan." tutur Dillah.
"Emang nggak mudah, tapi gua juga nggak mau maksain."
"Lo udah pernah bilang ke dia, kalau lo suka sama dia?"
"Belom."
"Gimana mau tau perasaan lo terbalas atau nggak, kalau lo aja nggak ada usaha buat ngasih tau dia. Jadi semua masalah disini adalah lo nggak ada usaha. Usaha buat kasih tau dia kalau lo suka sama dia atau usaha buat lo ngelupain dia." Keyna menunduk mendengar ucapan dan kata-kata Dillah yang memang benar adanya.
Keyna juga menyadari hal itu. Ia yang terlalu takut. Takut mengungkapkan dan tak ingin melupakan. Karena jujur, menyukai Vano selama setahun, itu membuat rasa sukanya bertambah besar. Meskipun hanya ia dan kedua sahabatnya yang tau tentang perasaanya.
"Udah, Dil. Ini udah keputusannya Keyna." Fira merasa kasihan melihat temannya jadi sedih seperti ini. Fira tau Dillah memberi wejangan seperti itu karena Dillah sama sepertinya yang menyayangi Keyna.
Dillah memegang kedua bahu Keyna, "Gue sama Fira cuman bisa support lo. Baiknya gimana itu ada di diri lo. Gue nggak bisa ngatur. Ikutin kata hati lo."
"Makasih banget kalian udah support gue." Mereka berpelukan ala-ala teletubies. Tapi cuman sebentar. Sedikit malu juga berpelukan disaat ramainya jam istirahat seperti ini.
Kalau kata sahabat-sahabat Keyna, Keyna itu orangnya happy, nyenengin, moodbooster. Itu kata mereka ya. Menurut Keyna sendiri biasa aja. Keyna memang bisa dibilang ia itu selalu berusaha bersikap ramah sama orang yang ramah ke dia.
Tapi setiap orang bisa juga galau. Termasuk Keyna.
Keyna kembali menatap kearah lapangan. Kini Vano dan teman-temannya telah menyudahi kegiatan rutin mereka.
Tentang lelaki itu, Keyna suka sama lelaki manis yang terkenal dengan banyak fansnya itu dari setahun lalu pada saat Keyna kelas 10.
Keyna nggak tau tepatnya kapan Keyna mulai suka sama lelaki itu, tapi yang jelas Keyna baru menyadari tentang perasaannya saat kelas 10 semester 2 awal.
Awalnya Keyna suka diam-diam mencuri-curi pandang saat sedang ke kantin bersama sahabatnya. Saat ketahuan sedang melirik seseorang, ketika ditanya oleh sahabatnya, Keyna menjawab dengan grogi. Entahlah, mungkin tidak memiliki alasan kenapa ia memperhatikan seseorang itu.
Lalu terkadang Keyna meminta sahabatnya untuk menemani Keyna ke toilet. Sebenarnya lebih mengarah ke Modus. Karena kalau ke toilet, bisa melewati kelas doi.
Dan sampai sekarang, Keyna masih saja memperhatikan lelaki itu.
Bodohnya adalah Keyna hanya berani memperhatikan tetapi takut mengungkapkan.
Di sekolah, lelaki itu ikut ekskul futsal. Biasanya Keyna nonton lelaki itu latihan futsal. Nggak lama sih nontonnya. Paling cuman satu jam. Setelah itu baru Keyna pulang. Entah kenapa Keyna suka banget kalau lelaki itu lagi main bola.
Manis. Itu kata yang selalu terlintas dipikiran Keyna ketika Keyna melihat lelaki itu tersenyum. Manis banget. Kalau semut suka manusia, mungkin Vano dikerumuni banyak semut karena manisnya keterlaluan.
Apakah benar seperti itu?
Apakah aku sebodoh itu?
Setelah sekian lama, apakah aku baru menyadari kalau yang aku alami ini yang dinamakan Cinta Bertepuk Sebelah Tangan?*revisi-
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
Teen FictionApakah kamu tau, kalau aku disini mencintaimu? Apakah kamu tau, kalau hanya aku disini yang ingin mendapatkanmu? Apakah kamu tau, kalau hati ini memilihmu, tetapi kamu memilih yang lain? Mungkin hanya aku yang tau. Atau mungkin aku yang tidak ingin...