TIGA

1.8K 58 1
                                    

Pertandingan futsal baru selesai beberapa menit lalu, tetapi Keyna memutuskan pulang duluan. Seperti biasa.

Keyna menunggu ojek online di depan gerbang sekolahnya sudah lebih dari lima belas menit dan tidak terlihat seragam berwarna hijau khas ojek online yang lewat sekolahnya. Mau cancel aja karena tidak ada kabar, tetapi Keyna tidak tega, bagaimana kalau bapak ojolnya lagi dijalan dan kuota internetnya habis, bisa jadi kan. Keyna akan menunggu lima menit lagi.

Tak lama kemudian, motor matic berwarna hitam dari parkir sekolah melewati gerbang. Tentu saja berpapasan dengan Keyna. Mereka adalah Vano dan Aldira.

Vano dan Aldira sama sekali tidak menyadari kehadiran Keyna disana. Lagian memangnya Keyna siapa? Hanya butiran biskuit kelapa.

Keyna tersenyum miris. Mereka berdua tampak serasi.

●●●

Keyna berjalan menuju kamarnya dengan langkah gontai. Sudah harus melihat kemesraan Vano dan Aldira, ia juga harus pulang dengan berjalan kaki. Capek sekali. Capek fisik jalan kaki dan capek batin liat mereka berdua.

Tadi bapak ojolnya benar tidak datang dan angkot di daerah sekolahnya memang jarang, harus jalan dulu ke depan yang memang jaraknya lumayan.

Keyna merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia memejamkan matanya yang terasa perih. Hatinya masih tidak karuan. Rasanya ia ingin menangis. Bahkan disepanjang jalan tadi ia tak fokus pada jalanan. Untungnya tidak terjadi apa-apa karena pikirannya yang melayang ke kejadian pertama kalinya ia melihat Vano dan Aldira pulang bersama.

Sakit sekali. Bayang-bayang mereka berdua tersenyum bahagia membuat hatinya terasa sakit. Aldira juga memeluk Vano dari belakang, padahal motor Vano matic bukan motor ninja yang tinggi dibagian belakang. Tapi kenapa harus ada acara peluk-pelukan segala.

Keyna mendengus kesal. Ia mengacak-acak rambutnya.

Kalau saja. Kalau saja ia berani mengungkapkan. Memang hasilnya tidak ada yang tau antara diterima atau ditolak. Tetapi setidaknya ia sudah berusaha. Namun kenyataannya, ia terlalu pengecut.

Ia akan sangat bahagia kalau sampai diterima, tetapi terlalu takut sakit hati kalau ditolak. Bodoh sekali bukan. Seharusnya ia sudah siap sakit hati kalau merasakan cinta. Karena ini terjadi antara dua insan. Hanya ada dua kenyataan, diterima atau ditolak.

Cukup. Cukup. Memikirkan sikapnya yang terlalu pengecut membuat kepalanya pusing.

Tak lama kemudian, Keyna tenggelam dalam dunia mimpi.

●●●

"Keyna, bangun sayang, udah maghrib," ujar seseorang yang sudah Keyna hapal sekali suaranya.

"Iya, bun. Sepuluh menit lagi. Keyna masih ngantuk," jawab Keyna setengah sadar.

Laila --Ibunda Keyna-- menggelengkan kepalanya. Anaknya itu memang susah kalau dibangunin. Sudah seperti kerbau. Bilangnya sepuluh menit lagi, tidak taunya baru bangun jam sepuluh malam. Pernah waktu itu, Keyna baru bangun jam satu malam yang berakhir dengan ia menonton drama Korea hingga pagi.

"Sepuluh menitnya kamu tuh satu jam tau, Na. Sekarang bangun atau bunda siram!" perintah Laila.

Mata Keyna terbelalak otomatis. Tidak terbayang bagaimana kalau kasur kesayangannya harus basah karena siraman air dari Bunda. Ia bisa berakhir harus mencuci sprei sendiri dan tidur di kasur depan TV ruang keluarga. Tidak. Keyna tidak mau.

Cinta Bertepuk Sebelah TanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang