Kekosongan hati bagaikan tak seorangpun tidak dapat melewati pintu itu karena mengetuk pun tak ingin kudengar. Terlalu lama menyaksikan rasanya kecewa, aku tak ingin memberi celah untuk orang asing hingga seseorang yang tepat mengetuknya dan mampu melewatinya.
-Fourina Mikhael-
*
*
*
"Gue mau bilang, oleh-oleh dari Bandung lupa gue bawa," ucap Indri dan lanjut menarik tangan Dymond.
"Ih, yaudah lo aja," berusaha melepaskan genggaman Indri yang kuat.
"Gapapa, sama lo aja," tak kalah kuat perempuan itu menarik lengan Dymond hingga mereka mendapatkan Lukman yang memperhatikan aktifitas kedua perempuan itu.
Dymond yang saat itu pasrah menerima ajakan dari Indri, merasa tegang, karena untuk kali pertama ia mampu berdiri dihadapan lelaki tersebut, setelah sekian lama ia mengurungkan niat berkomunikasi lagi setelah apa yang terjadi waktu itu.
Merasa jengkel dengan sahabatnya itu, Dymond hanya mematung dan menunggu sahabatnya itu.
"Lukman, gue lupa bawa oleh-olehnya, sabtu aja ya?" To the point.
"Oh yaudah gapapa, santai aja."
"Oke deh sip," tak berlama-lama kedua perempuan tersebut meningalkan Lukman yang masih asik dengan dunianya.
Dymond dan Indri menghampiri teman-teman yang lainnya yang juga asik membahas mengenai trending topic dalam minggu ini.
Terkadang manusia tidak jarang melupakan waktu yang mereka habiskan. Seperti saat ini. Dymond lupa waktu bila berkumpul dengan teman-temannya. Apalagi bila membahas tentang musik, tidak jarang menghabiskan berjam-jam hanya untuk membahas topik tersebut sekalipun mereka harus menghabiskan waktu untuk berdebat.
*
*
*
Menuju sang fajar yang akan ditelan rambulan, Dymond bersiap pulang mengakhiri pertemuan dan bincang-bincang dengan teman-temannya.
"Lo pulang sama siapa? Sendiri?" Ucap seorang lelaki yang entah datang dari mana.
Dymond terlonjak kaget kedatangannya lelaki itu secara tiba-tiba, "sial! Kagetin gue aja sih lo! Iya, gue pulang sendiri."
"Yaelah kasihan amat, sayang sih jones jadi terbiasa sendiri terus deh," ucapnya sambil tersenyum menggoda Dymond.
"Ini orang nyari mati ya? Udah lo sono pergi kalo cuma nyari keributan aja sama gue. Cape gue berdebat mulu sama lo," seketika memalingkan kepalanya dan melanjutkan perjalanan pulangnya dengan berjalan kaki.
Lelaki tersebut dengan sigap merangkul Dymond dan membawanya menuju parkiran.
"Iya-iya, maaf. Gue anterin ya?" Ajak lelaki itu padanya.
"Gausah, gue bisa pulang sendiri Za." Melepaskan rangkulan lelaki tersebut yang rupanya Reza, teman sekelasnya itu.
"Buset, udah maghrib mbak, ga takut apa kalo ada begal?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KEKOSONGAN HATI
Novela JuvenilKini hatiku kelu tak dapat lagi merasakan bagaimana mencintai. Hal yang sepadan untuk berfikir, "tidak ingin mengulangin hal bodoh yang membuat ku terjatuh kedalam keterpurukan masa lalu." Cinta itu sulit nan rumit bagaikan seorang Anak kecil yang i...