6. Nila

15.1K 2.1K 242
                                    

Let me tell you the secret behind happy ending.

Happy ending will always end with someone else unhappiness. There will be someone that have to be unhappy in order to make the main character happy. Whether it is the second lead character or the antagonist character. 

Just like in the Cinderella's story, she live happily ever after with her prince charming. But what happen with her step sisters? Do they have their own happy ending? 

No. 

In order to make Cinderella happy, someone need to be unhappy.

Mei Ling menarik nafas dalam-dalam. Untuk membuat sebuah akhir yang bahagia, harus ada yang dikorbankan, harus ada yang memiliki akhir yang menderita dan mengenaskan. Entah si pemeran utama kedua yang biasanya tidak diacuhkan pemeran utama atau pemeran antagonis yang berakhir hidup merana selamanya. Mei Ling menghembuskan nafas panjang, ini semua gara-gara Ratna yang diam-diam mendownload aplikasi wattpad di ponselnya dan memasukkan berbagai cerita baru di perpustakaannya. Mei Ling kan jadi ikutan demen juga sama CEO-CEO muda kaya tujuh turunan yang nantinya bakal ngajakin dia nikah dini.

"Gimana Mei?" Ratna nyengir lebar melihat raut wajah Mei yang berhasil menamatkan beberapa cerita sekaligus dalam sekali duduk.

"Nyesek, Mi." entah sejak kapan Mei Ling jadi ikut-ikutan terpengaruh duo Abi-Ummi itu. Bahkan sampai memanggil Ummi jadi-jadian itu dengan panggilan Ummi.

"Bagus kan? Kamu suka CEO yang mana?" Seolah tersadar dari hipnotis, Mei Ling menggelengkan kepalanya lalu menatap Ratna aneh.

"Bacaan lu CEO-CEO semua, Rat. Cari yang lain dong, banyakan yang lebih bagus." Mei Ling menyambar ponsel Ratna lalu segera membuka aplikasi wattpad. "Masya Allah Ummi! Bacaannya kayak gini semua!" seru Mei Ling nyaring.

***

Mei Ling menatap ponselnya sedaritadi membaca pesan yang dikirimkan oleh Kak Rian kepadanya. Putri yang duduk disebelahnya terlihat canggung dan kaku, ia masih belum berbicara dengan Mei karena tiap kali ia mengajak teman sebangku juga sahabatnya itu berbicara, Mei Ling hanya membalasnya dengan satu dua kata patah pendek nan ketus.

"Put," Mei Ling menaruh ponselnya diatas meja lalu menatapnya lurus.

"Hm? Kenapa Mei?" tanya Putri kaku. Apa jangan-jangan ia telah melakukan kesalahan hingga Mei Ling marah kepadanya?

"Nggak... Gue... Kalau lu punya pacar nanti lu bakal cuekin gue nggak?" Mei menatap Putri yang terlihat kaget mendengar pertanyaannya.

"Nggaklah Mei!" Putri menjawab cepat. "Lo kenapa emangnya?"

"Nggak kenapa-napa kok, Put. Eh, menurut lo Kak Rian baik nggak?" Mei Ling berusaha mengalihkan pembicaraan. Mungkin ini saat yang tepat mempergunakan kemampuannya melihat benang merah. Seperti kata Popo, tidak seharusnya ia mengacaukan benang merah yang terjalin.

"Ehmm... Baik kok." Putri terlihat bingung mendengar perkataan Mei Ling.

"Gue kenalin ke Kak Rian mau nggak?" Mei Ling nyengir lebar meskipun luka didalam hatinya terasa sakit tertusuk ribuan jarum. Mak, ternyata ini yang namanya sakit hati. Mei Ling meringis didalam hati, tapi meskipun ada sebuah judul lagu yang mengumpamakan sakit hati dengan sakit gigi. Mei Ling mendingan sakit hati deh kayaknya, toh sakit gigi rasa sakitnya terasa jauh lebih nyata. "Mau yah? Bentar gue kenalin ke Kak Rian deh."

Benang Merah | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang