2

26 1 0
                                    

<<Real Life(?)>>

Bruk!

Batu sialan. Kini kakiku kambuh lagi. Makhluk itu pun semakin dekat denganku. Panik mulai merasuki diriku.

Apa yang harus kulakukan sekarang?

Aku memejamkan mataku dan berharap semuanya tidak pernah terjadi. Namun hal itu tidak berhasil. Makhluk itu malah semakin lama semakin dekat dan kini ia berjongkok dihadapanku. Aku pun kembali menutup mataku dan semua gelap juga aku tidak mendengar suara apa pun.

€€€

"Hei! Apa yang kau lakukan disini?"Suara dingin ini. Ini suaranya. Iya suaranya Reiko.

Aku membuka mataku perlahan. Aku melihatnya membungkuk. Wajahnya behadapan deganku. "Kenapa kau tertidur disini?"

Sadar dengan posisiku, aku pun buru-buru bangkit dari posisiku tadi dan terjadilah benturan yang tidak terduga. Dan benturan itu membuatnya jatuh.

"Aduh." Aku menoleh ke belakang dan melihatnya duduk sambil mengusap dahinya itu. "Bisakah kau lebih berhati-hati?" ucapnya masih dengan mengusap dahinya itu.

Aku melakukan hal yang sama dengannya. "Maaf," ucapku pelan tapi masih terdengar jelas ditelinganya.

"Sudahlah lupakan." Dia bangkit, lalu membersihkan debu yang menempel di pakaiannya. Ia berjalan menuju ke arahku dan mengulurkan tangannya. "Ayo bangun. Mau sampai kapan kau duduk seperti itu." Nada bicaranya tak berubah. Bahkan terdengar lebih dingin. Mungkin dia marah.

Aku meraih tangannya dan bangkit. Tidak lupa juga menepuk bagian pakaianku yang sedikit kotor. "Apa yang kau lakukan disini?"

"Seharusnya itu pertanyaanku. Apa yang kau lakukan disini? Apalagi kau tidur seperti tadi. Kalau kau ingin tidur lebih baik di UKS." Bukannya menjawab malah balik tanya dan ditambah sedikit ceramah. Ternyata dia itu cerewet.

Aku tidak menjawabnya atau lebih tepatnya pura-pura tidak mendengarkannya. Hal yang tadi itu sangat sulit untuk dijelaskan. Kalau dia memaksa untuk dijelaskan, aku bingung dari mana aku harus memulainya.

"Sudah lupakan. Sebaiknya kita kembali ke kelas mungkin nanti akan ada pembagian jadwal pelajaran juga jadwal piket harian."

"Kau mencariku?"

"Tidak. Kebetulan aku dari kantin dan iseng keliling sekolah," ucapnya dan berjalan santai meninggalkanku.

Tak ada perbincangan sama sekali. Hanya ada suara langkah kaki yang saling mendahului. Semua kelas masih ramai. Berarti memang tidak akan ada pelajaran di hari ini.

Kami sampai di depan kelas dan Reiko membuka pintunya. Terdapat guru killer di dalam sana menatap kami curiga.

Reiko masuk terlebih dahulu diikuti olehku. Aku menundukkan kepalaku dan memikirkan apa yang harus aku jawab nanti.

"Dari mana kalian?" tanya guru itu kepada kami dan aku makin menundukkan kepalaku.

Ayolah berpikir.

"Kami dari UKS. Dia kepalanya pusing dan aku mengantarkannya." Reiko menjawabnya dengan tegas. Kenapa alasan itu tidak datang kepadaku.

"Lalu kenapa Hasami kembali lagi ke sini? Seharusnya biarkan dia istirahat."

"Dia tidak mau. Tapi, saya sudah memberikannya obat sakit kepala."
Guru itu menatap dalam mata Reiko. Seakan ia berbohong kepadanya. Memang berbohong sih tapi, kalau aku disuruh menjelaskan kejadian yang tadi, aku bingung harus dari mana akan memulainya dan yang ada kepalaku menjadi pusing sungguhan.

Real Life(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang