01 Retorika Lama

15 0 0
                                    

"Ingatlah kesehatanmu Papa!" Tiar mengomel wajahnya gadis 18 tahun ini memerah menahan kesal. Respon dari Fian lelaki 29 tahun  seorang freelance hanya menarik sedikit alisnya, kemudian kembali membalik halaman buku yang entah sudah berapa kali di bacanya.

"Nani ga okotta ?"(apa yang terjadi, bahasa jepang)

"apa ?"

"quello che è successo ?"(apa yang terjadi, bahasa Italia)

"Pa?"

"wat is er gebeurd ?" ( apa yang terjadi, bahasa Belanda)

"Pa!?"

"Qu'est-il arrivé ?"( apa yang terjadi, bahasa Perancis)

"Dengarkan aku ?"

"Was ist passiert ?"( apa yang terjadi, bahasa jerman)

"Berbicara dengan bahasa ku ?"

"what happened ?"

"is not fair !"

"fair ? ada apa sayang berbicara dengan papamu. kita bisa urus lelaki yang membuatmu kesal!" jawaban dari Fian membuat Tiar mengerut.

"Itu Papa! sekarang cepat makan. aku sudah masak yang enak!"  jawab Fiar dengan wajah cemberut. Fian kembali tertawa renyah kemudian mencubit pipi dari Tiar.

"Ini baru lewat beberapa jam. Ini sudah di bagian akhir, aku akan menyelesaikannya dan kita akan makan!" 

Fian kini mencoba kembali ke posisi semula tapi buku yang ada kirinya di rebut. Tiar menutup buku itu kemudian memberikan sedikit senyum sinis dengan mata yang disipitkan.

"Sekarang sudah selesai! bagaimana kalau makan, dari tadi siang papa tidak makan apapun kan ?"

"Lapar akan membuat khawatir, khawatir adalah bukti dari hidup, sedangkan rasa kenyang membuat khawatir hilang dan perasaan hidup akan menghilang. makan adalah kegiatan yang membuat manusia lalai menjalani hidup dan itu penistaan!"

"Tiar, gak mau dengar Filosofi orang yang kerjanya hanya baca buku dirumah!" 

"Aku hidup untuk menikmati dunia, kerja adalah cara terburuk untuk membagi waktu di dunia!"

"Oh, negatif negatif negatif. terdeteksi gangguan sosial tingkat akut disini, dinas sosial akan memanggil anda, Bapak Iskandar Fian!"

"Hentikan itu, Tiar aku benci mereka!"

"Kalau begitu sama aku juga benci dengan topik papa, bagaimana kalau berbicara hal lain!"

"Mekatronika, Batu keabadian, Fisika quatum, Aljabar, Linux, Metakondria atau koleksi Alex-"

"Pah berbicara yang normal, kau tahu itu telah membuat masa SMPku rusak. tidak ada yang mau mendengar teori kuantum atau metafisika. anak SMP macam apa yang menceritakan metafisika. mengingatnya saja membuatku malu!"

"Kemana Tiar yang selalu bilang ingin pergi ke segita bermuda ? atau melihat Aurora di kutub utara. aku merindukannya kembalikan Tiar kecilku!"

"Aku Tiar kecilmu yang kau buat malu setiap acara sekolah!"

"Ayolah Tiar lupakan masa lalu, simpan saja di kenang untuk hari tuamu. mari kita menata masa depan dan mencarikan suami yang baik untukmu!"

"Akh, aku baru ingat!"

Tiar mengambil Smartphone dari sakunya lalu memperlihatkan chatnya dari seseorang yang membuat Fian terdiam.

"Katakan pada papahmu om perlu dia ke kantor! terus dia ada janji sama anak kenalan om besok siang suruh mandi yang bersih dan cukur jenggot dan kumisnya itu. om juga minta tolong sama Tiar buat rapiin rambutnya!"

"ini bencana? katakan denganya aku lagi jerman atau apapun sedang melakukan riset untuk penelitaian atau apalah!"

Tiar tidak menjawab dia menscroll pesannya kebagain bawah.

"Siap om, Tiar laksanakan!"

"Tiar, aku akan berpisah denganmu kalau ada perempuan kau yakin dia tidak akan setuju denganmu. dia akan menyiksamu kemudian melakukan masak, cuci dan lain. dia tertawa di atas penderitaanmu. Tiar mau itu terjadi ?"

"Bukannya papah ynag melakukan itu dari dulu ? papah tertawa saat aku di ejek maniak fisika. papa juga memperlakukan aku di acara sekolah. bukannya selama ini juga, Tiar yang lakuin semuanya!"

"Itu benar tapi tidak juga. aku ada di rumah setiap hari. bukannya tidak ada orang tua yang seperti itu sekarang. mereka workingholic!"

"Itu karena memang papah gak punya kerja dan maniak buku!"

"Tapi Tiar, aku tidak bisa hidup dengan perempuan lain selain kamu karena yang mengerti semua yang kuinginkan. kamu ada untukku!"

"Yayaya, itu karena papa yang meracuniku duluan. besok semuanya siap dan calon mama, tidak dia Mom!"

Fian hanya mengerut mendengar ucapan dari putrinya. lelaki ini kembali ke sofanya kemudian menutup wajahnya.

"Gak mau Gak mau, aku gak mau ketemu cewek. aku gak mau gak mau!"

"Bisa hentikan itu pa, itu menjijikan. ayolah kau merusak suasana yang bagus!"

"Mananya yang bagus, lagian dimana si kampret itu dapat teman yang mau jodohin anaknya ke aku!"

"Ayolah pah, papah yang seharusnya paham kalau pasang hidup itu perlu!"

Tiar berusaha berbicara dengan wajah yang serius matanya seakan mengatakan kalau dia tidak bercanda.

"Bohong, kau hanya ingin memanggil mama. kenapa kau tidak jadi mama saja!"

"Sudahlah, aku capek mengurusi papa kalau gitu buku ini akan aku bakar di meja makan!" 

Tiar segera pergi menenteng buku yang diambilnya, membuat mau tidak mau Fian mengikuti langkah gadis ini.

Seandainya itu bisa pa ? bisik Tiar dalam hatinya.



Tiar gadis kecilmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang