CHAPTER 7

629 58 14
                                    

"Mau kemana kita, Matt?" tanya Ashley yang mulai kelelahan berlari. Salju yang semakin tebal membuat langkahnya terasa berat. "Kurasa kabin ke arah sana."

"Tidak, aku ingat arahnya ke sini."

Namun ia tercengang melihat percabangan di depannya. Jelas sekali mereka tak pernah melewati jalan ini sebelumnya.

"A ... apa kita tersesat?" tanya Ashley sambil bergidik. Ia sendiri tak tahu apakah ia gemetar karena kedinginan ataukah karena sosok mengerikan yang ia lihat tadi.

"Tidak! Kita tidak tersesat!" Matt tak mau membuat kekasihnya ketakutan. "Lihat di sana!"

Matt dan Ashley melihat secercah harapan. Ada asap mengepul tak jauh dari mereka, dan juga cahaya.

"Pasti ada rumah di sana, ayo."

Ashley mau tak mau mengikuti langkah Matt. Dalam hati ia ragu. Bukankah satu-satunya rumah di sini selain kabin keluarga Washington adalah milik ...

Langkah mereka tehenti ketika melihat sebuah pondok kayu berukuran sedang di hadapan mereka. Tampak beberapa batang kayu telah terbelah dan sebuah kapak menancap di salah satu batang tersebut.

"Apa menurutmu ada orang di sini?" Ashley dengan ragu kembali mengikuti langkah Matt mendekati pintu kabin tersebut, "Bagaimana jika ini rumah orang yang kita lihat tadi?"

"Jika ada telepon di rumah ini mungkin kita bisa minta bantuan." ujar Matt. Ia mendorong pintu, tak terkunci.

Lantai kayu di dalam kabin itu mulai berdecit ketika kaki Matt menginjaknya.

"Matt!" bisik Ashley panik, "Kau tak serius kan mau masuk ke sana?"

"Lalu kemana kita akan pergi? Kau mau membeku kedinginan di luar sana?"

Ashley hanya menggenggam tangan Matt dan memberanikan diri masuk.

Kabin itu amat gelap. Di sisi perapian yang masih setengah menyala, mereka melihat sofa dan meja kayu kecil. Di atasnya, terhidang segelas kopi yang masih menguar.

"Lihat ... kopi itu masih baru. Berarti ada orang yang tinggal di sini."

"Pemburu itu? Bagaimana jika dia yang kita lihat tadi?"

Matt tertarik melihat sesuatu yang berkilau di dekat perapian. Iapun menghampirinya.

"Matt!!!" bisik Ashley. Ia tahu masuk ke sini adalah ide buruk, dan kini Matt berniat menggeledah barang orang.

"Kalung-kalung ini ... aneh, apa ada wanita yang tinggal di sini?" Matt menyentuh kalung-kalung yang bergelantungan di sisi perapian. Ada pula beberapa jam tangan milik laki-laki dengan model yang berbeda-beda, seakan-akan mereka milik orang-orang yang berbeda pula.

Mata Matt membelalak ketika melihat sepasang kalung dengan liontin kembar. W.

"Ash, lihat!" tunjuk Matt, "Bukankah ini kalung si kembar!"

"Dawn dan Hope?" Ashley tak percaya, "Namun bagaimana Victor Ingram bisa memilikinya?"

Matt dan Ashley tahu benar, liontin emas berinisial "W" itu pastilah milik keluarga Washington.

"Apa jangan-jangan ..." Matt beranjak semakin memasuki rumah itu. Ia tertarik dengan sebuah pintu di lantai yang membuka dengan anak tangga menuju ke basement.

"Matt, apa yang kau lakukan?"

Matt menoleh ke arah Ashley, "Ash ... masih ada kemungkinan Dawn dan Hope masih hidup. Mungkin ia menyekap mereka di sana."

HINGGA FAJAR MENJELANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang