Dr. Hill akhirnya menutup bukunya setelah mencatat kesimpulannya. Psikiater itupun bangkit berdiri dari atas kursi dan berjalan menuju ke jendela kaca dua arah yang terletak depan pintu, seolah memberi isyarat pada orang di baliknya.
"Tunggu, jangan tinggalkan aku di sini!" serunya, "Lepaskan aku dari rumah sakit jiwa ini! Kumohon, Sir!"
Namun itu tak menghentikan langkah Dr. Hill. Ia membuka pintu kemudian menutupnya, tak memberi kesempatan baginya.
"Tunggu!!!!" serunya, "Aku sudah menceritakan semua yang kutahu!"
Ia menatap pantulan bayangannya di depan cermin. Matanya membelalak melihat wajahnya yang terbakar, rusak hampir tak bisa dikenali lagi.
Pemuda itu berteriak tak karuan dan mengamuk di dalam ruangan.
"Bagaimana, Ma'am? Anda sudah mendengar semua faktanya bukan?" Dr. Hill berbicara pada wanita beruban yang semenjak tadi mengawasi percakapan mereka dari balik cermin.
"Hanya Samantha West dan Michael Sommers, pemuda yang ada di dalam, yang selamat dari ledakan tambang batu bara yang menewaskan kedua anak anda, Joshua dan Hope. Sam mengalami hilang ingatan akibat benturan di kepalanya. Semua yang kita dapatkan sejauh ini hanya berdasarkan pada kesaksian Mike. Hanya ia saksi yang tersisa saat ini."
"Jadi benar Josh dan Hope pelakunya?" wanita itu mengusap wajahnya yang memucat semenjak mendengar kesaksian itu. "Astaga ... semua mayat itu ... Ini semua karena kutukan yang menurun dalam keluargaku ..."
"Lalu bagaimana, Ma'am?" tanya Dr. Hill pada atasannya, yang juga memiliki dan mendanai rumah sakit jiwa itu. "Kita laporkan semuanya pada polisi?"
"Dan membiarkan dunia mengenang anakku sebagai pembunuh berantai dan kanibal? Tentu saja tidak!" pekiknya dengan nada meninggi, "Gadis itu tak ingat apapun dan pria di dalam sana dianggap gila ... "
Ia menatap Mike yang mengamuk di dalam dengan senyuman licik.
"Buat seolah-olah pemuda itu yang membunuh anak-anak itu. Hanya itu satu-satunya win win solution untuk permasalahan ini. Toh dia takkan diganjar hukuman karena ia bisa pleading for insanity [mengaku gila] ke pengadilan."
"Baik, Mrs. Washington ..." jawab Dr. Hill, namun buru-buru wanita itu mengangkat tangannya dan mengoreksi.
"Namaku sudah bukan lagi Mrs. Washington semenjak bercerai dengan suamiku. Mulai sekarang, panggil saja aku dengan nama asliku."
Dr. Hill mengangguk
"Baik Mrs. Fear."
"Namun Anda mesti tahu," lanjutnya, "Masih ada satu lagi korban yang belum ditemukan ..."
***
Ashley tak tahu berapa lama ia sudah berada di dalam sini. Basement ini amat gelap dan tak sedikitpun ada cahaya matahari yang berhasil menjangkau tempat ini. Ia tak bisa menghitung pergantian hari dan setiap detik terasa seperti selamanya.
Ia melihat kekasihnya mati di depan matanya demi menyelamatkan nyawanya. Ashley tak tahu ada yang jauh lebih buruk dari itu.
Yaitu terperangkap di sini tanpa sedikitpun harapan.
Apa ada yang tahu dirinya ada di sini? Apa ada yang mencari mereka?
Bahkan jika mereka menemukan tempat ini, apa mereka tahu ada ruang bawah tanah di rumah ini?
Ashley memandang jenazah Matt yang mulai membusuk. Tubuhnya kini terbelah dua akibat perbuatan psikopat gila itu. Ia mengampuni nyawanya sesuai janjinya, namun Ashley justru berharap bahwa ia ikut membunuhnya saat itu juga.
Apa yang ia alami sekarang jauh lebih buruk ketimbang kematian.
Ia menghampiri mayat itu sambil merangkak.
Tubuhnya amat lemah.
Ia sangat lapar.
Demi Tuhan, ia merasa sangat lapar ....
TAMAT
NB: TERIMA KASIH BANYAK SUDAH MENGIKUTI "HINGGA FAJAR MENJELANG" SAMPAI TAMAT. TOLONG BERIKAN PENDAPAT KALIAN MENGENAI CERITA INI DAN JANGAN LUPA FOLLOW AKUN INI KARENA SEKUELNYA AKAN SEGERA HADIR!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
HINGGA FAJAR MENJELANG
Misteri / ThrillerINI ADALAH SEBUAH PERMAINAN - DAN PEMENANGNYA ADALAH YANG BISA BERTAHAN HIDUP ... HINGGA FAJAR MENJELANG Sepuluh sahabat menghabiskan liburan mereka di sebuah resort ski terpencil. Hingga suatu malam kebahagiaan mereka berubah menjadi tragedi ketik...