Lima

796 15 0
                                    

Tania sejak tadi terus saja menangis sehabis kejadian yang membuat Rangga marah kepadanya. Tania sangat tak menyangka, kejujuran nya terhadap Rangga lah yang membuat Rangga sekarang menjadi sangat kecewa kepadanya.

"Rangga.. hks.. Maafin aku.. Hks.."

Pada saat Ia sedang menangis tersedu sambil telungkup di atas kasur. Handphone nya bergetar. Tania pun langsung mengambil handphone nya cepat dan berharap bahwa Rangga lah yang menghubunginya. Tania menatap lesu namun sedikit tersentak menatap handphone nya. Memang bukan Rangga yang menghubungi nya, tapi Bunga adiknya.

"Bung..nga" Kaget Tania ketika Bunga menghubungi nya tengah malam seperti ini. Tania pun mengangkat panggilan dari Bunga di Handphone nya setelah ia menetralkan suara juga tangisannya.

"Hal..lo!"

"Halo kak Tania. Kakak kenapa? Kakak habis nangis yah?" Ujar Bunga di seberang sana.

"Ah, engga kok!" Ujar Tania berusaha menetralisir suara nya yang mulai parau karena dirinya sudah sedari tadi menangis. Dan bahkan sekarang pun matanya sudah sangat tak tahan membendung air matanya lagi. Namun sebisa mungkin Ia tahan.

"Kakak ga bisa bohong! Aku tau mana suara yang baik-baik aja sama suara orang yang lagi nangis." Ujar Bunga di sebrang sana. Kini Tania sudah tak tahan dengan perlahan, Tania kembali menangis. Isak tangisnya pun sedikit terdengar.

"Kakak ada masalah apa sama kak Rangga. Cerita sama aku." Ujar Bunga di seberang sana. Tania terus saja menangis. Ia sangat menyesali perbuatannya. Bukan perbuatannya yang kriminal ataupun, tidak! Tapi karna Ia telah mengecewakan. Bahkan mengecewakan berat perasaan calon suaminya.

"Hks.. Kakak jujur sama kakak kamu. Hks kakak punya perasaan sama temen baru di kampus kakak, namanya Gio. Kakak juga sebelumnya ketauan sama kakak kamu kalo kakak lagi jalan sama Gio waktu kemarin. Sumpah kakak nyesel banget Bunga." Ujar Tania di campur dengan isak tangisnya.

"Kalo nyesel mah pasti di belakang kak, di depan mah pendaftaran namanya." Ujar Bunga. Tania hanya terus menangis.

"Kakak kok bisa kenal Gio sih? Kakak tau ga sih, Gio itu musuh besarnya kak Rangga waktu SMA." Ujar Bunga. Seketika Tania terdiam. Musuh? Maksudnya?

"Maksud kamu? Kaka ga ngerti." Ujar Tania dengan suara paraunya.

"Jadi begini kakak,



#Flashback On

"Rangga, kita akhiri aja yah hubungan kita. Menurut aku, kita udah ga cocok." Ujar seorang gadis bernama Ami ini. Saat ini sepasang kekasih yang menggunakan pakaian seragam SMA tengah duduk di salah satu taman Kota di daerah Jakarta. Banyak pasangan muda-mudi seperti mereka juga berlalu lalang di hadapan mereka. Rangga menatap kekasihnya bingung, kenapa tiba-tiba gadis yang sangat di cintainya semenjak kelas 3 SMP ini meminta mengakhiri hubungannya?

"Emang aku punya salah apa, Ami? Kok kamu minta putus aja? Aku ga mau." Tegas Rangga menatap kekasihnya heran.

"Tapi kita emang ga bisa lanjutin hubungan kita. Ada suatu masalah yang mesti buat hubungan kita berakhir." Ujar Ami. Ami pun mulai menangis. Rangga menatap kekasihnya penuh keheranan. Ia menghapus air mata Ami dengan kedua ibu jarinya. Ia mendekap hangat Ami. Berusaha memberi ketenangan agar Ami berhenti menangis.

"Kamu ada masalah apa? Cerita sama aku. Barangkali aku bisa bantu." Ujar Rangga. Ami menggelengkan kepalanya dalam pelukan Rangga. Rangga melepas pelukannya dan memegang kedua bahu Ami.

"Jujur sama aku, kamu ada masalah apa?" Tanya Rangga selembut mungkin. Ami menatap Rangga, ia dapat melihat ketulusan dari wajah sang kekasih. Tatapan nya yang teduh pun membuatnya tak bisa berbohong kepada Rangga.

"A..aa..ku.. Aaa..kk..uu.."

"Iya kenapa?"

"Aku.. Hks.. Ham..mil.."
Seketika bagaikan tersambar petir yang sangat besar, Rangga terkejut. Sangat terkejut. Ami hanya menunduk seraya terus menangis. Rangga menatap kekasihnya sendu. Ia kecewa, mengapa kekasihnya tak menjaga kehormatannya? Yang pasti, bukan Ia yang menghamili kekasihnya. Berciuman saja tidak pernah! Berarti, Ami telah menduakannya. Rangga mengangkat dagu kekasihnya, berusaha memberikan ketenangan kepada kekasihnya dengan tatapan hangat.

"Siapa yang udah menghamili kamu? Aku minta kamu jujur." Tanya Rangga. Ia kini kembali menghapus air mata kekasihnya.

"Hks.. Gi..oo.." Ujar Ami terbata. Tampak Rangga menahan amarah. Tangannya mengepal. Sungguh jahat sekali lelaki itu! Lelaki yang merupakan adik kelasnya. Berbeda 1 tingkat dengannya.

"Kamu kenapa lakuin itu sama dia? Kenapa kamu ga menolak?"

"Aku waktu itu sedang jalan berdua sama dia. Entah apa yang dia lakukan, yang pasti setelah aku makan, aku mengantuk. Setelah itu aku tak sadar. Sampai akhirnya, aku bangun. Aku sudah berada di dalam kamar suatu hotel. Dan aku, tidak menggunakan sehelai kain pun di tubuhku. Hanya selimut. Sama seperti dia di sebelahku. Hks." Ujar Ami. Kini Ia kembali menangis terisak. Rangga kini memeluk Ami kembali.

"Hks.. Maafkan aku Rangga, aku sudah menduakan kamu. Lelaki yang sangat baik seperti kamu. Aku minta maaf." Ujar Ami dan terus menangis.

"Sudahlah. Aku tidak akan memperunyam masalah ini. Memang aku sangat kecewa. sangat. Aku mau tanya kembali, apa kamu sudah meminta pertanggung jawaban sama Gio?" Ujar Rangga sambil mengusap rambut panjang Ami.

"Sudah. Dia bilang, dia tidak mau bertanggung jawab. Malah dia menyuruhku untuk menggugurkan kandunganku. Hks Rangaaa..." Ami kembali menangis terisak.

Keesokan harinya, seusai pulang sekolah. Rangga menemui Gio yang tengah berkumpul bersama teman-temannya diparkiran sekolah. Dengan amarah memuncak, Rangga langsung menghantam pipi Gio yang tengah tertawa sehingga Gio pun tersungkur di tanah dengan sudut bibirnya yang sedikit berdarah. Gio tersenyum sinis ke arah Rangga dan bangkit dari jatuhnya.

"Oh jadi kakak kelas pacarnya cewe gue yang katanya tajir dan cucu pemilik sekolah ini sudah tau. Gimana kabar cewek gue? Udah bunuh diri belum? Haha" Ujar Gio tertawa remeh di ikuti teman-temannya.

"Lo jangan sok deh. Dasar cowok br*ngs*k lo!" Ujar Rangga penuh amarah. Rangga ingin kembali meninju Gio. Namun seketika kedua tangannya di tahan oleh 2 orang teman Gio. Gio kini mendekat ke arah Rangga yang tengah berusaha melepas pegangan yang amat kuat dari kedua temannya Gio.

"Lo! Jangan jadi pahlawan kesiangan deh! Lo gatau kenapa gue perlakuin itu sama Ami. Lo gatau alasannya. Jadi.. Jangan sok pahlawan lo!" Bentak Gio di depan wajah Rangga. Ia pun langsung melayangkan tinjuan nya di wajah Rangga. Bukan hanya di wajah, tetapi di beberapa bagian tubuh Rangga hingga Rangga pun hilang setengah kesadarannya akibat bonyok kena hantaman tinjuan Gio. Rangga tak bisa berbuat apa-apa, karena tubuhnya di kunci oleh kedua teman Gio. Gio pun tertawa kemenangan bersama kedua temannya ketika Rangga sudah jatuh ke aspal jalanan.

"Lo! Semoga kita bertemu lagi, kakak! Hahaha" Tawa Gio. Gio dan kedua temannya pun pergi menuju mobil mereka dan langsung melesat tanpa menolong atau sekedar memperhatikan Rangga yang sudah amat babak belur. Rangga hanya menatap benci Gio. Handphone nya kini bergetar, Ia pun langsung saja mengangkat handphone nya yang ternyata panggilan dari mamahnya.

"Hallo mah.."

"..."

"Apaa?? Ami meninggal? Bunuh Diri?"


#Flashback Off



"Yah kak begitu lah cerita yang aku tau. Takutnya Gio mau mencelakakan kakak seperti mantan kak Rangga yang dahulu. Kakak hati-hati yah sama dia." Ujar Bunga di seberang sana. Setelah Ia menceritakan sepenggal kisah cinta kakaknya semasa SMA.

"Astaghfirullah aladzim! Ja..ja..di Gio? Jahat sekali dia. Hiks.. Iya kakak akan jauhi lelaki itu."

"Iya kakak. Ya sudah aku tidur dulu yah. Kakak jangan nangis terus." Pesan Bunga.
"Tap..pi Bunga, kakak kamu sekarang sedang apa dan bagaimana?"

"Yang aku tau tadi, dia lagi marah kak. Mungkin bukan marah, tapi kecewa berat. Begitulah kak!" Ujar bunga di seberang sana. Tania kembali menitihkan air mata.

"Kakak jangan nangis. Lebih baik kakak tidur biar kakak ga sakit. Bunga tutup yah teleponnya. Good night kak Tania."

"Hks night too, Bunga"


#

Kekuatan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang