Sebelas

1K 20 2
                                    

"Kak!"

Panggil Bunga. Rangga menengokkan kepalanya ke belakang. Di lihat adiknya tengah berdiri di ambang pintu. Rangga mengangguk untuk memberi tanda bahwa Ia menyuruh Bunga masuk. Bunga kini berjalan menuju sang kakak. Kini Bunga menatap sendu calon kakak iparnya yang tengah terbaring lemah dengan selang infus yang setia menempel pada pergelangan tangannya. Bunga yang kini berdiri di samping Rangga saat ini menatap wajah kakaknya yang tengah menatap wajah Tania dengan salah satu tangannya yang menggenggam telapak tangan Tania.

"Kak, lo di panggil mamih sama papih di Ruang Keluarga." Ujar Bunga. Kini Rangga mengalihkan pandangannya menatap Bunga.

"Ngapain?"

"Gue gatau. Yang pasti tadi gue di suruh kesini buat manggil lo."

"Tapi ini?" Tanya Rangga melirik tangannya yang bukan hanya dia yang menggenggam namun juga Tania.

"Lepas lah! Susah-susah amat hidup lo!" Ujar Bunga cuek. Rangga langsung menoyor kepala Bunga membuat Bunga kini mendengus kesal dan memanyunkan bibirnya.

"Kalo itu sih gue juga tau kali! Tapi tadi pas gue ke kamar mandi aja dia bangun dulu nungguin gue selesai baru tidur lagi karena dia pengen tidur tangannya gue genggam terus. Gimana dong jadinya?" Tanya Rangga. Bunga menatap wajah pucat Tania sejenak.

"Ya udah lo tunggu sini dulu. Gue ngomong sama mamih dulu deh." Jawab Bunga lalu pergi dari kamar ini. Rangga kembali menatap wajah Tania. Ia kini mengusap kening Tania yang panas dengan tangan satunya.

"Gatau kenapa aku bisa sesayang ini sama kamu, Tan. Aku pernah beberapa kali cinta sama gadis lain, tapi kamu satu-satunya gadis yang... Huh aku ga bisa ungkapin pake kata-kata." Rangga. Ia kini beralih mengusap pipi Tania.

"Lucu yah? Biasanya gadis yang aku kenal cuek, jutek, tomboy, tapi kalo sakit itu manja banget. Jujur baru tau! Jiwa cewek muda muda yang manja minta ampun keluar juga akhirnya!" Ujar Rangga kembali. Ia kini mengecup tangan Tania yang saling menggenggam dengan tangannya.

"Rangga." Suara tegas berwibawa itu membuat Rangga menengok kebelakang. Dilihatnya sang papih berjalan menuju dirinya. Rangga tersenyum menatap Rully yang masuk di ikuti oleh Yudith di belakangnya.

"Gimana sama Tania?" Tanya Rully yang kini berdiri di samping kanan Rangga.

"Ya lihatlah! Seperti ini, pih!" Jawab Rangga singkat. Rully menatap wajah Tania spesifik. Rully kembali menatap wajah putranya.

"Papih sudah tau apa masalah kalian. Dan papih rasa, ya ini emang masalah anak muda lah. Yang papih permasalahin, gimana kalo keluarga Tania tau kalau keadaan Tania seperti ini? Dan ini karena masalah kalian berdua. Bisa-bisa kalian tidak bisa menikah karena mereka menolak secara tiba-tiba." Ujar Rully. Rangga menatap papihnya sendu.

"Jangan sampai mereka tau, pih. Gimana caranya kita harus sembunyiin keadaan Tania dari keluarganya."

"Tapi secerdik-cerdiknya kita menyembunyikan Tania pun pasti akan ketahuan. Anak buah Karyana itu terkenal pintar dan cerdik. Mereka berada dimana-mana Rangga. Mereka selalu di tugaskan untuk menjaga keluarga Karyana." Ujar Rully lalu menatap calon menantunya. Rangga kini menatap Tania sendu.

"Belum lagi anak buah kakaknya, Bisma. Kita tidak bisa berbuat apa-apa Rangga." Ujar Rully menatap putranya.

"Kita kan orang kaya papih, kekayaan keluarga kita pun masih jauh lebih banyak dibandingkan keluarga Karyana. Usaha lah pih!" Ujar Rangga sekenanya tanpa menatap sang papih.

"Sejak kapan kamu jadi membanding-bandingkan harta kekayaan kita dengan orang lain, Rangga!" Sentak Yudith menatap kesal anaknya. Rully mengusap bahu istrinya berusaha menenangkan istrinya yang tengah emosi.

"Maklumkanlah. Hatinya kini juga pasti sedang ketakutan dan gelisah. Makanya dia asal saja mengucap tanpa memikirkan terlebih dahulu." Ujar Rully berusaha meredam emosi Yudith.

"Tapi dia keterlaluan!" Cetus Yudith menatap Rangga yang tengah menatap wajah Tania.

"Kalau kalian mau ribut, di luar saja. Mungkin itu tidak akan mengganggu Tania." Ujar Rangga dingin menatap kedua orangtua nya sekilas. Rully dan Yudith sama-sama menghela nafas perlahan.

"Oke. Papih hanya ingin membicarakan itu saja. Berhati-hatilah Rangga." Ujar Rully. Kini Ia merangkul istrinya untuk keluar dari kamar ini. Yudith menatap Rangga sekilas ketika sedang berjalan keluar. Sungguh Ia amat kasihan kepada Rangga. Ia hanya bisa berdoa kepada Tuhan, kalau memang mereka benar berjodoh, persatukanlah Rangga dan Tania. Apabila mereka tak berjodoh, pisahkanlah. Tapi secara perlahan dan tidak menyakiti hati mereka berdua.

"Sampai kapanpun aku akan pertahanin kamu, Tania. Sekalipun aku harus mati karena mempertahankanmu. Aku tau masalah ini memang bukan salah kamu saja, ini memang salah kita berdua. Yang aku tahu, kamu harus jadi milik aku dan aku, harus jadi milik kamu. Love you so much honey!" Ujar Rangga dalam hati sambil tersenyum menatap gadisnya yang masih nyenyak tertidur.


*
Bisma masuk kedalam rumahnya dalam keaadaan wajah yang di ibaratkan berlipat-lipat layaknya kertas origami yang di lipat. Ia kini menaikki anak tangga rumahnya satu per satu menuju kamarnya. Kini Ia perlahan membuka pintu kamarnya dan Dina. Ia kini tersenyum menatap buah hatinya yang tengah telungkup di atas kasur. Wajahnya memerah. Sepertinya putri kecilnya ini tengah berusaha melentangkan tubuhnya kembali. Bisma kini berjalan menuju Abe lalu melentangkan tubuh putrinya. Ia kini beralih menggendong putrinya dan menciumi kepalanya. Tampak Abe kegirangan di ciumi oleh sang ayah terbukti dengan Ia bergumam tak jelas sambil tersenyum.

"Udah belajar tengkurap yah sayang." Ujar Bisma. Kini Dina keluar dari kamar mandi dengan baju tidur pink yang Ia gunakan. Kini Ia berjalan menuju Bisma lalu melepas dasi Bisma yang masih melingkar di leher suaminya.

"Mandi sana." Ujar Dina menatap wajah suaminya. Bisma tersenyum dan mengecup kening Dina sekilas.

"Nanti dulu deh. Mumpung Abenya masih bangun nih, mau main-main dulu. Jarang-jarang kan, not?" Ujar Bisma.

"Iya sih." Dina. Kini Bisma duduk di pinggir kasur big size nya di ikuti Dina di sebelahnya. Kini Bisma bermain dengan Abe di dalam gendongannya. Abe tersenyum girang sesekali bergumam membalas ucapan Bisma.

"Haha pengen ngomong apa sih sayang.. Hemm?" Tanya Bisma. Abe hanya tersenyum lalu menyandarkan kepalanya di bahu Bisma. Sepertinya bayi lucu ini mulai mengantuk.

"Sini bis biar aku kasih ASI dulu." Ujar Dina. Kini Dina mengambil alih Abe dalam gendongan Bisma. Kini Abe langsung terdiam dan menggengam baju Dina sambil terus menghisap Asi Dina. Dina kini menatap Bisma yang tengah mengelus puncak kepala Abe.

"Bis, kamu udah tau kalau Tania kabur dari rumah?" Tanya Dina hati-hati. Bisma menatap Dina lalu menganggukkan kepalanya.

"Ya tadi sehabis Tania kabur pelayan disana langsung menghubungi aku sebelum mereka menghubungi kamu. Aku udah suruh anak buah aku mencari tau. Dan, Tania sedang berada di rumah Rangga." Jawab Bisma tersenyum menatap wajah cantik Dina.

"Terus?"

"Terus apanya, not?"

"Ya, apa kamu akan marah sama Rangga?" Tanya Dina. Bisma kini menghela nafasnya.

"Jujur, aku sangat marah dengan pria itu. Setelah aku cari tahu, memang Rangga dan Tania sedang bertengkar. Rangga pergi ke Belanda tanpa kabar yang membuat Tania terus memikirkan Rangga sampai dia sakit kaya gini. Memang ini salah Tania, tapi kenapa tidak ada toleransi dari Rangga kepada Tania. Mereka berbeda umur yang sedikit jauh, mereka pasti berbeda." Ujar Bisma menatap wajah Dina serius. Dina menganggukkan kepalanya.

"Jadi gimana?"

"Mamah sama papah aku sudah tahu akan hal ini. Mereka bilang, mereka mulai sekarang tidak akan menyetujui hubungan Rangga dan Tania. Kalau rencana pernikahan itu tetap berjalan oleh pihak Rangga. Biarlah! Yang pasti, papah akan mengganti rugi itu semua." Ujar Bisma. Dina membulatkan matanya. Berarti? Tania akan gagal menikah.

"Serius? Kenapa kalian jadi seperti ini Bis?" Tanya Dina kaget. Bisma hanya tersenyum menatap wajah kaget sang Istri. Bisma kini memegang kedua pipi Dina.

"Kita semua berfikir. Masih pacaran saja Tania dan Rangga sudah seperti ini. Gimana kalau menikah? Pasti mereka akan menjalani masalah yang lebih rsulit dari ini. Soal materi memang tidak akan menjadi masalah mereka berdua nanti karna kita tau siapa Rangga. Namun, kalau ada masalah seperti ini lagi terjadi, apa mereka akan bercerai gitu? Kita disini memikirkan nasib Tania." Jawab Bisma berusaha menjelaskan. Dina menggeleng tak percaya.

"Lalu, apa yang akan kalian lakukan? Tania saja tidak ada di rumahnya." Tanya Dina kembali. Bisma kini menarik gemas hidung Dina.

"Bawel yah ninot!" Ujar Bisma. Bisma terkekeh ketika Dina memanyunkan bibirnya kesal sambil mengelus hidungnya yang memerah.

"Kan aku ingin tau aja."

"Ya deh. Pokoknya kamu ikutin aja permainan kita sayang. Mending sekarang aku mandi. Abenya tidur bareng sama kita aja yah?" Bisma. Dina menganggukkan kepalanya. Bisma tersenyum lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi yang berada di dalam kamarnya dan Dina. Dina kini melirik Abe yang tertidur. Dina mengancingi pakaian tidurnya lalu menaruh Abe di tengah-tengah tempat tidurnya juga Bisma.

"Kasihan Tania. Gue ikuti dulu permainan keluarga Bisma, apabila itu sangat keterlaluan. Gue pasti akan berusaha membantu Tania. Gue ga nyangka sama mereka, termasuk Bisma sendiri." Ujar Dina dalam hati. Ia kini berbaring di samping kiri Abe lalu memeluk putri kecilnya ini.



*
Pagi kini menyapa negara Indonesia. Pagi hari ini kini sangat cerah sekali. Tania membuka matanya tak kala sinar matahari mulai mengenai matanya yang tertutup. Ia kini membuka matanya perlahan. Tubuhnya kini sudah sedikit enakan tidak seperti kemarin. Ia kini mengucek matanya dan menatap Rangga yang tertidur di sofa dalam kamar ini. Memang semalam Tania sudah berbicara bahwa Rangga sudah tak harus menggenggam tangannya lagi. Bahkan Tania menyuruh Rangga untuk kembali ke kamarnya. Namun Rangga tak mau, Ia mau menemani Tania katanya. Sampai akhirnya mungkin karna Tania tidur terlebih dahulu, Rangga tidur di sofa kamar ini. Tania kini duduk di atas kasur, memang kondisi fisiknya sudah mulai membaik sejak semalam.

"Ngh~" Rangga mendesah sambil merentangkan tangannya. Matanya masih terpejam. Tania hanya memandangi Rangga hampa.

"Kamu udah bangun, Tania?" Tanya Rangga ketika Ia sudah duduk di atas sofa itu. Tania menganggukkan kepalanya. Rangga berjalan menuju Tania dengan sesekali menguap.

"Sakit yah badannya tidur di sofa?" Tanya Tania dengan suaranya yang masih serak. Ia kini memegangi pipi Rangga dan mengecupnya. Rangga tersenyum lalu memengangi tangan hangat Tania yang berada di pipinya.

"Ya sedikit. Kan belum terbiasa aja. Kamu udah enakan badannya?" Tanya Rangga.

"Ya, sedikit sih. Tapi di bawa duduk masih pusing banget." Jawab Tania. Ia kini melepas tangannya dari pipi Rangga.

"Ya udah tiduran lagi aja. Aku ke kamar aku dulu ya, pengen mandi." Ujar Rangga tersenyum lalu mengusap puncak kepala Tania manja. Tania menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Rangga kini bangun dari duduknya dan berjalan keluar dari kamar ini. Tania berbaring kembali setelah Rangga menutup pintu. Tania kini meraih remot televisi yang berada di atas nakas samping tempat tidurnya lalu mulai menyalakan televisi. Mencari chanel karna Ia ingin melihat kartun spesial liburan akhir tahun seperti ini.

"Kak Bisma tau ga ya tentang ini? Kalau dia tau, tamat riwayat Rangga." Gumam Tania. Ia kini mulai menatap serius acara televisi yang di tonton nya.



*
Gio kini berjalan di koridor kampusnya dengan gayanya yang so cool dan selalu mengibaskan poninya tak kala Ia melewati beberapa mahasiswi disana. Semua berteriak heboh tak kala Gio mengedipkan matanya kepada beberapa mahasiswi disana. Gio hanya tertawa remeh sampai kini Ia bertemu dengan Mia yang tengah duduk sendirian di pinggir koridor kampus.

"Hai." Sapa Gio. Mia hanya meliriknya sekilas lalu fokus kembali pada handphoenya.

"Sombong banget lo!" Ujar Gio. Mia kini melirik kesal lelaki di sebelahnya.

"Lo! Gara-gara lo hubungan Tania sama Rangga hancur. Gara-gara lo juga... Ah gue benci liat lo!" Sentak Mia. Gio kini tertawa renyah.

"Haha hancur? Bagus dong. Kalo begitu kesempatan gue dapetin Tania semakin luas." Ujar Gio menatap Mia dengan masih tertawa.

"Tapi cara lo kurang ampuh tuh buat ngerusak hubungan mereka. Buktinya, mereka kembali. Game over lo!"

"Oh ya? Masa seorang bad kaya gue game over gara-gara ini doang? Gue masih punya banyak cara buat ngehancurin hubungan mereka. Tanpa harus membuat Tania gue terluka sedikit pun!" Ujar Gio mendekatkan wajahnya ke wajah Mia. Mia langsung memukul wajah Gio dengan buku tebal yang Ia bawa. Mia berdiri dan menatap wajah Gio benci.

"Are you serious? Gue tunggu permainan lo buat sahabat gue. Asal lo tau, gue doain semoga rencana lo gagal dan lo dapat karmanya. Amin ya Tuhan~" Remeh Mia lalu mengusap wajahnya layaknya berdoa. Gio melirik Mia kesal.

"Oke siapa takut. Gue mulai permainanya dari sekarang. Haha siap-siap aja tuh sahabat lo jadi milik gue!" Gio. Mia kini mendekatkan wajahnya ke wajah Gio membuat Gio menatap heran wajah oriental Mia.

"Oh ya? WOW!" Ujar Mia di akhiri dengan dorongan dari telunjuk Mia di kening Gio. Mia menjauhkan wajahnya lalu tertawa dan meninggalkan Gio.

"Sialan tuh bocah!"








###

To Be Continue.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kekuatan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang