•
•
•
•Kupikir hati-hati itu harus.
Sangat wajar, karena Hati itu rentan.
Tapi ternyata hati-hatiku menjelma ragu-ragu.
Ragu-ragu menjelma rasa takut.
Aku takut pada mata yang tanpa sadar memandang.
Aku takut pada uraian tawa yang damai.
Aku takut sebuah senyuman menolak sirna.
Aku takut dan semakin takut bahwa hati ini turut mendamba.
Lalu kedok hati-hatiku berkamuflase dengan aksi.
Merubah raut wajah malu-malu jadi tidak tahu.
Lakonku sangat indah sampai engkau juga tertipu.
Kau pikir 'Ah benar, sia-sia saja usahaku'.
Tapi aku terbuai peran, sampai lupa hatiku tidak berkata demikian.
Lalu begitu saja kau pergi,
Tanpa ada sisipan 'sampai berjumpa lagi'.
Kau benar-benar pergi,
Diiringi suara menggaung penyesalan terdalam lubuk hati.
Selamat jalan, hati-hati.
Padahal yang ingin kuperdengar 'Cepat kembali'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebur
PoetryDulu aku utuh... Sebelum kau ketuk pintu hati ini, Lalu aku akan membukanya. Kamu akan masuk dan menetap disana, Tapi aku minta jangan kamu sulutkan api disitu, Hatiku terlalu rentan dan rapuh, bagai kayu yang lapuk. Aku masih utuh, Sebelum kau ubah...