•
•
•
•Tidak ada rasa sesal pada secangkir kopi dingin yang terlupa saat bercerita.
Karena malam itu suaramu hangat dan aku sudah cukup nyaman.
Udara yang berhembus tak ubahnya penghantar rindu.
Malam itu kau bercerita panjang tentang pemikiran rumit.
"Apa sebuah impian harus setinggi langit?
Atau cinta kasih yang seluas samudera?
Apa tidak bisa impianku hanya setinggi harap.
Atau cinta kasihku hanya seluas hati.
Karena bagiku,
Harapanku cukup tinggi untuk bermimpi.
Dan hatiku cukup luas untuk mencintai.
Apa tidak bisa aku saja yang dijadikan perumpamaan."
Aku tersenyum dan mengangguk singkat.
Malam itu kuturuti saja idemu.
Padahal aku ingin bilang bahwa sebuah perumpamaan tidak cocok untukmu.
Mungkin akan lebih pantas sebagai arah atau mungkin tujuan.
Iya, bagiku kamu lebih pantas.
Karena aku tidak ingin berandai-andai atau berumpama.
Terlebih untukmu, agar ini sedikit lebih nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebur
PoetryDulu aku utuh... Sebelum kau ketuk pintu hati ini, Lalu aku akan membukanya. Kamu akan masuk dan menetap disana, Tapi aku minta jangan kamu sulutkan api disitu, Hatiku terlalu rentan dan rapuh, bagai kayu yang lapuk. Aku masih utuh, Sebelum kau ubah...