Wonwoo akan menghadiri kelas selanjutnya dalam satu jam lagi. Ia menghabiskan waktunya untuk makan siang bersama Seokmin.
Sejak berada dikelas tadi Seokmin terus-menerus menerornya dengan segudang pertanyaan yang bahkan tidak Wonwoo gubris. Wonwoo bukannya tidak mau menjawab hanya saja ia tidak tahu bagaimana menjawabnya. Ia tidak ingin ada lagi rahasia dalam hidupnya, namun ia benci jika harus bercerita semuanya dari awal. Bisa dibilang Wonwoo tidak mau ada yang tahu tentang masa lalu SMA nya, karena baginya itu salah satu masa kekanak-kanakan yang pernah ia lakukan.
Tapi kalau dipikir-pikir lagi, sifat Seokmin berbeda dari semua temannya. Jika Hoshi bukan tipe orang yang suka memaksa kalau Seokmin adalah kebalikannya. Bahkan hal yang lebih buruk terjadi di awal keduanya masih saling mengenal, entah ini hal buruk atau baik. Namun baginya Seokmin sosok teman ideal yang selalu mengerti dirinya, kalau boleh Wonwoo menyimpulkan, Seokmin adalah kloningan Soonyoung yang dikirim untuknya.
Wonwoo kembali teringat waktu pertama kali ia berbicara dengan Seokmin, saat itu ia melihat Seokmin duduk termenung sendirian dalam pikirannya sendiri. Wonwoo awalnya tidak terlalu dekat dengan Seokmin, hanya sekedar kenal tapi tidak saling berbicara.
Dengan perasaan canggung Wonwoo menghampiri Seokmin yang duduk termenung, Wonwoo menyapa dengan ramah, yang terjadi adalah Seokmin tampak mengindahkan kedatangan Wonwoo.
Dan itu adalah salah satu sebab kenapa Wonwoo tidak pernah mau menyapa lebih dulu. Namun itu dulu, setiap orang selalu berubah dan kali ini Wonwoo sangat ingin berteman dengan siapapun. Melupakan semua sifat dingin dan cueknya karena itu sangat tidak berguna. Wonwoo yang sekarang hanya ingin dipanggil sebagai Wonwoo yang ramah dan hangat.
Saat menerima penolakan dari Seokmin, Wonwoo masih duduk disamping Seokmin. Tentu saja tanpa pembicaraan. Keduanya saling diam.
Hingga akhirnya Seokmin menatap Wonwoo dengan wajah datar. "Kau Jeon Wonwoo, Bukan?" Tanya Seokmin diakhiri dengan wajah yang semakin bersahabat, timbul sebuah senyum tipis.
Wonwoo mengangguk, "Tadi aku melihatmu sendirian, sedang memikirkan sesuatu?" Tanya Wonwoo.
Ada sebuah jeda, cukup lama. Wonwoo memberikan banyak waktu untuk Seokmin berpikir karena Wonwoo lihat ada yang Seokmin pikirkan namun terlalu sulit untuk sekedar mengutarakannya.
Raut ramah di wajah Seokmin perlahan berganti menjadi raut sedih, Seokmin mengigit bibir bawahnya kemudian menangis.
Wonwoo sempat kebingungan, ia tidak tahu kenapa Seokmin menangis. Tangannya mulai menjalar, sesekali menepuk dan mengelusnya dengan pelan.
Masih tidak mau berbicara, Wonwoo kembali bertanya. Wajahnya mulai memanas karena tidak tega melihat Seokmin menangis. "Ada masalah? Kau bisa cerita padaku. Aku takkan memberitahu siapapun." Bujuk Wonwoo, berharap Seokmin berhenti menangis dan mulai bercerita sebelum ia juga ikut menangis.
Kepala Seokmin mengadah keatas, kembali membendung air matanya agar tidak jatuh, matanya memerah dan semakin membuat Wonwoo ingin menangis padahal ia tidak tahu apa masalahnya, zodiak cancer memang sensitif.
Seokmin kembali menatap Wonwoo sekilas lalu beralih pada pandangannya ke depan, Seokmin mulai berbicara. "Hari Minggu nanti adalah hari peringatan dimana orang tuaku meninggal. Aku ingin pulang ke Seoul tapi aku tidak punya uang. Bahkan aku tidak mampu untuk membeli sebuket bunga untuk orang tuaku, apalagi tiket untuk pulang ke Seoul. Aku bekerja paruh waktu namun uangnya masih belum cukup. Aku bingung.." ujarnya kembali menangis.
Mendengar itu Wonwoo agak tersentuh, "Kau bisa pakai uangku." Seokmin menggeleng sambil tersenyum kecut. "Tidak, sungguh itu tidak perlu. Aku tahu kau juga bukan dari Busan. Kau tidak perlu melakukan itu" balas Seokmin halus.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET LOVE [meanie]
Fanfic[2019 VERS - SEQUEL OF SECRET ADMIRER] Selepas kelulusannya, Wonwoo memilih untuk kuliah dan tinggal di Busan. Alasannya? Menghindari sebuah pikiran kecil yang terus menghampirinya mengenai perasaannya terhadap Mingyu. Namun, Tuhan punya rencana l...