Prolog

271 19 15
                                    

-SHINTA POV-

"Bel, piket dulu, ya", kataku pada Bella, sahabatku sejak TK. Tipikal sahabat yang tidak suka menusuk dari belakang.
"Oke, aku tunggu di kantin".
Aku melambai ke arah Bella memberi isyarat, 'tunggu aku, aku akan menyusul setelah selesai piket'.

Jam pulang sekolah udara siang ini terasa begitu dingin--saat diluar kelas--para murid nakal sibuk bermain hujan dan tidak
memikirkan resikonya. Ada sebagian murid yang menunggu jemputan dan memilih berteduh di koridor sekolah. Ada murid yang berjalan kaki untuk pulang dan nekat menerobos genangan air lalu segera berlari.

Di dalam kelas, aku menutup jendela kelas kemudian mematikan lampu, aku bisa mendengar percikan air hujan turun terdengar deras. Bangku dan meja sudah tersusun rapi. Tugas dibagi rata oleh Farhan, ketua kelas 6-B yang adil. Tampaknya tidak ada teman-temanku yang mau protes.

"Yang piket kok cuman kita? Yang lain pada ke mana?" Tanya Farhan sambil celingak- celinguk. Tampaknya dia lelah dengan teman-temanku yang tidak mau protes tetapi tidak melaksanakan aturan.

"Kabur", jawabku asal. Aku melirik jam dinding yang dipajang disudut kelas. Sudah waktunya makan siang. Jam pulang sekolah adalah waktu yang paling menyebalkan, yang membuat penyakit maag-ku kambuh. Sarapan dengan roti cokelat, makaroni, dan segelas susu saja tidak membuatku kenyang lebih lama.

Udara dingin selalu membuat setiap orang ingin buang air kecil. Contohnya adalah aku. Sedikit kebelet, aku mempercepat langkah kakiku menuju toilet.

Toilet khusus siswi perempuan di sekolah ini lumayan luas, terbagi menjadi dua pintu, dan yang satunya lagi hanya satu pintu. Aku memilih yang satu pintu karena aku ke toilet ini hanya sendirian. Saat aku masuk, lampu toilet padam. Seram. Aku menyusuri toilet satu pintu yang gelap ini sendirian, seperti di adegan-adegan film horror Jepang. Aku pernah mendengar isu alumni tahun lalu yang melihat penampakan dan temannya tiba-tiba kesurupan di toilet ini. Mengingat itu, aku terburu-buru menyiram WC dengan segayung air, dan kemudian dengan setengah takut aku membuka pintu toilet. Tidak ada apa-apa, Shinta.

Selesai piket, aku teringat janjiku pada Bella.

Kantin lumayan sepi dari biasanya. Itu berarti banyak murid yang sudah pulang. Biasanya, kalau menunggu, semua murid akan memilih kantin sebagai tempatnya.

"Shinta!" Panggil Bella, Hana, Erika, dan Intan serempak. Mereka memang selalu serempak. Namanya juga sahabat.

Mereka punya sebutan untuk persahahabatan mereka: SHEBI. Shinta, Hana, Erika, Bella, dan Intan.
Mereka tidak main geng, apalagi bikin geng, karena dilarang oleh Bu Fina, guru kelas mereka. Itu membatasi dunia pergaulan, semua orang bebas bebas berbaur dengan siapa saja. Moto mereka: berteman dengan siapa saja, asalkan ada saat dibutuhkan.

Shinta Fatasya Dewi.

Hana Dera Widya Marliana.

Theressa Erika.

Bella Aulia Alfisyahr.

Intan Putri Yulianty.

Friends with anyone, as long there when needed.

We are best friend. Best friend forever.
. . .
. . .
. . .
**SHEBI: SHINTA, HANA, ERIKA, BELLA, AND INTAN PROMISE

Diary & Insomniaku [AKAN TAMAT PADA BAB KE-28]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang