-BELLA POV-
Nggak enaknya ada di keluarga broken home itu selalu merasakan kesendirian yang tak mungkin dirasakan juga oleh orang lain.
Contohnya adalah aku. Bella Aulia Alfisyahr.
Teman curhatku satu-satunya hanyalah Kak Dahlan.
Kakakku, Kak Della, telah meninggal setelah tragedi yang menimpa keluargaku yang tadinya baik-baik saja. Dan, aku percaya musibah bisa datang kapan saja.
Sampai aku bertemu dengan anak yang bernama Shinta Fatasya Dewi.
Aku pertama kali bertemu dengannya saat TK, saat itu aku hanyalah sosok yang pemalu, padahal aku ini bukannya pemalu, tapi malu-maluin, aku dulu hanya sasaran bully pada saat masa bermain, aku tidak mempunyai seorang teman pun.
Sampai aku bertemu dengan Shinta. Saat itu dengan bodohnya aku menangis keras. Aku tidak peduli ada tai kucing yang baunya menyengat disampingku.
"Hei, kamu kenapa?"
Samar-samar, aku mendengar suara.
"Aku lagi bicara sama kamu. Kamu kenapa? Kalo ditanya tatap mataku dan jawab dong, jangan diem aja!" Anak perempuan itu berteriak kesal.
"Aku... aku kesepian", jawabku, suaraku terdengar bergetar. "Aku butuh teman, walaupun hanya sedikit. Aku tidak ingin Mama dan Papaku sedih melihatku. Hanya itu saja..."
"Memang Papa dan Mamamu kemana?" Anak itu sedikit maju menatap mataku. Dia berjongkok menyamakan tinggi badannya denganku yang sedang mengusap air mataku dengan pilu.
Kalo ditanya tatap mataku dan jawab dong, jangan diem aja!
"Mereka... udah meninggal", jawabku sedikit takut. "Kakakku juga udah ninggalin aku. Nggak ada lagi yang sayang sama Bella. Nenek Bella kayak udah ngebuang Bella begitu aja".
Anak perempuan itu menyimak curhatanku lalu tersenyum tipis, "kamu yang sabar, ya. Nggak semua di dunia ini bisa bertahan lama. Dimana ada pertemuan, disitu pasti ada perpisahan".
"Iya..." aku mengangguk yakin. "Nama kamu siapa? Aku Bella".
"Shinta", jawabnya sambil menyambut uluran tanganku. "Aku nggak suka sama mereka", katanya sambil menunjuk anak perempuan itu.
"Maksudmu Angel?" Tanyaku.
"Iya, dia selalu seenaknya sendiri, nggak memikirkan perasaan orang lain", cetus Shinta cepat.
"Aku setuju denganmu". Aku mengangguk setuju. "Anak seperti dia hanya memikirkan diri sendiri, tidak memikirkan perasaan orang lain".
"Kamu tahu? Aku selalu diajak main sama mereka, tapi selalu aku tolak. Kenapa? Karena badanku tinggi, mereka hanya menjadikanku tameng saja. Dan karena rambutku bagus, enak saja mereka mau memainkan rambutku", cerita Shinta.
"Aku...", aku membuka mulutku. "Aku selalu di-bully karena pada dasarnya aku memang lemah".
Shinta tertawa. "Kamu ini bukannya lemah, tapi pemalu, tau!"
"Maksudnya?" Aku mengernyit tak paham.
"Angel itu memang mencari anak yang lemah, anak kayak gitu mah dilawan gampang! Cukup sakiti mereka dengan kata-kata, daripada mereka yang selalu menyakiti kita dengan fisik. Benar, 'kan?"
"Kamu benar!"
Begitulah, pertemuan kami. Begitulah, kami bersahabat.
***
-SHINTA POV-
Aku menatap bosan jendela kamarku sembari bergumam kecil menyanyikan lagu Sekai wa Koi ni Ochiteiru yang kusuka.
Aku memutuskan untuk keramas. Rambut tebalku kini sangat lepek. Aku mengacak-ngacak rak peralatan mandi untuk mencari shampo.
Selesai keramas, aku mengeringkan rambutku dengan kain kecil. Aku mengambil ponselku. Ada message dari Yugi.
Yugi adalah orang yang sudah lama menyukaiku.
Kejadian memalukannya waktu bulan Agustus lalu.
Hari itu adalah hari bahagia untukku. Pelajaran pertama hari ini adalah pelajaran Bahasa Indonesia yang sangat kusuka daripada pelajaran Matematika yang selalu membuat maag-ku kambuh karena stres. Aku ditunjuk Bu Fina untuk menjawab beberapa tanggapan soal Bahasa Indonesia. Aku juga disuruh maju untuk membacakan cerpen harianku kepada teman-temanku. Setiap pelajaran Bahasa Indonesia diadakan cerpen harian yang mengharuskan semua murid kelas 6 menulis cerpen sesuai tema. Tema kali ini tentang sebuah 'Keluarga'.
Ketika aku sedang mengobrol dengan teman sebangkuku, Rissa, tiba-tiba Bu Fina menyuruhku, Bella, Farhan, dan Yugi untuk maju ke depan kelas. Kami kira kami disuruh untuk berdialog. Ternyata ekspetasi kami salah.
"Ini adalah contoh KB (Keluarga Berencana)!" Seru Bu Fina.
Seisi kelas tertawa ngakak. Aku memalingkan wajahku salah tingkah. Sumpah, malu banget, Nying! Yugi senyum-senyum sendiri, Farhan cekikikan, Bella melongo.
Dan endingnya, kami jadi bahan ceng-cengan seisi kelas. Menjengkelkan. Rasanya ingin memukuli mereka satu-persatu dengan kayu.
Aku yang mengingat momen itu segera tertawa konyol. Untungnya, sebagian teman-teman sekelasku sudah melupakannya dan sebagian masih mengingatnya, termasuk Bella dan Farhan.
***
-DAHLAN POV-
Gue memalingkan muka. Sialnya, Jeje kampret memanggil nama gue.
"Mel, itu si Dahlan!" Seru Jenita heboh. Nih anak kok beloonnya inalillahi sih!
***Bersambung***
----
Mohon maaf yang sebesar-besarnya untuk para readers yang setia nunggu Diary & Insomniaku update, maaf lagi-lagi mengecewakan karena Babnya pendek banget. Sebenernya authornya juga lagi mumet *ini bukan alesan loh. Ini aja authornya usahain ngetiknya malem-malem sebelum mulai belajar. Walaupun author masih SD tetep aja sok sibuk 😆.Salam author,
-Andini Nuraini Ramadhina-
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary & Insomniaku [AKAN TAMAT PADA BAB KE-28]
Teen FictionShinta dan Melani adalah kakak-beradik dengan kepribadian yang sangat berbeda. Melani adalah anak pertama yang sangat terbuka. Meskipun Melani tahu, yang mendengarkan curhatannya bukan sembarang orang. Selain pendengar yang baik, juga harus bisa di...