Bab 2: Surat Cinta untuk Melani

139 14 7
                                    

-MELANI POV-

Hari ini gue janjian sama Jenita dan Laras, sahabat gue tercinta, tersayang, tercantik ke sebuah mall yang tidak jauh dari kota Jakarta. Gue sengaja mengasingkan diri dari rumah agar bebas dari celotehan Mama dan Papa soal gue dan adek gue, Shinta.

"Melani, mengertilah perasaan dan keadaan adikmu, kalau Shinta lagi tidur siang ya, jangan dibangunin. Apalagi dalam hal nyuruh-menyuruh. Kalau mau ke warung, sendiri aja, tinggal jalan kaki. Jangan males, tinggal keluar rumah aja gak bikin kita capek kok", nasihat Mama saat itu.

"Melani, waktu itu 'kan Papa bilang nggak boleh nyuruh-nyuruh adek kamu diwaktu yang nggak tepat. Anggap adek kamu itu teman curhat kamu, bukan babu yang setiap saat bisa nurutin suruhan kamu", nasihat Papa saat itu.

Lo semua tau? Kenapa gue males keluar rumah? Yha, gue anak anti-sosial yang paling males ngeliat orang banyak, apalagi ngobrol sama orang banyak. Gue bisa ngeliat tabiat orang, diluar baik sama orang, dibelakang saling mencibir satu sama lain.

Hari ini hujan agak deras. Rintik-rintik hujan perlahan jatuh menuju tanah dan aspal jalanan. Udara didalam bus Transjakarta jadi begitu dingin. Untunglah penumpangnya tidak begitu penuh. Gue memakai jaket yang sengaja gue bawa.

Didalam bus, dikursi penumpang paling ujung, gue nangis. Gue menutupi mulut gue dengan telapak tangan gue. Gila, sampe kapan Mama-Papa ngehakimin gue terus? Kapan dia ngebela gue? Gue tau Shinta bukan anak manja. Mungkin guenya juga yang terlalu kejam atau bagaimana? Kakak nyuruh-nyuruh adeknya itu hal yang mainstream 'kan?

Gue akhirnya sampe di mall. Sambil duduk direstoran sushi, gue chat sama Jenita dan Laras dichat LINE.

Melani: Lo pada udah ada dimana?  Gue udah sampe nih, buruan dong.

Laras: Iye, gue udah di depan pintu masuk nih. Jeje, lo udah sampe mana?

Jenita: Gue kena macet :(. Lo pada  duluan deh, gue rela.

Laras: Elah:(. Kapan sih lo nggak kena macet, Jeje?

Jenita: Kapan-kapan kapan, ya kapan???

Melani: Gendeng. Gue tunggu lo pada direstoran sushi di Lt.2

Jenita: Siap Kapten!

Laras: Siap Kapten! (2)

Gue memesan nasi katsu dan green tea. Sambil menunggu Jenita dan Laras, goe membuka Instagram gue.

@Firsa_Dahlan started following you

Anjrit! Dahlan follow gue?! Batin gue girang.

Firsa Dahlan Firdaus... bisa dibilang, dia cinta pertama gue. Gue jatuh cinta pada pandangan pertama sama dia pas waktu MOS. Setelah gue selidiki; 1.Dia cogan kapten tim basket, 2.Selain hobi main basket, dia hobi fitnes dan doyan baca novel, 3.Dia punya empat kakak laki-laki dan semuanya sudah menikah, 4.Dia suka banget sama pudding dan mie ayam di kantin sekolah dan alergi udang, 5.Pecinta Taylor Swift, dan penggemar berat Super Junior, sedangkan gue penggemar EXO, 6.Dia bisa nyanyiin lagu J-pop dan K-pop pake gitar, 7.Kalo liburan dia sama kayak gue, ngebet pengen ke toko buku dan borong semua buku yang pengen dibeli, 8.Dia juga otaku penggemar Naruto dan nge-fans sama Masashi Kishimoto-sensei, 9.Dia pernah ilang di mall waktu umur 3 tahun, untung ditemuin, 10.Dan yang terakhir, karena dia kapten basket dan selalu pake baju basket, jadi otot lengannya kelihatan. Disebelah kirinya ada bekas luka. Masih menjadi misteri ada apa gerangan dibalik bekas luka itu. Mungkin yang tahu kebenarannya hanyalah Yudho, sohib Dahlan sekaligus pacar Jenita.

Nge-stalk gebetan dan melihatnya dari jauh adalah hal yang menyenangkan bagi gue. Sebagai pengagum rahasia gue gitu. Ahay.

15 menit menunggu, akhirnya Laras menunjukkan batang hidungnya. "Alhamdulillah akhirnya gue sampe juga".

Diary & Insomniaku [AKAN TAMAT PADA BAB KE-28]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang