Bab 3: Shinta, Melani & Dahlan

131 15 15
                                    

-MELANI POV-

Malam ini, gue menginap dirumah Jenita untuk semalam. Setelah puas makan, ke toko buku, dan beli cemilan di mall. Laras sedang mengambil baju ke rumahnya.

Dirumah Jenita, ada tiga kamar. Yang pertama untuk Jenita, yang kedua untuk orangtuanya, yang ketiga untuk adik laki-lakinya yang masih kelas 3 SD, Daus. Gue masuk ke kamarnya yang lumayan rapi. Poster bias menempel ria di dinding kamarnya.

Didalam kamarnya ada dua ranjang dan satu kasur biasa. "Gue tidur dikasur aja, lo sama Laras diranjang aja".

"Nggak apa-apa?" Tanya gue.

"Nggak apa-apa", jawab Jenita sambil tersenyum simpul. "Anggap aja rumah sendiri".

Gue segera memberi tahu Shinta lewat LINE.

Melani: Bilangin Mama gue nginep dirumah Jeje semalem doang, yee...

Shinta: Ok.

Gue menaruh ponsel gue di tas. "Gue pinjem kamar mandi lo, ya? Mau cuci muka".

"Nggak sekalian shalat Isya?" Tanya Jenita mengingatkan sambil menggulung lengannya, hendak mengambil air sembahyang.

"Nggak, gue lagi dapet", jawab gue sambil mengambil sabun cuci muka.

Kamar mandi Jenita ternyata sangat bersih. Pasti keluarga Jenita maniak kebersihan. Sebenarnya kamar mandi dirumah Melani dan Shinta juga bersih, tapi selalu tercemar karena Papa dan Kakek-neneknya menaruh puntung rokok sembarangan dikamar mandi. Melani paling sebal kalau mandi harus menghirup aroma asap rokok yang menyengatnya naudzubillah. Apalagi kalau ke sekolah, Papanya akan mengendarai motor sambil merokok, jadi otomatis asapnya terbang ke belakang. Wajah Melani yang tadinya wangi sabun jadi bau asap rokok. Apa sih manfaat dari merokok? Papanya dan Kakek-neneknya ingin sekali Melani omeli.

Shinta: Oh ya, tadi ada temen Kak Melani namanya Kak Dahlan nyariin Kak Melani.

Mata Melani membulat. Dahlan? Dateng ke rumah? Nyariin gue? Shinta nggak salah ngetik kan?! Batin gue sambil senyum-senyum sendiri.

Melani: Oh, terus dia ngapain?

Shinta: Shinta bilang, 'Kak Melani lagi pergi sama temen-temennya', terus dia nitip surat sama cokelat buat kakak.

Surat? Cokelat? Petanda apa ini, Tuhaaaaan?!?! Jerit gue dalam hati.

Jujur saja, gue jadi penasaran dan gemas sendiri. Gue jadi pengen pulang karena penasaran sama isi suratnya. Ah, jangan ge-er dulu, Mel! Bisa jadi isinya surat biasa. Bukan surat cinta. Iya.

Tapi kenapa gue jadi super berdebar-debar gini, goblok?

Ah. Lupakan saja. Gue segera menyiram wajah dengan air lalu mencucinya dengan sabun. Setelah itu, gue menyambar handuk gue dan keluar dari kamar mandi milik Jenita.

Kriet...

"Udah, Mel?" Tanya Jenita. Gue mengangguk. "Lo kalo laper makan aja cemilannya. Tadi lo mesen Pocky sama keripik udang, 'kan? Gue sholat dulu, ya".

Gue segera membuka plastik berisi cemilan. Gue mengambil jatah Pocky dan keripik udang khusus buat gue, kemudian gue membuka bungkusnya.

Laras kembali setelah memarkirkan mobil Avanza-nya di sekitar taman komplek tempat tinggal Jenita. Laras membawa koper kecilnya.

"Kita tidur sini, Mel?" Tanya Laras. Gue mengangguk sambil menggigit stik Pocky. "Gue mau bersih-bersih terus sholat dulu ya, eh makan sendiri aje lo. Cemilan gue mana?"

Gue menoleh lalu menemukan plastik jatah Laras. "Nih".

Selesai sholat, Jenita bergantian dengan Laras. Jenita duduk sambil mengambil remote TV-nya. "Biasanya malem gini banyak acara yang seru".

Jenita segera menyetel acara komedi yang membuat mereka tertawa terbahak-bahak. Bahkan Laras yang sedang sholat jadi tidak konsentrasi dan tidak sengaja menyembur tawa. "Anjrit! HHAHAH! Matiin! Gue nggak konsentrasi!!" Pekik Laras.

"Biasa, Bu", goda Jenita. "Iya deh gue pelanin aja volumenya".

Selesai sholat, Laras ikut menonton acara komedi bersama-sama sambil ngemil. Mereka tertawa bersama.

Senangnya malam ini.

***

-SHINTA POV-

Pukul 20.30
Mama dan Papa belum juga pulang dari supermarket. Kutebak, pasti mereka sedang beli makanan untuk makan malam. Perutku sudah keroncongan dari tadi.

Bosan, aku menulis cerita saja dijurnalku. Sampai, seseorang mengetuk pintu. Aku yakin itu pasti Mama dan Papa.

Mama dan Papa tergopoh-gopoh membawa belanjaan yang segitu banyaknya. "Bantuin dong nak, belanjaannya bawa. Ada di bagasi", perintah Papa.

"Hm, iya Pa", jawabku bersungut.

Belanjaannya memang lumayan berat dan banyak, jadi menguras tenaga saja.

"Beli oleh-oleh 'kan?" Tanyaku memastikan. Untuk saat ini aku ingin sekali yogurt dan rumput laut.

"Iya, Sayang. Ada jus jambu juga tuh, bagus buat maag kamu", jawab Mama sambil menggeser barang belanjaan lebih ke tengah.

"Mama sama Papa juga beli pizza buat makan malam kali ini", ucap Papa sambil membuka sekotak pizza meat lovers yang sangat kusuka.

"YEAY!" Sorakku.

Rugi deh Kak Melani nggak ada dirumah, pikirku.

***
Setelah kenyang makan pizza, aku membuka sekotak jus jambu dan menuangnya di cangkir anime-ku yang kubeli saat ada festival anime di bazar besar-besaran.

Aku menyalakan TV dikamarku. Acara yang menarik hari ini cuma kartun yang sudah berulang-ulang ditayangi di layar kaca. Bosan, aku gonta-ganti channel hanya sekedar untuk mencari acara yang bermutu.

***

-DAHLAN POV-

Hari ini gue nggak bisa tidur. Gue segitu kebayangnya wajah Melani saat terima surat cinta dari gue. Untung yang nerima adeknya, gue belum siap mental kalo harus ngasih langsung depan dia.

Gue memutuskan untuk memainkan gitar gue. Udah lama juga sih gue berhenti les gitar. Karena gue mau fokus belajar dulu.

Sambil mencantol earphone dan menyetel lagu 'Everytime'- Chen (EXO) & Punch gue mulai memainkan gitar gue.

Pukul 23.30
Gue biasanya jam segini udah molor. Tapi entah ada mahluk apa yang merasuki gue seolah gue belum dibolehin tidur.

Lo mau tau alasan gue suka sama Melani? 1.Dia cantik, rambut dia tebel banget, warna cokelat alami lagi, 2.Kalo senyum, subhanallah. Dia mirip bidadari yang nyasar ke bumi, 3.Tinggi badan sih oke, tinggian dia. Tapi bukan berarti gue kuntet, 4.Dia suka EXO, gue suka Suju, 5.Dia jago Matematika, sedangkan gue goblok Matematika, 6.Hobi dia baca novel sama kayak gue, 7.Dia punya lesung pipit, gue nggak, 8.Dia katanya suka sama yang berhubungan sama basket, gue kapten basket, 9.Dia pencinta K-pop dan drakor, gue juga, 10.Dia baik hati walaupun anaknya agak sensitif.

Itu alasan gue.

Nggak lebih, nggak kurang.

***

-SHINTA POV-

Pukul 24.15
Jam segini biasanya para manusia sudah melayang ke alam mimpi, terkecuali seorang Shinta Fatasya Dewi yang terkena insomnia menyebalkan. Tebak, padahal aku sedang tidak memikirkan apa-apa. Tetap saja gangguan tidur ini begitu menyiksaku.

Biasanya jam segini aku menulis diary. Tapi kini entah kenapa, aku tidak melakukannya.

***Bersambung***

----
HALO READERS! Lanjut ke Bab 3: Shinta, Melani & Dahlan! Kira-kira siapa ya yang kelak akan mendapatkan Dahlan? *penasaran. Vote+comment selalu author tunggu dengan sabar, lho!
Selamat hari raya Idul Adha!

Salam author,
-Andini Nuraini Ramadhina-

Diary & Insomniaku [AKAN TAMAT PADA BAB KE-28]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang