Chapter Three

3.8K 205 14
                                    

Chapter Three : Live In The Darkness

Pagi hari seorang perempuan masuk ke sebuah rumah, dia pergi ke dapur dan membuka kamar Sungmin yang sudah kosong, dia langsung membuka lemari baju dan sebagian baju Sungmin sudah hilang. Dengan tergesa-gesa dia pergi ke kamar lain dan melihat seorang laki-laki sedang tidur.
"dimana Sungmin??" laki-laki itu bangun dan melihat istrinya tiba-tiba dirumah padahal harusnya sedang pergi untuk urusan kerja keluar kota.
"kau sudah pulang?" dia terlihat pusing karena memegangi kepalanya.
"apa yang terjadi pada Sungmin? kenapa dia pergi dari rumah ini??"
"pergi??"
"dia membawa baju-bajunya dan mengirimkan pesan ucapan selamat tinggal semalam, apa yang terjadi?"
"aku tidak tahu, itu akibatnya kalau kau memelihara orang luar, tidak tahu terimakasih! dia sudah merepotkan kita selama bertahun-tahun tapi apa balasannya? Dia pergi begitu saja"
"dia bukan anak kurang ajar, pasti sudah terjadi sesuatu"
"tidak ada apa-apa, memang dia anak kurang ajar, kau kan tidak tahu apa saja yang dia lakukan selama kau bekerja, sudah lupakan saja, biarkan dia pergi, dasar anak pengganggu"
Perempuan itu pergi keluar.
"sial... dia kabur, tapi dia tidak mengatakan apa-apa pada istriku, baguslah"

_______flashback_______

Aku melihat kamus bahasa dan mencari tahu arti kata 'virgin' yang teman-temanku katakan kemarin, ternyata arti virgin itu seseorang
yang belum pernah melakukan hubungan seksual. Dengan ini aku tahu aku sudah tidak virgin, tapi meski aku tidak virgin karena seorang laki-laki aku tetap tidak gay, walaupun babi itu melakukannya padaku tapi aku tidak suka dengan apa yang dia lakukan dan aku tidak akan menyukai laki-laki.

Bunga yang mekar mulai layu, menjelang musim panas suhu udara naik. Aku berangkat sekolah memakai kemeja putih dan sweater-wifebeater, seragam khusus musim panas jadi tidak perlu pakai jas blazer luaran. Saat aku sedang ganti sepatu seseorang mendatangiku memberikan sebuah amplo dan langsung pergi, aku lihat seperti sebuah surat dengan sampul warna orange. Aku buka dan isinya memintaku pergi ke rooftop sebelum jam pelajaran dimulai. Nama yang tertera dibawah surat adalah nama laki-laki. Aku heran tapi aku coba mengikuti apa yang dituliskan.

Sampai dirooftop memang ada seorang siswa.
"apa kau yang memintaku datang kesini?"
"iya" dia menunduk tapi aku bisa melihat wajahnya, dia bukan teman sekelasku.
"hmm.. mungkin apa yang akan kau dengar terkesan aneh, tapi aku sungguh-sungguh mengatakannya.. sejak aku memperhatikanmu aku merasa kau terlihat cantik.."
"cantik?"
"apa... apa kau mau jadi pacarku?"
"apa??" apa yang dia katakan? "hey aku ini laki-laki, kau tidak lihat?"
"aku tahu tapi aku suka padamu, karena kau cantik ja.."
"aku tidak gay! Dan aku bukan perempuan jadi aku tidak cantik!" aku pergi meninggalkannya, aku kesal, aku marah, aku ini laki-laki, dia pikir aku ini perempuan? Aku tidak mungkin disukai laki-laki, aku tidak mungkin berpacaran dengan laki-laki.

Aku pulang ke rumah karena tidak ada kegiatan disekolah yang bisa kujadikan alasan, aku lihat si babi itu duduk di kursi dapur minum alkohol.
"kau sudah pulang?" aku acuhkan dia dan mau masuk kamar tapi dia memegang pundakku.
"jangan sentuh aku" aku mengibaskan pundakku. Aku jijik padanya.
"apa!?" dia lalu mencoba meraih pundakku lagi lalu aku menjauh "berani sekali kau"
"aku akan katakan pada imo!! kalau kau berbuat itu lagi padaku aku akan katakan pada imo!!"
"apa kau bilang!?"
"jangan macam-macam lagi padaku!!" aku masih bisa terima jika dia menyakiti tubuhku dengan memukulku tapi jika ternyata dia menyakitiku dengan memaksaku melakukan sex padaku aku tidak akan lagi biarkan itu terjadi.
"kau tidak bisa apa-apa kalau tidak ada aku! sini kau!"
"kau pikir aku bodoh?! ini rumah imo! uang yang kupakai juga uang imo!"
"dasar anak jalanan!" dia mengejarku tapi aku lari keluar.
Aku terengah-engah tapi aku terus berlari menuju halte bus.
Tanganku gemetar, lututku lemas. Akhirnya aku berani melawannya. Airmataku tiba-tiba mengalir dan aku menangis tanpa aku ingin dan tanpa aku sadari. Aku harus melawannya, aku tidak mau dia menyentuh tubuhku lagi. Aku berpikir ingin kabur karena aku tidak ingin kembali ke rumah itu dengan ada dia disana tapi aku tidak punya uang dan aku masih kecil, aku baru kelas 1.
Akhirnya aku pergi menyusul imo ke tempat kerjanya dan pulang bersamanya, karena si babi itu tidak akan berani padaku jika ada imo.

DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang