Aku memandang ke luar jendela, di mana hujan yang dari beberapa minggu yang lalu membasahi Kota Bogor tanpa henti tengah turun dengan derasnya. Maksudku, sangat deras. Walaupun ini baru jam setengah lima sore, langit di luar sangat gelap, seolah-olah sudah hampir malam. Petir menggelegar beberapa kali, yang membuat Macchiato, kucingku, tersentak beberapa kali.
Aku pernah membaca kalau Bogor merupakan kota yang paling banyak mengalami petir di dunia, dan melihat cuaca di luar, aku rasa fakta yang kubaca di situs blog abal-abal itu ada benarnya juga. No wonder tempat tinggal kami dijuluki "kota hujan".
Aku dan Andrew, yang masih berbalut seragam putih-biru kami, tengah duduk bareng di window seat yang terletak di samping jendela ruang tamuku. Karena nggak lama lagi ujian akhir semester, Andrew memberiku soal-soal yang materinya diambil dari awal semester satu hingga sekarang.
Aku tengah berkutat dengan rumus-rumus Phytagoras yang entah kenapa sulit sekali dimengerti sambil sesekali membelai Macchiato saat Andrew iseng melihat-lihat rak bukuku.
"Irin nggak seru, ah," gumamnya. "Masa nggak ada komik Naruto, sih?"
"Udah gue loakin," jawabku singkat. "Fase Naruto gue udah berakhir pas gue kelas tujuh."
"Lo suka banget sama Hunger Games, ya?"
"Drew, bantuin," pintaku tanpa menggubris pertanyaanya barusan. "Apaan nih, masa sisi miringnya akar 37? Kan gaje."
"Sampe guidebook tentang seluk-beluknya Panem lo punya. Gue aja paling-paling nonton filmnya doang."
"Ih, Hunger Games seru, tau!" sentakku begitu aku mendengar Andrew menghina serial buku favoritku. "Coba lo baca bukunya, deh."
"Males. Ratusan halaman gitu. Gue aja baca buku Sejarah lima menit bawaannya udah mau ngorok sambil meluk guling dan ngebayangin itu Jennifer Lawrence. Yang di filmnya cantik banget, anjir. " Cowok itu kemudian mengambil novel Catching Fire dari rak bukuku dan mulai membolak-baliknya. "Eh, BTW, Catching Fire udah keluar, lho, filmnya."
"Udah tau," jawabku datar. "Terus kenapa?"
"Anu." Andrew mengembalikan novel Catching Fire-ku ke rak buku dan berjalan menghampiriku. "Kita nonton bareng, yuk."
A/N: aku rindu masa-masa SMP, saat gue dan temen gue patungan beli box set hunger games trilogy yang kemudian kami miliki bersama. tapi sekarang dia yang pegang gara-gara gue pindah.
juga saat matematika masih gampang dan belum ada trigonometri dan logaritma dan integral dan teman-temannya.
ah, ini mengingatkan gue akan fakta kalau minggu depan gue harus remedial gara-gara ulangan mtk gue tempo hari cuma 2 poin di bawah KKM.
fakta kalau bulan april nanti gue UN kadang-kadang membuat gue menangos.
(but, on the bright side, gara-gara nulis bab 11-nya amigos tempo hari, mendadak gue jadi banyak banget idenya buat cerita itu. jadi, buat yang ngikutin amigos, doain aja semoga cerita itu nggak ngaret lagi kayak kemaren)
(kemudian baru update amigos lima ribu tahun kemudian)
KAMU SEDANG MEMBACA
Video Chats
Short Story"Met malam, Sayang." "Sayang? Drew, kita kan...udah putus. Dari kapan tau." "Eh, sorry. Kepencet. Eh, BTW, like foto baru gue di Instagram, dong." © 2016 by Hilly Ecclesiana. All rights reserved. #3 in short story (12/21/16)