~~^^~~
Seorang anak laki laki tengah terduduk diam di dalam kamarnya, tatapannya hampa namun tatapan itu menyiratkan sesuatuyang tidak bisa di artikan. Bayangan itu selalu terngiang di kepalanya yang membuatnya menggenggam erat tangannya sendiri, tubuhnya yang kecil yang membuatnya tidak bisa melakukan apa apa, ia benci dirinya yang sekarang.
9 tahun kemudian
Segerombolan siswi SMA pulangbersama, mereka tampak frustasi karena pelajaran, mereka berjalan dengan lesuh hingga mereka tiba di depan sebuah cafee, mereka pun berhamburan masuk karena cacing di perut merekasudah berpesta ria minta di isi.
Sekarang di sinilah mereka, duduk bergerombolan di Cafee dan di meja yang sama seperti sekumpulan anak ayam menunggu induknya untuk memberi mereka makan. Princessa mengambil kamera yang selalu bertengger di leher setelah ia melihat seorang siswa yang dari sekolah lain yang selalu menjadi obyek bidikan selama ini.
" dasar paparazi " kata Atlice teman pirang Cessa itu akan selalu mengatakan itu saat lensa kamera Cessa menemukan obyek indahnya.
" dia bukanlah paparazi melainkan penguntit " tambah Widia yang membuat Cessa mengalihkan pandangannya sejenak dari obyeknya
" hei... Aku bukanlah penguntit, paparazy atau apalah itu " elak Cessa
" lalu? " Indah yang sedari tadi fokus pada ponselnya juga menatap ke arahku.
" secret admirer " jawabnya sembari cengir dan membuat temannya memutar mata jengah
Cessa memandang kembali hasil jepretannya di pandanginya dengan seksama wajahnya tampan, kulitnya putih, tubuhnya ya....lumayan tinggi sih tapi, hanya satu yang menurut Cessa kurang darinya yaitu tatapan yang tidak bisa di artikannya. Ia hampir tahu semua tentang pria itu entah sejak kapan, ia tertarik dengannya dan mulai mengikutinya, bodoh bukan? Cessa bahkan tidak tau apa yang akan di lakukannya apabila ia ketahuan nanti.
" apa istimewanya dia? " Meilin melihat ke arah layar kamera Cessa sedangkan Cessa hanya mengidikkan bahunya
" entahlah "
" bahkan Kak Satria lebih keren " jawab Meilin sambil cengir cengir namun itu tidak berlangsung lama karena langsung mendapat death glare dari Cessa.
" apa salahnya kalau aku mengidolakannya? " Meilin menatap Cessa memelas seakan meminta izin dan restu untuk mendapatkan kakak laki laki satu satunya milik Cessa.
" lupakan itu nona Meilin " kata Cessa membuat Meilin menghela nafas.
" maaf " batin Cessa, saat menatap Meilin yang putus asa sungguh menyenangkan baginya melihat wajah putus asanya.
Cessa kembali menatap keluar kaca tapi pria itu tidak di sana lagi.
" kemana dia? " gumam Cessa sambil menulusuri dengan tatapnnya di mana pria itu berdiri tadi.
" sebenarnya ia berasal dari mana? Maksudku dia sekolah dimana? " tanya Indah menatap Cessa lekat
Cessa mengetukkan jarinya di meja berirama dan balas menatap Indah " Arcadia High School "
" jangan bercanda? Itu nama sekolah di California " Atlice menatap Cessa tak percaya.
" aku tidak bercanda, dia memang sekolah di Arcadia high school sebelum dia pindah di SMA Tunas Bangsa "
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (Not) Stalker
Teen Fiction[ complete ] Rasa penasaran yang membawanya menjadi seorang penguntit. ( walaupun ia tidak mengakuinya ) Mark Cessa