Cessa dengan kesal memukul kepala Atlice yang terus saja menertawai kebodohannya, Cessa berjalan menghentakkan kakinya dan terus mendumel tidak jelas
" aku mengikutinya hampir 2 tahun ini dan ia menghapusnya begitu saja " lirih Cessa, ia merangkul lengan Indah dan mulai menyenderkan kepalanya di sana di lengan Indah.
" setidaknya ia tidak menghapus fotoku " seru Widia yang berjalan sembari melihat foto di kamera Cessa yang di sisakan oleh Mark, Cessa hanya berdecak mendengarnya.
" tapi bukannya di kamarmu masih banyak fotonya? " tanya Indah, ia tau kalau Cessa menempel banyak foto Mark dan gadis itu juga menyimpannya di laptopnya.
" tapi yang di hapusnya itu perjuanganku selama 2 bulan " rengek Cessa
" baru 2 bulan " dengus Atlice
" 2 bulan itu lama, aku mengerti perasaanmu Sa " Meilin yang sedari tadi diam ikut bersuara ia kemudian mengelus bahu Cessa membuat Cessa makin murung.
Indah menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Cessa membuat rangkulan Cessa terlepas
" lalu apa keputusanmu sekarang? " tanya Indah
" berhenti, aku juga sudah ketahuan " jawab Cessa lemas
" lalu bagaiman dengan perasaanmu terhadapnya? " tanya Indah lagi
" perasaan apa? " Cessa mengernyit, dengan gesit Atlice menjitak keningnya
" sakit bodoh " keluhnya mengusap kening yang kena jitakan.
" kita juga tau kalau kamu suka sama si Mark itu dari pertama maksudku foto Mark yang pertama kali kau ambil tanpa sengaja itu benar benar membuatmu menyukainya " jelas Atlice. Cessa terdiam lama.
" apa ia aku menyukainya? " tanya Cessa kemudian membuat teman temannya menatapnya jengah, dengan cepat teman temannya menyeretnya ke bawah pohon dan duduk di sana
" Cess, saat bertemu dengannya apa kau merasa ada yang aneh denganmu? " tanya Indah, Cessa mengernyit tidak mengerti.
" apa kau deg deg-an saat bertemu dengannya? " tanya Widia yang ikut introgasi, Cessa mengangguk
" iya, itu karena aku takut " jawabnya, ia memang takut saat bertemu Mark tidak langsung, ia takut ketahuan.
" kau mengikutinya hampir 2 tahun belakangan ini bukan? Saat ia mengeluarkan ekspresi senang, sedih, marah dan sebagainya bagaimana perasaanmu? Apa kau merasakan perasaan yang sama? " tanya Indah lagi, setidaknya ia lebih berpengalaman dari teman temannya yang lain.
" ia jarang mengeluarkan ekspresi, jadi aku tidak tau " jawab Cessa
" pertanyaan kalian berbelit sekali. Cessa bagaimana perasaanmu saat seorang gadis mendekatinya? " tanya Atlice
" aku tidak suka " jawab Cessa jujur
" kenapa? " tanya Atlice lagi
" aku tidak suka, lebih tepatnya iri " jawab Cessa menunduk
" kau benar benar menyukainya " kata Atlice
" benar, kau bahkan cemburu " timpal Widia
" tidak aku tidak cemburu, aku hanya iri saja " kata Cessa
" iri kata lain dari cemburu bodoh " seru Atlice membuat Cessa menatapnya
" apa iya? " tanya Cessa, teman temannya langsung mengangguk " apa yang harus ku lakukan? " tanya Cessa lagi
" kejar dia Sa, cinta perlu perjuangan " kata Meilin semangat 45. Diangguki para temannya.
~~^^~~
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (Not) Stalker
Teen Fiction[ complete ] Rasa penasaran yang membawanya menjadi seorang penguntit. ( walaupun ia tidak mengakuinya ) Mark Cessa