Walaupun Nory gila olahraga, ia paling benci pelajaran olahraga di sekolah.
*Bruk! Bruk! Bruk!*
Dari luar: "Siapa nih di dalam? Barengan aja dong gantinya biar cepet? Haloooo!"
Nory: Ugh...selalu begitu. Kenapa sih mereka gak ganti baju sendiri-sendiri aja? Kenapa sih cewek itu seneng banget bareng kemana-mana? Nory berpikir dalam hati. Ia terburu-buru memakai celananya.
*Bruk! Bruk! Bruk!*
Dari luar: "Kok diem aja? Ini pasti Nory ya? Noryyyy bareng aja dong biar cepettt!"
Nory mendorong pintu kamar mandinya terbuka.
"Tuh! Gak sabaran banget sih lo? Ampun deh..." Nory tersungut-sungut keluar, mendapati Vitri, Sari, dan Gita sudah menunggu di depan pintunya.
"Heran, kenapa sih lo gak mau ganti baju bareng-bareng aja? Kan punya lo sama punya gue juga sama..." jawab Vitri menyelonong masuk sekaligus bersama.
Nory tak menjawab, berjalan sendirian. Begitulah mengapa ia benci pelajaran olahraga di sekolah. Ia benci ritual berganti baju olahraga, karena kerap kali harus melewati drama itu. Pernah ia terpaksa berganti bersama dengan empat orang anak perempuan lain karena jumlah ruangan kamar mandi yang amat terbatas. Ia mengambil sudut dan membelakangi semua teman-teman perempuannya. Ibunya mengajarinya rasa malu dan menghormati privacy orang lain. Ia tak mengerti mengapa kebanyakan teman-temannya tidak merasakan rasa malu itu. Yang lebih ia tak mengerti lagi, mengapa jantungnya berdegup kencang bila salah satu dari kulit halus temannya tak sengaja bergeser dengan kulit punggungnya. Tentu saja tak sengaja, karena ruangan sempit itu tak cukup mengakomodir untuk empat orang anak-anak di usia pertumbuhan.
Nory: "Im, anak-anak cowok kalo ganti baju bareng gak sih?" tanya Nory.
Baim: "Ya iyalah...kenapa emangnya? Lo pengen tahu ya siapa yang paling jantan? Yours trulylah Nor...arab gitu loh gue..."
Nory: Mendorong punggung Baim keras, "Ugh elo tuh yaaaa jorok banget sih ngomongnya? Gue masih cewek tau!"
Baim: "Lah jadi kenapa lo nanya-nanya?" Nory: "Pada gak malu?"
Baim: "Ngapain malu? Kita kan cuma ganti kaos doang, dada rata semua ini... Emang lo malu kalo ganti ama anak-anak cewek?"
Nory: Tersipu dan diam
Baim: "Hahahahaha! Mau gue gantiin?"
Nory: "Kalo elo yang gantiin sih yang ada semua cewek kabur, Im."
"Noryyyy! Lo di tim kita yaaa!" Vitri berteriak dari lapangan basket. Nory melambaikan tangannya menyanggupi. Gita, sahabat Vitri, tersenyum ke arah Nory. Untuk sesaat ia terkesiap. Vitri tipikal anak perempuan cantik yang tahu dirinya cantik. Ia vokal dan luwes bergaul. Hampir semua laki-laki naksir atau pernah naksir atau akan naksir dengannya. Tak terkecuali Baim, walaupun cuma sebentar. Nory tak terlalu dekat sebenarnya dengan Vitri, ia lebih suka ngobrol dengan Gita, teman dekat Vitri yang dari luar kelihatan pemalu dan pendiam. Tetapi Gita luas wawasannya, hingga Nory mendapati dirinya sering mencari Gita bila guru kelas mereka tidak masuk. Nory hendak berlari ke lapangan ketika dari peripheral pandangannya ia melihat Arya pun menatap ke arah yang sama. Pandangan intens yang sering ia lihat kalau dia iseng memperhatikan Baim sedang memandang Ayu. Nory tersenyum pada dirinya sendiri, pasti salah satu fans Vitri lagi...
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU
General FictionSiapakah aku? Normalkah aku? Cerita tentang remaja puber 13 tahun yang melewati pertanyaan-pertanyaan eksistensialisme. Dibantu oleh opungnya, ia mengarungi belantara keremajaan yang tak biasa.