Sang Sopir

21 0 0
                                    

Ia seorang sopir angkot. Sebut saja Dani. Dia menyopir angkot untuk mengisi waktu sambil mencari kerja. Tak banyak yang tahu, tapi si Dani ini sudah sarjana. Sedikit terlihat dari tampangnya yang masih muda dan tercerahkan itu. Tapi ternyata dia sudah punya istri. Anaknya juga dua, tapi yang anak kandung hanya satu. Dia memungut yang satu lagi di pinggir jalan. Dani memungutnya karena dia empati. Dia tahu rasanya menjadi yatim piatu. 

Ya, kisah hidup Dani adalah sebuah klise. Dia punya seorang adik, tapi tidak punya orangtua. Dia sering berjualan di perempatan jalan. Aqua gelas, pulpen standar, berbagai rokok, semua ada di kotak kecil yang ia bawa di bawah terik matahari itu. Dani bekerja keras demi adiknya. Tapi Dani tidak melupakan sekolah. Tidak pula ia melupakan kebaikan kepala sekolah yang sudah meringankan biaya pendidikan Dani dan adiknya. Sungguh Dani bersyukur dan tak ingin mengecawakan kepala sekolah itu. Sungguh kerja keras yang cerdas adalah kunci keberhasilan.

Ketika SMA, Dani dibuat khawatir oleh kelakuan adiknya. Sang adik selalu pulang malam, meskipun tidak ada ekskul di SMP itu. Tentu Dani khawatir dan ingin tahu. Itulah alasan Dani menguntit adiknya dari sekolah. Dia mengikutinya melalui jembatan-jembatan penyeberangan, perumahan-perumahan, gang-gang kecil, hingga akhirnya dia melihat adiknya dan pekerjaan yang disembunyikannya. Drama keluarga pun terjadi di hari itu Banyak luapan emosi dan air mata yang tumpah membanjiri rumah makan itu.

Tahun-tahun berlalu. Dani sudah lulus kuliah dengan gelar teknik, tentunya dengan beasiswa. Sedangkan adiknya? Kumlaude sarjana pendidikan. Sang adik mendapatkan tempat di suatu yayasan, yang sayangnya lebih mendekati bakti sosial daripada kerja. Konon sang adik juga sudah punya istri. Saat itu si Dani masih bekerja di suatu perusahaan menengah bawah. Memperhatikan mesin-mesin yang sama sampai suatu hari mesin-mesin itu harus dijual karena bangkrut. Sebuah musibah bagi seorang kepala keluarga caturwarga. Dani sempat terpuruk, tapi tak bisa lama-lama. Dani punya satu istri dan dua anak dengan berbagai kebutuhan. Dani tak bisa tidak bekerja. Itulah mengapa ia meminjam angkot seorang teman. Dani menyopir angkot dari subuh hingga tengah malam. Ia mencari penumpang dan recehan dalam saku mereka. Dani amat membutuhkan receh-receh itu.

"Uang setoran" adalah kewajiban seorang sopir angkot. Dani harus menyetor seratus ribu rupiah setiap hari. Lebih dari tujuh puluh persen recehan yang ia dapat di hari yang sama. Tapi Dani tidak mengeluh. Dani bekerja keras demi keluarganya. Dani orang yang baik. Itulah mengapa Dani akhirnya terbunuh.

Dani mati karena dia terlalu baik.

MLWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang