Kisah Kafir

15 1 0
                                    


Suatu perkawanan berakhir dalam suatu resto cepat saji. Meja di balkon lantai dua. Satu orang mengenakan peci hitam. Matanya tercenggang mendengar perkataan temannya. Hatinya marah dan mulutnya mengungkapkan itu.

"Sejak kapan kamu cukup bodoh untuk memilih menjadi atheist?"

"Bukan atheist, aku agnostik. Kepercayaanku lebih ke Ietsisme."

Jawab temannya yang terlihat mengenakan batik coklat.

"Darahmu halal. Sama saja."

"Aku sedang mencari kebenaran."

"Dan kau berpaling darinya."

"Biar kuberikan kau satu kisah."

"Omong kosong."

"Namanya Franz. Dia anak baik. Cita-citanya menjadi uskup. Dan tuhan melancarkan harapannya. Dia lelaki yang baik. Ketika semua berprasangka buruk terhadap agama lain, dia tetap teguh berprasangka baik. Lebih dari toleransi, Franz menghormati semua orang. Franz pria yang baik."

"Aku pergi."
Ucap lelaki peci itu sebelum lengannya digenggam keras.

"Akhir kisah hidupnya? Dia tidak melewati shiratal mustaqim, dia jatuh terjebak dalam jahannam yang kekal. Terbakar. Tersiksa. Diserukan kepadanya nama Allah swt. Dan dia kekal di dalamnya."

"Semoga Allah memberikan hidayah."

Lepaslah genggaman itu. Lantas pergilah lelaki peci itu.

Lelaki batik juga harus pergi. Karena dia punya selembar kertas ajaib. Dia bisa terbang karena kertas itu. Tapi hanya pada waktu yang tertulis. Dan waktu itu sudah dekat.

Sang lelaki batik itu harus pergi.

MLWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang