Oktober 2021
Kalau cinta bisa merubahmu menjadi seseorang yang lebih baik. Patah hati juga mampu membuatmu menjadi orang yang lebih berburuk. Tidak selalu seperti ini, setiap orang memiliki prinsip yang berbeda. Namun, prinsip ini berlaku bagiku.
***
Sarah dan Revan duduk di bangku taman belakang rumah sakit. Mereka terdiam sesaat menikmati semilir angin pagi yang menerpa wajah mereka.
"Kau berhasil menjadi dokter, hebat sekali" Sarah membuka pembicaraan.
Revan menunduk ia menyeringai "Sejak kapan Lily hidup seperti itu?""Mabuk-mabukkan?" Sarah menatap Revan yang masih menunduk "Awalnya ia hanya minum, tidak sampai mabuk, tetapi tiga tahun terakhir ini ia sering pulang dengan keadaan mabuk. Maksudku bukan sering pergi ke pub untuk mabuk tapi kalau dia minum pasti dia akan mabuk" Sarah meralat kalimatnya "Lily pergi ke Pub hampir sebulan sekali, kalau sedang peak season, Desember hingga April ia sibuk dengan pekerjaannya, ia tidak pernah pergi ke pub".
Revan mengangguk mengerti, ia kembali terdiam tampak berfikir sesuatu. "Bagaimana hubunganmu dengan Natasha?" Sarah bertanya.
"Aku tidak berhubungan lagi dengannya semenjak lulus kuliah" Revan menjawab tanpa medongakkan kepalanya.
"Bukankah saat kuliah dulu kau bergurau akan menikahinya?" Sarah tersenyum pahit mengingat masa lalu, masalalu yang melukai sahabatnya.
"Aku tidak sungguh-sungguh mengatakan itu" Revan akhirnya menatap Sarah "Salah satu pria yang datang semalam, apa ia kekasih Lily? Ku dengar ia memanggil Lily dengan panggilan sayang" Revan bertanya dengan wajah yang penasaran.
"Wow! Itu kalimat terpanjang yang pernah ku dengar dari bibirmu dokter" Sarah tertawa "Maksudmu Ricard? Dia memang seperti itu, bersikap seperti kekasih Lily, padahal Lily berusaha untuk menendangnya jauh-jauh" Sarah kembali tertawa mengingat cerita Lily tentang Ricard "Tetapi untuk kasus Ricard, ia berbeda dengan pria-pria yang mendekati Lily, tanpa lelah ia terus mengejar Lily sampai-sampai Lily lelah mengabaikannya"
"Ternyata Lily masih populer" Revan tersenyum.
Sarah menatap senyum Revan, entah mengapa kepercayaan yang dulu Sarah percaya kembali muncul ke permukaan. Kepercayaan tentang Revan yang mencintai Lily. Entah sejak kapan Sarah merasakan bahwa Revan memiliki perasaan yang dalam terhadap Lily. Tetapi enam tahun yang lalu Revan menghancurkan kepercayaan itu. Kepercayaan yang dibangunnya dari sikap Revan.
***
Maret 2012
Aku tidak pernah berfikir akan masuk ke siklus dimana menentukan pilihan universitas akan menentukan masa depanku kelak. Ketika orang seusiaku memperjuangkan universitas untuk menggapai masa depan yang indah, aku berbeda, aku memperjuangkan universitas untuk perasaan cintaku.
Aku bekerja keras, setengah mati untuk urusan ini. Aku harus bisa pergi ke universitas yang sama dengan Revan. Urusan pelajaran tidak pernah mudah bagiku, tetapi sesulit apapun aku tidak bisa begitu saja menyerah.
"Ly, capek nih belajar terus" Sarah meletakkan pensilnya, merenggangkan otot-otot lengannya.
"Kita harus belajar! Ingat! kuliah di Jogja!" Aku berseru lantang, itu tujuan kami belajar, yaitu mengejar impian untuk kuliah di Jogja. Sebenarnya Sarah tidak mau mengikutiku kuliah ke Jogja, ia ingin tetap kuliah di Jakarta tetapi aku menceritakan banyak hal menarik, tentang Chris yang memutuskan kuliah di Surabaya, merayunya dengan mengatakan Jogja lebih dekat dari Surabaya dibanding dengan Jakarta. Aku membujuknya tentang jalanan yang lancar, tentang polusi udara yang minim, hingga akhirnya aku mengubah pikirannya, akhirnya ia mau mengikutiku untuk memilih jurusan di salah satu universitas negeri di Jogja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstoppable Feeling
RomanceAku tidak habis pikir bagaimana bisa aku kembali bertemu dengannya. Seseorang yang selalu angkuh dan arogan. Di rumah sakit ini, saat aku dengan bodohnya mabuk bersama teman-temanku, pingsan setelah kehilangan keseimbangan dan terjerembap di anak-an...