Penyakit ini banyak sekali namanya. Masuk angin. Kram otak. Migrain. Vertigo. Asam urat. Semua untuk menganalogikannya dengan stagnasi. Kebuntuan. Atau mereka yang menulis mengenalnya dgn writer's block.
Diana Alain berjalan sendiri memperhatikan sepatu ketsnya. Kepalanya dipenuhi kegelisahan tentang cerita yang harus dilanjutkannya. Haruskah Adam memutuskan kekasihnya? Meninggalkannya begitu saja di sebuah kafe dan berlari masuk ke dalam Pajero Sport putihnya? Lalu bagaimana cerita yg sebenarnya terjadi? Lalu bagaimana cerita dari penulis aslinya?
Ketika cerita di tangan kita, semua kekuasaan adalah milik kita. Peduli setan dengan penulis aslinya. Dan redaktur? Kalian cuma butuh waktu, kan? Seorang penulis mmg harus dpt mengambil keputusan penting dalam setiap bagian ceritanya.
Baiklah....Tapi baru saja dia hendak mengangkat kepalanya, sebuah mobil melaju di depannya. Diana terperangah memperhatikan plat mobil itu. "Itu mobil yg berada di parkiran tadi." gumamnya.
Dia berlari tapi bukan untuk menghindar. 'Aku rasa ini saat yg baik untuk ditabrak.' hatinya berdecit2 persis spt suara decitan rem Pajero putih itu. 'Tabrak aku... Tabrak aku... Tabrak aku.... Katakan ini tidak nyata.' Tapi laki2 itu keluar membanting pintu mobilnya. Ada wajah keras pada rautnya. Hati Diana berdebar dgn gilanya.'A... Adam....' tapi kata2 itu tdk pernah keluar dr mulutnya yg terbuka.
"Kamu?" hanya gelombang suara Adam yang merambat lembut di telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Diana Alain
FantasyFor my new novel For silent readers For fantasy drama