Heol..

720 86 7
                                    

Apa-apaan ini. Rasanya Jinhwan ingin memaki dirinya sendiri. Bagaimana bisa kini ia malah duduk berdua bersama salah satu anak didiknya di depan minimarket tempatnya bekerja. Bagaimana bisa ia kini malah menjadi dekat dengan namja berhidung mancung yang selama ini selalu ia angkuhi. Bagaimana bisa ia tertangkap basah sedang berdebat dengan noonanya oleh anak didiknya yang selalu sok dekat dengannya itu. Bagaimana bisa ia hanya diam saat namja bernama Kim Hanbin itu sejak tadi sibuk mengobati luka-luka yang ada di kedua tangannya. Bagaimana pula Jinhwan harus bersikap kepada namja tampan yang tadi sempat membuat jantungnya berdetak tak karuan. Aaarrrhhh bagaimana semua ini bisa terjadi ?

Jinhwan ingin menjerit kesal. Rasa kesal pada dirinya sendiri, rasa kesal pada sang kakak yang sudah membuatnya seperti ini, lalu rasa kesal dengan keadaan yang membuatnya merasa kehilangan image nya.. semua bercampur dalam diri Jinhwan. Ingin sekali Jinhwan menumpahkan rasa kesalnya yang sudah sangat membuncah itu. Tangannya sejak tadi terasa gatal ingin memukul kepalanya sendiri. Sekedar untuk membuatnya agar tersadar dan kembali stabil dari emosinya.

Tapi Jinhwan, namja mungil itu nyatanya malah diam. Ia malah hanya bisa terpaku mematung. Tak mampu berucap atau bahkan bergerak sedikitpun.

Dengan keadaan yang sedikit --ahh bukan sedikit tapi sangat canggung, Jinhwan diam tenggelam dalam fikirannya. Dia pun sampai tak tau mau menujukan pandangannya ke arah mana. Bernafas dengan leluasa pun rasanya sulit baginya.

Ini sudah berlangsung lebih dari 20 menit. Keadaan dimana Jinhwan terjebak dengan kecanggungan yang begitu membuatnya tak nyaman. Diam membisu tak berucap sepatah katapun, padahal lidahnya sejak tadi sudah ingin sekali memaki. Mengumpat kepada dirinya sendiri. Tapi ia hanya bisa menahannya. Bibir tipisnya yang basah itu hanya bisa ia gigit berulang-ulang.

Jinhwan diam, membiarkan Hanbin yang sedang sibuk mengobati kedua tangannya itu terhanyut dengan aktifitasnya. Jujur saja, Jinhwan ingin menghentikan ini. Dia ingin lari saja dari tempatnya berada saat ini. Pergi dari depan trainernya yang saat ini duduk di samping dirinya menghadap kearahnya. Kabur bersama rasa kesal. Tapi sekali lagi, Jinhwan tak melakukannya. Dia diam.

Meski rasa perih yang terasa di kedua tangannya semakin menjadi saat Hanbin mengolesi lukanya dengan air raksa, Jinhwan tetap berusaha untuk menahan sakitnya. Dia sama sekali tak mengerang kesakitan atau menjerit sekalipun. Ia berusaha keras menahan rasa perih itu. Sesekali ia hanya menggigit bibirnya keras-keras saat perih di tangannya sudah tak tertahan lagi.

"Menjerit saja kalau memang merasa sakit."

Uhhh.. Jinhwan semakin keras menggigit bibirnya saat siku tangan kanannya bertemu dengan cairan obat merah.

Hanbin yang sejak tadi diam tak bersuara akhirnya menyadari juga sikap diam Jinhwan. Ia melirik sebentar ke arah pelatih dancenya itu. Bibirnya lalu tersungging sedikit, menampilkan senyumnya saat melihat ekspresi wajah Jinhwan.

"Jangan kau gigit bibirmu terus hyung. Luka di tanganmu sudah sembuh nanti ganti bibirmu yang terluka.. kkkk" Seru Hanbin lalu terkekeh pelan.

Jinhwan hanya mencibirkan bibirnya. Ekspresi wajahnya terlihat semakin judes. Ia lalu menarik tangannya yang sedang diobati oleh Hanbin.

"Yaa.. aku belum selesai mengobatinya."

"Aku bisa melanjutkannya sendiri."

Akhirnya setelah sejak tadi Jinhwan membisu, ia membuka suara juga. Namun tetap saja nada bicaranya tak berubah, seperti biasanya selalu angkuh.

Jinhwan mengambil alih kapas yang ada di tangan Hanbin. Ia lalu membalikan posisi tangan kanannya. Kepalanya berusaha untuk menengok ke arah sikunya itu. Lalu dengan susah payahnya ia mengolesi luka di tangan kanannya itu dengan tangan kirinya.

Incredible Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang