UPDATE ! Karena banyaknya permintaan dari temen2, cerita ini akhirnya dibuat Fullbook nya yang berjudul
'Celah Takdir ~ FF Taehyung.'
Bagi temen2 yang penasaran boleh langsung cuss tambahkan bukunya ke reading list kalian ya guys! ;)
***HY***
"Kita tak bisa memilih dilahirkan dari rahim siapa. Itu adalah takdir. Tapi kita bebas melangkah kemanapun arah yang kita inginkan. Itu adalah pilihan. Apapun yang berada di ujung jalan sana adalah takdir kita. Pilihlah takdirmu dengan bijak Khawla." Tuan Kim mengusap-usap lembut kepala gadis kecil yang sedang berbaring di pangkuannya. Gadis itu tersenyum riang menatap ayahnya khidmat.
"Dan ingatlah selalu sayang. Bila jalanmu terasa gelap, jadikan Allah sebagai satu-satunya pelita di hatimu."
Gadis itu hanya manggut-manggut. Keningnya berkerut tanpa menghilangkan sedikitpun keceriaan dari wajahnya.
***HY***
'Awas jangan dekat-dekat dengannya.'
'Baju macam apa itu? Menyeramkan.'
'Orang aneh, pasti dia salah satu anggota kelompok teroris.'
'Ah, menakutkan sekali!'
Khawla menatap jalanan di depannya mantap. Tak peduli dengan bisikan-bisikan yang mampir di telinganya. Hal itu sudah biasa dia dengarkan dan maklumi setelah berlatih untuk membiasakan diri selama enam tahun belakangan sejak keluarganya hijrah ke Seoul.
Tidak seperti Indonesia yang warganya mayoritas muslim. Di Seoul, islam adalah sesuatu yang asing. Terlebih semenjak media menyebarkan wabah islamophobia. Diskriminasi pun merebak bak jamur di musim hujan.
Jika saja bukan karena kakeknya yang sakit keras, ayah Khawla pasti tak akan bersikeras untuk pindah tugas ke kampung halamannya setelah lama merantau di negeri orang yang sudah seperti rumah baginya. Tempat Dia menemukan petunjuk dan rekan seumur hidup.
Lorong kampus terasa amat panjang karena tatapan-tatapan sinis dan bisikan-bisikan gaib menyertai setiap langkah Khawla. Hari itu sedang ada festival kebudayaan di kampus. Tatapan-tatapan sinis itupun berderet semakin banyak. Saat ini hanya ada satu tempat yang ingin Khawla tuju selepas meminjam beberapa buku tebal dari perpustakaan.
"Assalamualaikum." Sapa Khawla pada angin sambil susah payah menggeser pintu yang sudah karatan roda-rodanya. Khawla kini berada di tempat terfavoritnya di seluruh penjuru Seoul. Bekas laboratorium biologi yang sekarang telah beralih fungsi menjadi gudang. Letaknya memang sangat jauh dari kompleks bangunan-bangunan utama kampus. Sunyi. Karena hal itulah Khawla menyukai ruangan ini.
Saat akan masuk Khawla disambut oleh sebuah kanvas dengan lukisan yang belum selesai lengkap dengan alat-alat lukis yang berserakan di sekelilingnya.
"Ah, lukisannya sudah dilanjutkan. MasyaAllah indah sekali!" Khawla berjalan mendekat menuju kanvas penasaran ingin menyentuh goresan paduan warna yang sangat indah tersebut. Catnya terlihat masih basah.
"Kalau saja aku tau siapa yang melukisnya, akan ku suruh dia cepat menyelesaikannya."
Ting!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Kau Pergi
PoezjaRasa ini tak mampu diungkapkan, meski telah diuntai dalam beribu-ribu kata. Bibirku terlalu kelu untuk mengucapkan 'jangan pergi!' Hanya sajak-sajak kepedihan yang kini menangisi setiap detik yang terlewat tanpa kau ketahui. Sajak-sajak air mata yan...