Bonus part 2 (semi-smut)

3.5K 273 18
                                    


Perlu setengah perjalanan pulang bagi Jungkook untuk mengingatkan Jimin bahwa mereka memang bukan sepasang kekasih (lagi) tetapi sudah menikah. Baru saja...

"Berarti kau istriku~?" Jimin bercicit senang mendengarnya. Kepalanya bergoyang mengikuti lagu yang terdengar dari radio mobil. Jungkook menoleh sebentar dan tertawa geli, "Yah... Gimana ya..."

Sekarang ia harus memapah keluar Jimin dari mobilnya dan membawanya ke pintu depan apartemen mereka. Jimin tidak henti-hentinya cekikikan di pelukan Jungkook, pipinya merah dan matanya yang separuh tertutup menjelaskan bahwa ia benar-benar mabuk. Jimin terus-terusan memanggil Jungkook sebagai istrinya, bahkan mengaku ia sangat senang menjadi istri Jungkook yang katanya lucu dan sangat imut.

Jika saja ia tidak ingat ia harus mengurusi Jimin yang mabuk, pasti ia sudah terbahak-bahak mendengar pengakuan Jimin. Sebenarnya siapa yang jadi istri, sih? Jelas-jelas keduanya adalah pria.

Dan oh tentu saja, Jungkook tidak sempat tertawa karena setelah Jungkook begitu berhasil membawa berdua masuk apartemen, Jimin terkekeh sebelum secepat kilat menyambar bibir Jungkook.

Jungkook merutuki dirinya yang lengah dan terdorong ke dinding ruang tamu. Bibir Jimin selalu terasa hangat dan lembut seperti yang selalu ia ingat, namun ia juga mengecap rasa anggur di antara lidah Jimin. Jimin terus saja berusaha menerobos pertahanan Jungkook dan menyelipkan bagian mulutnya ke dalam mulut Jungkook, lidahnya berkali-kali menjilat bibir bawah Jungkook bahkan sampai menggigitinya pelan.

Ciuman itu penuh nafsu, dan Jungkook tahu ke arah mana ciuman ini akan membawa mereka. Dan meskipun separuh dirinya sangat menginginkan hal ini, tapi separuh lainnya protes dengan situasi mereka sekarang. Bukankah malam pertama seharusnya sangat vanilla dan bukan dipengaruhi alkohol?! Demi Tuhan, ini bukan novel di mana kedua tokoh hanya bercinta satu malam karena mabuk!

"Jimi—"

"Sssshhhhhh... Jungkook, bukankah kita sudah menikah?" Jimin berbisik serta berusaha melepas jas hitam Jungkook dan melemparnya ke sembarang arah. Masa bodoh di mana jas itu mendarat, Jimin hanya ingin mencium Jungkook malam ini. "Berarti tidak apa-apa kita melakukan ini." Jimin terkikik, dan Jungkook tahu ia sudah kalah.

Jimin mendorongnya ke sofa dan segera duduk di atas paha Jungkook. Tangannya langsung melingkari leher Jungkook dan meraih rambut belakang si rambut cokelat. Mulutnya mengeluarkan senandung pelan ketika kali ini Jungkook yang mengajak lidah Jimin bertemu. Mereka mengadu bibir cukup lama sebelum Jimin melakukan gerakan percobaan. Ia menggerakkan pahanya dan mempertemukannya dengan selangkangan Jungkook.

"Ahhhh, Jimin." Jungkook mendongak nikmat, Jimin memajukan pahanya lagi dan Jungkook harus memegangi pinggul Jimin sebelum ia kehilangan kendali. "Jimin hyung, berhen—"

Jimin melakukannya lagi.

"Jimin hyu—"

"Jungkook~ Bawa kita ke kamar~"

Tidak perlu waktu lama bagi Jungkook untuk meraih pinggul Jimin dan mengangkat tubuh Jimin yang sangat pas di telapaknya (ia paling senang dengan fakta di mana bokong yang Jimin paling pas dengan ukuran telapaknya) membawa mereka ke kamar bersama. Jungkook menendang pintu kamar dan berjalan cepat menuju ranjang.

Ia melempar Jimin ke ranjang dan segera mengurung Jimin dengan kedua lengan kokohnya. Ia juga melempar senyum kepada Jimin di bawahnya yang dibalas dengan sangat lebar hingga ujung matanya berkerut.

Jimin sangat tampan.

Jungkook tidak bisa menahan hasratnya untuk mengecup bibir Jimin dan melanjutkannya dengan anggota wajah yang lain. Ia tidak pernah puas dengan pemandangan di depannya. Apalagi ketika Jimin sangat-sangat-sangat tampanmalam ini.

Accidental(ily) | JikookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang