[END] Chapter 6

2.9K 263 19
                                    

"Unghhh."

Wonwoo membuka matanya perlahan, mengedipkan matanya beberapa kali. Baru saja ia akan bangun, tetapi bagian selatan tubuhnya terasa sangat sakit.

"Akh sakit sekali." Pemuda manis itu memegang pantatnya yang terasa nyeri.

Ia menengok ke samping, nampak seorang pemuda yang semalam melakukan hal itu kepadanya.

Seketika pipi Wonwoo memerah, semalam itu benar-benar hebat menurutnya.

"Kau sudah bangun hm?"

Wonwoo sedikit terkejut mendengar suara Mingyu. Wonwoo tersenyum dan hanya mengangguk.

Wonwooo menyenderkan kepalanya di dada telanjang Mingyu. Ia bisa merasakan detak jantung Mingyu yang beraturan.

"Sudah saatnya aku pulang," gumam Mingyu.

Wonwoo mengerutkan alisnya, mata sipitnya bertemu dengan mata Mingyu.

"Kau ingin meninggalkanku sendirian di sini?" tanya Wonwoo yang kecewa karena ucapan Mingyu.

Mingyu terkekeh pelan. Dengan gemas ia mencubit pipi Wonwoo.

"Hei, tentu saja aku juga akan membawamu ke rumah. Tidak mungkin aku meninggalkan sesuatu yang kucari-cari."

"Lalu bagaimana kau pulang? Mobilmu kan-"

Mingyu menunjukkan ponselnya yang selama ini tidak pernah digunakannya selama ini.

"Umm... Memangnya apa yang bisa dilakukan benda itu? Apa benda itu bisa membuat kita berpindah tempat?" tanya Wonwoo polos.

Rasanya Mingyu ingin menggigiti pipi Wonwoo. Sungguh, Wonwoo itu sangat polos sebenarnya. Ah, sebelum kejadian semalam.

"Benda ini bisa memanggil seseorang yang bisa membantu kita pergi dari sini," jelas Mingyu.

Mingyu membuka ponselnya, mencari kontak seseorang yang sepertinya cukup membantu.

"Halo, Kim Minseo?"

"Yak! Oppa! Kemana saja kau selama ini huh? Sudah hampir setengah tahun kau pergi tanpa kabar. Apa kau tau kami disini mengkhawatirkanmu!"

Mingyu menjauhkan telinganya saat seseorang yang berada di sebelah sana mengomel dengan suara yang yah, lumayan keras.

"Hei hei, kau cerewet sekali. Mengomelnya nanti saja. Aku butuh bantuanmu."

Terdengar helaan nafas di seberang sana. "Oke, sebutkan apa yang bisa kulakukan untukmu."

Mingyu tersenyum senang.

***

"Mingyu, benarkah kita akan ke kota?" tanya Wonwoo girang.

"Tentu saja sayang. Dan hei, bisa kau tinggalkan saja busur panahmu itu? Kau tidak memerlukannya di kota."

Wonwoo mengerucutkan bibirnya. Ia malah mengeratkan pegangannya pada busur kesayangannya.

"Aku harus membawanya, ini bendaku yang paling berharga!"

Mingyu menghela nafasnya. Jika Wonwoo menggunakannya disana, Mingyu yakin orang-orang akan mengiranya gila.

"Baiklah, mau bagaimana lagi. Sepertinya benda itu sangat berarti untukmu."

Bunyi klakson mobil menginterupsi keduanya.

"Sungcheol hyung!" Sapa Mingyu kepada seseorang yang berada di dalam mobil itu.

Seungcheol hanya tersenyum sembari melambaikan tangannya.

"Itu sepupuku Choi Seungcheol. Dia yang akan membawa kita ke kota nanti. Masuklah dulu."

Wonwoo mengangguk. Pemuda itu memasuki mobil hitam yang dikendarai Seungcheol, mendudukkan dirinya di bangku belakang.

Mingyu juga ikut masuk. Ia duduk tepat di samping Seungcheol.

"Tidak perlu kujelaskan bukan? Kau pasti sudah mendengar cerita dari Minseo. Dan harusnya kau tidak kaget, karena kau sendiri juga belok kan."

"Siapa juga yang kaget. Tidak ada yang tertinggal kan? Baiklah kita berangkat."

Mobil yang mereka kendarai akhirnya melaju meninggalkan tempat tersebut. Wonwoo terus memandangi rumahnya yang makin lama makin terlihat jauh. Ya, sudah saatnya Wonwoo keluar dari tempat ini dan melihat dunia luar.

***

Pesta pernikahan diadakan dua bulan setelahnya. Yah, cukup susah meyakinkan ayah Mingyu. Ia tidak terima anaknya menjadi seorang gay.

Tapi karena Wonwoo ini berbeda, dengan terpaksa ia harus menerima anaknya menikah dengan seorang pria.

Wonwoo hamil.

Bagaimanapun juga, Mingyu harus bertanggung jawab kan? Lagipula ayah Wonwoo masih bersyukur karena setidaknya ia masih akan memiliki cucu.

"Hahhh... Tadi itu melelahkan," keluh Mingyu sembari duduk di sebuah ranjang.

Wonwoo ikut duduk di sebelahnya. Tersenyum melihat pria yang sekarang sudah resmi menjadi suaminya.

"Ada apa sayang? Ingin malam pertama hm?" tanya Mingyu dengan seringai di wajahnya.

Wonwoo terdiam, ia mengedipkan matanya beberapa kali.

"Malam pertama itu apa?"

Oke, Mingyu lupa kalau Wonwoo itu sangat polos.

"Itu loh... Yang dulu pernah kita lakukan bersama," jawab Mingyu sambil menaik turunkan alisnya.

"Umm Tapi banyak hal yang pernah kita lakukan bersama."

"Hahhh... Kegiatan membuat bayi, sayaung," ujar Mingyu sambil mencubit pipi Wonwoo.

"Tapi kan disini sudah ada bayi. Lagipula katamu aku harus banyak istirahat." Wonwoo mengelus pelan perutnya yang masih rata.

Mingyu tersenyum lembut. "Aku bercanda sayang. Aku tidak mau menyakitinya."

Mingyu mengusap pelan perut Wonwoo, kemudian mencium perut rata itu.

"Aku mencintaimu Jeon Wonwoo. Aku senang bisa menemukan yang kucari selama ini." Mingyu mengecup kening Wonwoo.

Wonwoo tersenyum manis. "Aku juga mencintaimu Kim Mingyu."

END

Maaf kalo alurnya kecepetan ;-; ah aku sudah buntu Sequel? Hmm otw~ entah nanti aku lanjut di work ini atau di work baru.

Untuk semua yang bersedia membaca ff absurdku ini... Arigatou gozaimasu~♥ aku ga percaya readers ff ini sampe 10k+

Ini ff pertama yang aku publish di sosmed loh. Biasanya kalo ff cuma aku nikmatin sendiri. Ga nyangka ff ini banyak yang suka.

Aku sempet haitus lama banget karna un dan ujian masuk sma. Uhh gomennasai ;-;

Segitu aja deh cuap-cuapnya. Kuharap kalian mau menunggu sequelnya^^

Paipai~

Meet My Love ❥meanie [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang