Chapter 1

6.6K 455 25
                                    

Kim mingyu. Mungkin dia jadi salah satu orang yang bisa dibilang sempurna di dunia ini. Wajah yang tampan, tubuh yang tinggi dan proporsional, serta harta yang melimpah. Tapi ternyata tidak, hidupnya tidak sesempurna itu.

"Ayah, sudah berapa kali aku aku bilang... Aku tidak mau dijodoh-jodohkan lagi," ucap mingyu kepada ayahnya.

Pria paruh baya itu menghela nafas. 'Selalu seperti ini,' batinnya. "Kim Mingyu, Im Nayeon itu gadis yang sangat cantik, berpendidikan tinggi, dan keluarganya juga cukup berada. dia pasti bisa menjamin masa depanmu."

Mingyu tersenyum meremehkan. "Cih, sekalipun dia gadis tercantik di dunia ini atau orang terkaya di dunia ini jika aku tidak menyukainya, bagaimana dia bisa menjamin masa depanku?"

"Kau tetap harus menikah dengannya," ujar ayahnya dengan mantap.

"Tidak! Aku tidak mau! Ayah, aku bukan anak kecil lagi... biarkan aku mencari pendamping hidupku sendiri."

"Hanya dia yang bisa menjamin masa depanmu Kim Mingyu."

"Ayah selalu mengatakannya setiap menjodohkanku dengan gadis-gadis itu. Ayah tau? Aku benar-benar muak hidup seperti ini." ujar Mingyu kemudian pergi meninggalkan Ayahnya.

"Yak! Kim Mingyu mau kemana kau!"

"Aku akan pergi mencari pendamping hidupku sendiri!" sahut Mingyu sebelum akhirnya memasuki mobilnya dan pergi meninggalkan rumah mewahnya.

"Cih, dia pikir aku anak kecil? Seenaknya saja menjodoh-jodohkanku dengan gadis-gadis itu," ucap Mingyu sambil melajukan mobilnya entah kemana. Dia tidak peduli kalaupun dia tidak akan bisa kembali ke rumah, karena menurutnya itu lebih baik. Ya, Mingyu tidak benar-benar sempurna seperti yang dikira orang-orang. Dia tidak pernah merasa bahagia dengan kehidupannya yang seperti ini.

Tanpa Mingyu sadari dia sudah memasuki sebuah hutan di dekat pinggiran kota. Mingyu benar-benar pergi sejauh mungkin, karna dia yakin orang-orang suruhan ayahnya pasti sedang mencarinya sekarang.

Mobilnya tiba-tiba berhenti. "Ada apa ini, kenapa tiba-tiba berhenti?" ah, ternyata bensinnya habis. Mingyu benar-benar ceroboh, seharusnya dia mengisi bensinnya sebelum dia memutuskan untuk pergi sejauh mungkin.

Mingyu pun keluar dari mobilnya lalu mengedarkan pandangannya, hanya ada pohon, pohon, dan pohon. Tentu saja, karena sekarang dia berada di tengah- tengah hutan.

"Sial, mana mungkin ada yang menjual bensin di tengah hutan seperti ini" geramnya sabil mengacak rambut pirangnya. Dengan sangat terpaksa dia harus berjalan keluar dari hutan ini dan mencari bantuan.

Mingyu benar-benar sial hari ini. Dia tersesat di tengah hutan, perutnya benar-benar lapar dan dia tidak mau sembarangan memakan buah-buahan di hutan itu, dia tidak yakin buah-buahan itu aman untuk dimakan. Dan yang lebih parah lagi, dia tidak tau bagaimana caranya keluar dari hutan itu. Mingyu sudah berjalan selama berjam-jam, tapi tetap tidak menemukan jalan untuk keluar dari hutan.

Wajah Mingyu mulai pucat karena kelelahan, kelaparan, dan mulai kehausan. Tubuhnya mulai melemah, kepalanya terasa berkunang-kunang, pandangannya pun kabur, dan kemudian tubuhnya ambruk begitu saja.

***

Mingyu terbangun, mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali. Dia sangat terkejut saat melihat lelaki ㅡyang menurutnya manis sedang menatapnya dengan jarak yang sangat dekat.

"HUAAAA!!!" teriak Mingyu. Lelaki yang menatapnya itu langsung menjauhkan tubuhnya dari Mingyu.

"Si-siapa kau? Aku ada di mana?"

Lelaki tadi tersenyum manis. "Hai, aku Jeon Wonwoo. Ini dirumahku, tadi aku menemukanmu pingsan di tengah hutan. Jadi aku membawamu kemari."

Mingyu mendudukkan dirinya. "Ah begitu ya... terima kasih sudah menolongku Wonwoo-ssi. Aku Kim Mingyu, mobilku kehabisan bensin dan aku tersesat di hutan," ujar Mingyu.

"Panggil Wonwoo saja ya. Hmm ngomong-ngomong, benda persegi ini milikmu? Tadi aku menemukannya di dekat tubuhmu." ujar wonwoo sambil memperhatikan ponsel milik Mingyu.

"Kalau tidak salah namanya ponsel kan? Kau anak kota ya? Wahh benda seperti ini pasti mahal." Mingyu tersenyum mendengar pertanyaan Wonwoo.

"Kalau kau mau, kau bisa ambil ponsel itu."

"Aku tidak memerlukan ponsel, lagipula di sini tidak ada listrik," ujar Wonwoo.

"Apa? Tidak ada listrik?"

Wonwoo mengerucutkan bibirnya. "Ya, di sini tidak ada listrik. Untuk makan saja susah, apalagi untuk membayar tagihan listrik... bisa-bisa aku tidak makan sebulan hanya untuk membayar tagihan listrik,"

"Oh iya, kau pasti lapar. Kau harus makan agar tidak pingsan lagi," ujar Wonwoo sambil menaruh segelas susu dan roti di dekat Mingyu. "Maf ya, hanya ini yang kupunya."

Nah, ini yang Mingyu butuhkan. Makanan! "Ah, ini saja sudah cukup kok. Terima kasih Wonwoo." Mingyu langsung memakan roti yang diberikan Wonwoo.

Mingyu mengedarkan pandangannya, rumah Wonwoo rapi meskipun rumah itu tidak begitu luas. "Kau... tinggal sendirian?" tanya Mingyu.

"Ya, aku tinggal sendirian di sini. Ayah dan ibuku sudah meninggal dua tahun yang lalu."

"Ah maaf, aku turut berduka Wonwoo, pasti tidak mudah tinggal sendirian di sini. Bagaimana caramu bertahan hidup?"

"Aku berburu. Jika hasilnya lumayan, aku akan pergi ke pasar di pinggiran kota dan menjual buruanku di sana. Tapi jika buruanku tidak seberapa aku bawa pulang untuk kumakan sendiri." jelas wonwoo.

"Ah begitu..." balas Mingyu sambil menganggukkan kepalanya. Tiba-tiba Mingyu merasa ada yang aneh dengan perutnya. Mingyu butuh toilet.

"Umm Wonwoo... a-aku ingin ke toilet... dimana toiletnya?"

"Ah tempat untuk buang air ya, itu di sana," jawab Wonwoo sambil menunjuk sungai yang berada tepat di belakang rumahnya.

"Maksudmu... sungai itu toiletnya?" tanya Mingyu memastikan jika Wonwoo tidak sedang bercanda.

"Ya, biasanya aku buang air, mandi, dan memcuci disitu. Tenang sajaaa airnya mengalir, jadi airnya bersih."

'Oh Tuhan, cobaan macam apa ini...' batin Mingyu. Perutnya terasa makin sakit, ia pun segera menuju sungai itu. Ia harus segera menyelesaikan urusannya.

TBC

Meet My Love ❥meanie [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang